DO’A DAN AIR MATA
Selasa, 28 September 2021
Lantunan do’a tak henti-hentinya aku panjatkan kepada yang maha kuasa dengan penuh harap supaya yang aku pinta dikabulkannya, satu-satunya do’a yang aku minta saat ini hanyalah kelancaran operasi ayahku, dan kesembuhnnya setelah itu, ku lantunkan sholawat sebanyak-banyaknya dan lantunkan ayat suci yang telah aku hafal, deraian air mataku tak henti-hentinya menjatuhi pipi tembemku. Entah berapa butir yang jatuh hari ini, hingga membuat mataku menjadi sembab hingga pandanganku tak sempurna penglihatannya.
Berbagai macam pikiran yang menyerang dan bersemayam di kepalaku, entah kenapa aku sangat khawatir sekali dengan keadaan ayahku, aku sangat takut kehilngan laki-laki yang bitu sangat aku sayangi itu, dengan pikiranku yang seperti itu membuat air mataku lebih deras sekali turunnya, melihat kondisiku yang seperti itu bapak kadur merasa iba kepadaku, kemudian berusaha menenangkan diriku. Alhamdulillah dengan nasehat dan beberapa motivasi dari beliau aku lebih tenang di tambah lagi dengan lantunan do’a, sholawat dan hafalan yang ku baca, itu membuat hatiku lebih damai lagi, kamipun menunggu bapak dengan duduk di depan pintu ruang operasi.
Hampir dua jam kami menunggu, tidak ada tanda-tanda ayah akan keluar, aku kembali cemas, entah apa yang dilakukan di dalam oleh dokter itu sehingga lama sekali berada di ruang itu, aku sudah tidak sabar lagi untuk melihat ayahku, “ya allah kenapa lama sekali, apakah ada sesuatu hal yang tidak aku inginkan terjadi pada ayahku?, aku mohon ya Allah lancarkan operasi beliau, berikan beliau kesehatan”, pintaku di dalam hatiku.
Setelah beberapa menit kemudian tiba-tiba pintu itu terbuka, terlihat dua suster memegang tempat tidur bagian depan dan belakang di sertai dokter yang berjalan di sampingnya, ku hampiri mere dan ternyata di tempat tidur itu adalah memang benar ayahku, aku menangis sejadi-jadinya setelah melihat ayah dengan mata tertutup, entah kemana apa yang aku pikirkan, aku kira sudah terjadi sesuatu pada beliau, dokterpun menenangkan diriku, “ayah adek tidak apa-apa, beliau seperti ini karena efek dari bius saat operasi tadi”, kata dokter menjelaskan kepadaku, “benarkah dokter” kataku sambil memandang wajah dokter itu, setelah beliau mengangguk sebuah isyarat yang menandakan bahwa beliau menjawab ya, tangiskupun mulai mereda, ku usap air mata yang di pipiku, laku ku ikutu suster dan dokter itu ke kamar ayah.
“kalian tidak usah khawatir, mungkin beliau akan lama sadar karena efek obat bius tadi” kata dokter itu, lalu meninggalkan kami di dalam ruangan itu, akupun duduk di samping ayah dan menjga beliau, nenek, ibu dan bibikpun masuk, awalnya mereka sok melihat keadaan ayah, tapi aku berusaha menjelaskan beliau sehingga mereka semua tenang.