Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
Allah menciptakan makhluknya dengan beragam jenis dan bentuk, mulai dari yang terkecil hingga yang paling besar sekalipun, dan masing-masing dari makhluk ciptaan-Nya memilki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Seperti halnya manusia dengan makhluk allah yang lainnya, manusia diberikan kelebihan berupa akal yang membedakannya dengan makhluk-makhluk yang lain. Dengan akal pikiran itulah manusia dapat membedakan yang benar dan yang salah dan melahirkan tingkah laku perbuatan sehari-hari dalam rangka menjaln hubungan dengan manusia yang lain. Namun meskipun demikian, akal pikiran manusia bersifat nisbi dan sangat terbatas. Adanya persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh hakikat kebenaran yang sebenarnya menjadi bukti akan keterbatasan akal manusia [Rosihon Anwar, H. Badruzzaman m. Yunus, Saehudin, 2017:111].
Dengan adanya hal yang seperti itu, sudah jelas bahwa manusia membutuhkan bimbingan dan petunjuk agar mampu mencapi kebahagiaan yang hakiki dalam hidup ini. oleh karena itu, selain akal pikiran Allah juga memberikan anugerah kepada manusia sebagai pembimbing yang menggerakkan akal, yaitu agama. Karena dalam agama inilah terdapat konsep yang jelas dan tegas tentang apa itu sebenarnya hidup, bagaimana dan kemana arah tujuan hidup yang sebenarnya, serta apa dan siapakah manusia itu yang sebenarnya.
Ada beberapa hal yang menjadi latar belakang manusia butuh dengan agama itu sendiri. Secara garis besar kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang pertama adalah kebutuhan alamiah dan kebutuhan non alamiah. Kebutuhan alamiah yang juga disebut dengan kebutuhan fitrah ialah suatu kebutuhan bagi setiap manusia yang bersifat azali. Dalam hal ini ada beberapa yang termasuk dari kebutuhan fitrah ini, di antaranya seperti kebutuhan manusia untuk mengetahui, ingin menjadi cantik dan tampan, ingin berkeluarga. Adapun kebutuhan yang bersifat non fitrah adalah seperti adat istiadat atau kebiasaan yang dilakukan oleh manusia [repo.iain-tulungagung.ac.id]
Sedangkan menurut Abudin Nata, setidaknya ada tiga yang menjadi latar belakang perlunya atau butuhnya manusia terhadap agama, alasan itu adalah fitrah manusia, kelemahan dan kekurangan manusia, dan tantangan manusia [Rosihon Anwar, H. Badruzzaman m. Yunus, Saehudin, 2017:112].
Alasan yang pertama adalah fitrah manusia.
Alasan mengapa manusia perlunya manuisa terhadapa agama adalah karena dalam diri manusa itu sendiri terdapat potensi atau kemampuan untuk beragama. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Murtadha Muthahari, beliau mengatakan bahwa pada saat berbicara tentang para nabi, imam Ali menyebutkan bahwa mereka diutus untuk memberi peringatan kepada manusia pada perjanjian yang diikat oleh fitrah mereka yang kelak akan dituntut dan akan diminta pertanggung jawabannya. Perjanjian itu tidak ditulis diatas kertas, tidak pula diucapkan dengan lidah melainkan telah terukir dengan pena ciptaan Allah di permukaan qalbu dan lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan hati nurani serta dikedalaman perasaan batiniah.
Fakta bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan untuk pertama kali ditegaskan di dalam ajaran Islam, yaitu bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia. Pada awalnya manusia tidak mengenal kenyataan ini, kemudian muncullah beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Dengan adanya fitrah keagamaan dalam diri manusia itulah yang menjadi alasan mengapa manusia itu perlu terhadap agama. Oleh sebab itu, maka ketika datang wahyu Allah yang menyeru kepada manusia agar beragama, maka perintah tersebut memang sejalan dengan fitrah yang dimiliki oleh manusia. Dalam hal ini firman Allah terdapat di dalam (QS- ar-Ruum: 30) yang memiliki arti, maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepda agama Allah(Islam), sesuai fitrah Allah disebabkan dia telah mencptakan manusia menurut fitrahnya itu.”
Adanya kemampuan fitrah untuk beragama yang terdapat pada manusia dapat dianalis dari istilah ihsan yang digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan manusia. Dengan mengacu kepada informasi tersebut, Musa Asy-Ari memberikan kesimpulan bahwa insan adalah manusia yang menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya.
Sumber lain tentang potensi beragama yang dimiliki oleh manusia dapat dilihat pada firman Allah SWT dalam (QS. Al-‘A’raf: 172) yang artinya; ”dan (ingatlah) ketika tuhanmua mengeluarkan dari sulbi(tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka(seraya berfirman), bukankah aku ini tuhanmu? Mereka menjawab, ‘betul(engkau tuhan kami) kami mejadi saksi, (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, ‘ sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini”.[ Rosihon Anwar, H. Badruzzaman M. Yunus, Saehudin, 2017:114].
