BERAKHIR BAHAGIA?
Di sebuah desa di bawah kaki gunung hiduplah keluarga yang sederhana dan
harmonis. Keluarga yang sudah berjalan selama 12 tahun, terdiri dari bapak bernama
Pak Ahmad, Bu Maemunah, anak pertama mereka bernama Jordi dan anak terakhinya
seorang putri cantik berumur tiga tahun bernama Zhulaikha. Keseharian bapak hanya
di kebun milik mereka mengurusi tanaman yangg telah di tanam sedangkan ibu hanya
mengurus rumah dan anak bontot mereka walaupun terkadang ibu juga membantu
bapak di kebun, mengantarkan bapak makan kalau bapak telat pulang. Sepulang dari
kebun bapak terkadang mengajari anak anaknya mengaji. Karna desa yg sangat dingin
membuat orang-orang tertidur cepat, biasanya setelah sholat isya’ hanya terdengar
suara jangkrik.
Pada suatu ketika bapak diperintahkan untuk mengatur air di desa pariyangan
(berjarak sekitar 42 meter jauhnya dari rumah), ditemani tujuh teman karibnya, karna
pekerjaan yang cukup berat akhirnya bapak dan teman-temannya memilih menetap
selama beberapa minggu di rumah salah satu warga di sana (Posko). Karna termasuk
orang yang pandai bergaul serta cepat akrap dengan siapapun, dengan cepat bapak
dikenal luas oleh masyarakat pariyangan, hingga pada suatu hari bapak bertemu
dengan seorang gadis yang belum pernah dilihatnya sebelum-sebelumnya gadis itu
bernama Fitry, bapak langsung terpesona pada pandangan pertama dan langsung ingin
memilikinya (Menikah). Di pikirnya berhari-hari hingga pada akhirnya tampa pikir
panjang bapak memberanikan diri datang kerumah gadis tersebut mengungkapkan
tujuannya.
Tampa banyak basa-basi: “kedatangan saya ingin menikahimu, apakah kamu
bersedia menjadi istri saya tapi kondisi saya sekarang saya masih beristri dan mempunyai dua
orang anak” (kata bapak).
Dan gadis itu menanggapi: “kenapa kamu mau menikahi saya sedang kamu telah
berkeluarga”
bapak merespons: “saya cinta sama kamu jika kamu mau jadi istri saya, saya
akan meninggalkan istri saya demi kamu”. Gadis itu tidak langsung mengiyakannya
maksud dan tujuan bapak.
Dengan Penuh kekecewaan bapak kembali keposko dengan pikiran “saya harus kembali
esok! tidak ada kata menyerah toh masih ada harap, toh dia tidak menolak”, keesokan harinya
bapak kembali kerumah gadis tersebut dengan percakapan dan permohonan yg sama
dan benar apa yang dipikirkan bapak, akhirnya gadis itu luluh di hadapan bapak dan
menyepakati pernikahan tersebut, tinggal menentukan tanggal dan Akad.
Setelah dua minggu bekerja akhrinya pekerjaan bapak rampung juga. Bapak dan
teman-temannya meninggalkan pariyangan dan kembali kerumah masing-masing serta
meminta teman-temannya merahasiakan lamaran yang sudah dilakukan “jangan ada yang
membocorkan ini ke orang rumah biarkan saya yang menerangkannya sendiri, (agak khawatir)”.
Sesampainya di rumah bapak bersalaman dan melepaskan rindu dengan keluarganya,
istrinya pun menyambut kedatangan suami yang sangat di cintainya. Suasana seperti
biasanya bapak menceritakan semua yang dialami selama di desa tersebut ibu pun
menyimak semua perkataan dari si bapak. (Dalam hati bapak selalu mencari cara untuk
memberitau tentang keinginan nya yang ingin menambah istri). Dan pada hari ahad
sahabat sekaligus keluarga sedang menikahkan anaknya (baca: Begawe).
Pada saat itu tepatnya siang sekitar jam 14.20 sedang ada pembicaraan ringan
dan tidak serius mengenai begawe dan bersenda gurau. tidak ingin kehilangan moment
bapak mengungkapkan apa yang sudah ada dalam benaknya:
“ saya mau nikah lagi ya” singat namun menyakitkan.
Semua kaget mendengar itu, tapi Sang istri tidak terlalu merespon dan menganggap itu
semua sebagai candaan.
“Silahkan saja nikah kalau kamu mampu tapi jika kamu ingin menikah lepaskan saya”
sambil ketawa, karna ibu hanya mengganggap semua ini hanya candaan semata
bapak juga sering bercanda masalah ingin nikah lagi.
