Tentang Sebuah Cita-cita
Kini Hembusan angin sudah mulai terasa dengan sangat kencang yang melambai-lambaikan daun-daun pepohonan sekitar rumahku ini. Perlahan awan-awan bergeser dan mulai terlihat rintik-rintik hujan yang turun membasahi bumi.
Di ruang tamu kami sekeluarga sedang duduk di sofa membicarakan tentang apakah aku akan melanjutkan kuliah sementara dari segi biaya sangat mahal bagi keluargaku yang hanya bekerja sebagai petani. Suasana masih terlihat genting seiring rintikan hujan yang masih terdengar di luar rumahku.
“Ayah ingin sekali kamu melanjutkan kuliah tapi Ayah tak bisa menjamin karena kamu tau sendiri Ayah hanya seorang petani. Semua keputusan ada di tanganmu Nia, restu dan doa ayah selalu menyertaimu. Insya Allah almarhumah ibumu juga merestuimu. Kata ayahku dengan mata yang sembab.
Iya dek kamu yang semangat ya insya Allah ada jalan keluarnya, jangan mudah menyerah apalagi putus asa, dan tetaplah meminta pertolongan juga kemudahan kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa Atas Segalanya. Doa kakak juga selalu menyertaimu. Ucapnya lagi kakaku yang bernama Syariah.
Insya Allah, semoga selalu dipermudahkan semuanya. Tapi saat ini Nia belum berani memutuskan, tolong berikan kesempatan pada Nia ya Ayah, kakak. Insya Allah nanti Nia akan memberikan jawabannya selesai sholat. Ucapku sembari meminta ijin untuk melaksanakan sholat isya terlebih dahulu.
Sejuknya udara malam menerpa tubuhku ketika mengambil air whudu di luar rumah, tak sengaja kuhadapkan wajahku ke atas langit dan mulai terlihat bintang-bintang yang bertebaran di temani oleh rembulan yang bersinar dengan sangat terang. Setelah berdoa selesai berwhudu, akupun kembali masuk ke rumah untuk melaksanakan sholat isya di dalam kamarku sendiri.
Beberapa menit kemudian setelah takbir hingga salam akupun membaca kalamnya Allah yaitu Al-Quran yang mulia dan tak lupa untuk berdoa dengan sekhusu mungkin.
“Ya Allah…. hanya engkaulah Yang Maha Mengetahui yang terbaik bagi setiap hambamu, hamba kini masih bingung diantara dua pilihan, apakah lanjut kuliah atau tidak? sementara biaya untuk kuliah begitu mahal untuk kami yang hanya sebagai petani. Hanya engkaulah ya Allah Yang Maha Mengetahui Segalanya. Hamba mohon ya Allah berikanlah petunjuk dan jalan keluar dari dua pilihan ini, hamba mohon ya Allah…kabulkanlah.. Ucapku dengan penuh pasrah.
Detik demi detik akhirnya berlalu, akupun merapikan kembali muknahku ke tempatnya semula lalu duduk sebentar di meja belajarku. Terlihat banyaknya buku-buku yang berjejer rapi. Tanpa sengaja mataku melihat sebuah buku yang berjudul “Hadiah Terindah Dari Tuhan.” Aku ingat buku ini adalah karya pertamaku yang aku tulis dengan proses panjang tanpa mengenal lelah dan letih karena aku yakin pasti akan terbit. Alhamdulillah akhirnya dapat terbit.
Assalamualaikum, selamat ya nak, kamu mendapatkan program beasiswa dari SMK Darul Kamal NW Kembang Kerang untuk melanjutkan kuliah di STAI Darul Kamal. Spontan aku langsung terkejut dan terharu ketika melihat sms di handponku, betapa usaha dan doa tak ada yang sia-sia.
Aku akan memberitahu ayah bahwa aku akan melanjutkan kuliah dan meraih cita-citaku. Gumamku dengan penuh rasa bahagia.
Bionarasi
Namaku: Niayah, Lahir di NTB, WA. 0838-5157-3459. Ingin terus berkarya lewat tulisan untuk menjadi amal sepanjang masa. Saat ini punya buku solo: Hadiah Terindah Dari Tuhan Karunia Terindah Dari Yang Maha Indah dan Nikah Atau Lanjutkan Kuliah. .