Dari informasi diatas jelaslah bahwa secara fitri manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama. Hal itu sesuai dengan salah satu hadis nabi yang mengatakan bahwa setiap anak yang dilahirkan memiliki(potensi beragama) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu Basrani, Yahudi, atau Majusi. Pentingnya menumbuh kembangkan potensi keagamaan yang ada pada diri seorang manusia, maka ketika ia baru lahir hendaklah mengumandagkan azan ditelinga kanannya dan iqamat ditelinga kirinya, lalu memberikan nama dengan nama yang baik-baik, memberi makanan yang halal, mencukur rambut setelah tujuh hari setelah kelahirannya, yang selanjutnya adalah menyembelihkan hewan aqiqah yang dihidangkan kepada tetangga, saudara, teman karib dengan tujuan agara keberadaannya disenangi ditengah-tengah lingkungan keluarganya yang kemudian akan menumbuhkan rasa harga dirinya.
Dari beberapa pendapat dan penjelsan, diatas dapat simpulkan bahwa alasan atau latar belakang perlunya manusia terhadap agama ialah karena pada diri manusia memang sudah ada potensi untuk beragama, dan potensi beragama ini membutuhkan bimbingan, arahan serta mengembangkan potensnya tersebut dengan cara mengenalkan agama kepadanya [ Rosihon Anwar, H. Badruzzaman M. Yunus, Saehudin, 2017:118].
Kekurangan dan kelebihan manusia
Sebab yang lain yang membuat manusia membutuhkan agama adalah kekurangan dan kelebihan manusia. Sebagaimana kata an-Nafs menurut Quraisy Sihab dalam pandangan al-qura’an, nafs ialah diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang sempurna dan berfungsi menampung serta mendorong manusia untu berbuat kebaikan dan keburukan, dan pada sisi inilah al-quran memberikan penjelasan yang lebih rinci. Hal itu terdapat dalam (QS. Asy-syam: 7-8)
”demi jiwa serta penyempurnaan(ciptaanya) maka dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan keburukan.
Kata ilham menurut Quraiys Syihab berarti kemampuan agar manusia melalui nafs mampu untuk mengetahu makna baik dan buruk serta mampu mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan keburukan. Namun berbeda halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh terminology kaum sufi, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh al-Qusyairi dalam risalahnya, beliau mengatakan bahwa nafs dalam pengertian sufi adalah sesuatu yang melahirkan sifat tercela dan sifat buruk.
Meskipun al-quran menegaskan bahwa nafs berfotensi positi dan negative, tetapi diperoleh juga isyarat bahwa pada hakikatnya , potensi positf pada manusia lebih besar daripada potensi negatifnya, meskipun daya Tarik keburukan lebih kuat dari kebaikan. Sifat buruk yang terdapat pada manusia diantaranya adalah berlaku zalim, melampui batas, sombong dan sifat-sifat tercela lainnya. Oleh karena itu manusia dituntut untuk menjaga kesucian jiwa , dan untuk menjaga kesucian jiwa tersebut manusia harus selalu mendekatkan diri kepaada Tuhan tentunya dengan bimbingan agama, dan disniilah letak kebutuhan manusa terhadap agama itu, pernyataan ini adalah menurut pendapat Quraisy Syihab.
Tantangan manusia
Sebab yang ketiga yang menjadikan manusia butuh dengan agama adalah karena manusia yang dalam kehidupannya sering mengalami berbagai cobaan, ujian, baik tantangan itu berasal dari Allah maupun berasal dari sesam manusia. Cobaan yang berasal dalam diri manusia seperti godaan hawa nafsu, bisikan setan. Dan adapun cobaan yang berasal dari luar diri manusia seperti timbulnya berbagai macam fitnah, adanya tipu muslihat yang dilakukan oleh orang-orang kafir yang menjauhkan umat manusia(dalam hal ini adalah orang-orang Muslim) dengan allah SWT. bahkan mereka rela mengeluarkan harta, tenaga mereka demi berhasil menjauhkan manusia dengan tuhannya.
Dengan adanya hal seperti itu, agar terhidar dari siasat dan tipu daya, maka perlu dibentengi dengan memberikan pelajaran dan pengajaran terhadap umat manusia, karena godaan dan tantangan dalam hidup itu tak kan Pernah berhenti dan bahkan semakin tinggi godaan dan tantangannya. Karena itulah perlunya manusia butuh terhadap agama [ Rosihon Anwar, H. Badruzzaman M. Yunus, Saehudin, 2017:120].
Nama : Siti Maryam
Makul: tugas UAS jurnalistik
#ilmu al_Quran dan Tafsir