Dengan berat hati bapak pun mempertegas bahwa perkataan yang tadi dilontarkan itu
benar adanya. Mendadak badan ibu lemas, air matanya langsung bercucuran karna ibu
merasa saat itu juga bapak telah menceraikannya. Tampa kata Ibu langsung pulang
dengan terengah-engah sambil menggendong putri kecilnya, (tampa satupun orang
mengejarnya) di jalan ibu sambil merintih tidak percayaaaa dengan semuanya
walaupun terasa sesak tapi ibu tetap kuat seakan tidak terjadi apa-apa jika tidak maka
anak-anaknya akan ikut sedih, Zhulaikha yang berumur tiga tahun digendongnya
hanya diam sambil melihat tangisan air mata ibunya yg sempat jatuh di keningnya.
Sesampainya di rumah, nenek yang melihat ibu menangis dan bertanya “kamu
kenapa?, kamu kenapa?” tak perduli itu ibu tetap ingin segera masuk rumah dan
membereskan barang-barangnya. Ibu masuk kamar menidurkan putrinya yang masih
bangun dan membereskan semua barangnya.
nenek bertanya lagi “kamu kenapa nak?” Ibu bereaksi “Saya di ceraikan suamai saya”
(sambil bercucuran air mata, isak tangis yang belum bisa terbendung)
mendengar itu nenek juga sangat tepukul.
Sambil membantu nenek hanya bisa menyarankan ibu untuk bersabar, tidak lama
keluarga bapak yang mengetahui peristiwa haru tersebut datang dan membantu ibu
untuk membereskan barangnya. Selang beberapa menit bapak pun pulang di situ
pertengkaran hebat pun terjadi, bapak kekeh tidak ingin pisah tapi karna ibu sudah
kadung terluka dengan keinginan bapak, ibu tetep ingin bercerai karna pikir ibu
(berbagi suami bukan suatu yang mudah pada akhirnya akan ada sakit serta ibu tidak
pernah mau dimadu begitu ungkap ibu sejak hari pertama ibu sah menjadi suami
bapak). Tidak tahu harus bagaimana bapak akhirnya menyerah pada keadaan, bapak
hanya tertunduk sedang ibu sibuk mengemasi semua barang-barang yang dulu pernah
di bawa ke rumah bapak. Setelah semua beres ibu pergi ke rumah saudaranya (Menetap
di sana beberapa hari) untuk memberitahu berita yang sangat menyakitkannya karna
ibu sudah tidak mempunyai orang tua hanya keluarga itupun keluarga jauh. mendengar
berita diri ibu kakak sepupu ibu pun menyuruh ibu untuk pulang kerumahnya saja.
Walaupun kedua keluarga sudah mencoba bermusyawarah demi mendamaikan ibu dan
bapak agar tidak berpisah mengingat mereka memiliki dua orang anak yang masih
kecil-kecil akan tetapi diskusi yang alot tersebut berkesudahan ibu dan bapak bercerai.
Ibu membawa kedua anaknya dan membuka lembaran baru bersama kedua
anaknya. walaupun masih sakit hati tapi ibu tetap tegar ibu tidak pernah
menampakkan kesedihannya di depan anak-anaknya dan pada suatu ketika di tengah
malam jordi anak pertama ibu terbangun dan melihat ibu menangis lalu jordi bertanya:
“bu, ibu kenapa?, Kenapa ibu menangis?” Ibu hanya diam sambil memeluk kedua anaknya
yang sedang berbaring di samping kiri dan kanannya. Jordi yang saat itu berumur 11
tahun sudah memahami apa yang sudah terjadi dengan keluarga kecilnya, karna
kejadian ini jordi berubah dari anak yang mulanya sangat periang seketika berubah
menjadi orang yang lebih banyak diam dan menutup diri.
Tanggungan semakin berat ibu harus berjuang sendiri untuk menyekolahkan
anak-anaknya, menafkahi dan tentunya mencukupi semua kebutuhan anak-anaknya.
Semenjak bercarai ibu bekerja sebagai buruh tani di kebun-kebun warga terkadang
membersihakan rumput tanaman wortel, bawang putih dll. Ibu selalu memikirkan cara
bagaimana agar bisa cepat melupakan bapak, ibu berpikir kalau ibu tetap tinggal satu
desa rasanya masih berat jadi ibu harus bekerja keluar daerah dan karna kebetulan
kakak pertamanya ibu sudah bekerja dan mempunyai pengalaman banyak untuk
bekerja di luar daerah tepatnya di bali akhirnya ibu menyuruh sang kakak untuk
mencarikannya pekerjaan. Tanpa menunggu lama ibu mendapat kabar gembira ibu
sudah mendapatkan pekerjaan menjadi pembantu rumah tangga . Dengan berat hati
ibu harus meninggalkan kedua anaknya yang masih sangat kecil dan sedang
membutuhkan perhatian lebih deri kedua orang tuanya.
Bapak menghilang seperti di telan bumi semenjak perceraiyannya, bapak tidak
pernah menengok kedua anaknya, bapak teramat sibuk dengan rencana pernikahannya
akhirnya bapak resmi menikahi gadis muda dari desa pariyangan. Seminggu berselang
ibu menyerahkan kedua anaknya kerumah neneknya, ibu mengantarkan langsung
kedua anaknya. Zhulaikha yang masih kecil pada saat itu tidak ingin berpisah dengan
ibunya apa lagi harus tinggal bersama orang lain. Perpisahan yang sangat menyedihkan
suasana di penuhi dengan tangisan walaupun begitu dengan berat hati ibu harus
meninggalkan kedua anaknya, Demi Masa Depan (kalimat inilah yang selalu menjadi
penyemangat ibu untuk dapat bangkit).
Kukira hari itu merupakan hari terakhir aku (Zhulaikha) melihat ibu dan
mendengar suaranya karna semenjak ibu pergi meninggalkan kami berdua di rumah
nenek, ibu tidak pernah lagi menghubungi kami, namun nenek selalu menceritakan
bahwa ibu tidak pernah melupakan kami dan akan menelpon jika pekerjaannya sudah
selesai namun waktu itu tidak pernah menghampiri kami. Merasa sangat kehilangan
ibunya Zhulaikha menangis setiap hari karna ingin bertemu ibunya oleh karena itu
bapak meminta izin ke nenek untuk menjemput kami serta mengajak kami untuk
tinggal bersama istri barunya. Bulan berlalu tak terasa sudah setahun lebih pernikahan
bapak dan istri barunya tak terasa pula setahun penuh ibu tidak pernah menghubungi
kami, rasa-rasanya ibu sudah tergantikan dengan ibu baruku karna perlakuannya
seperti ibu kandungku sendiri terlebih lagi bapak jarang sekali di rumah karna harus bekerja memenuhi kebutuhan kami bertiga terlebih lagi di tahun itu ibu baruku hamil,
aku senang karna akan punya adik, tapi tidak dengan kakakku jordi ia amat berbeda
sekali sejak perpisahan bapak dan ibu, belum kering tangisannya ia harus tinggal
dengan ibu tiri anggapnya serta ibu yang tidak pernah mencari kami, kakakku tetap
menjadi pemurung walaupun ibu baru kami sangat baik dengan kami berdua,
kesehariannya hanya sekolah-pulang-berdiam diri di kamar begitu terus.
Tak terasa adik kecil yang aku tunggu akhirnya lahir bapak memberinya nama
Yuni aku sangat senang karna punya adik perempuan umurku 5 tahun saat itu. Namun
entah apa yang dipikiran ibu baruku setelah adikku lahir seketika perlakuannya
berubah 180˚ yang awalnya menganggap kami berdua seperti anak kandungnya
berubah menjadi jahat dan sadis kepada kami berdua. Karna bapak jarang di rumah
terlebih lagi tanggungannya bertambah oleh karna itu jarang sekali kami bercengkrama
dengan bapak terlebih kakakku seperti tidak suka dengan bapak, kakak beranggapan
bahwa karna bapak kita jadi begini. Karna perlakuan ibu sangat berbeda akhirnya aku
takut dengan ibu tiriku dan lebih sering bermain bahkan tidur dengan nenek.
Dikarnakan aku masih kecil saat itu aku tak terlalu mengingat dan merasakan
semua yang terjadi dengan keluargaku kebanyakan yang Zhulaikha ingat hanya
beberapa seperti: kepergian ibu dan beberapa pukulan dari ibu tiriku itu berlangsung
setiap hari. namun kebanyakan semuanya kudengar dari cerita-cerita orang-orang
sekitarku sampai akhirnya aku berpikir bahwasanya (bapak menyerang ibu dengan
hati tapi kami berdua diserang Batin hingga terpatri sampai hari ini, terlebih lagi Jordi
kakaku benar-benar hancur akan kejahatan bapak, akan kekejaman ibu tiriku Fitri dan
Ibu kandungku yang entah ada di mana?). Ringkas cerita entah apa yang terjadi dengan
bapak dan ibu tiriku, akhir-akhir itu mereka seringkali beradu argumen di rumah
hingga akhirnya untuk kedua kalinya bapak bercerai untuk kedua kalinya dan lagi-lagi
dengan meninggalkan satu anak bernama Yuni. Setelah peristiwa tersebut aku
mendengar dari nenek kalau ibu sudah pulang.
Apa Yang Sudah Terjadi Di Masa Lalu Akan Membentuk Kita Sekarang, Selami
Lebih Dalam, Maju Lebih Dekat, Gapai Setinggi-Tingginya Sampai Benar-Benar Kita
Tau Dengan Apa Dan Siapa Kita Berhadapan.
-Masa lalu yang membentuk masa sekarang yang terbentuk-
(Nurussoleha)