Mari Menyapa Kegagalan?
Mari Menyapa Kegagalan
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah: 286).
Berbicara tentang gagal, dalam benak kita tanpa terkecuali saya pribadi, kita pernah berpikir kegagalan adalah cobaan dari sang pencipta, kegagalan adalah beban. Karna itulah banyak sekali orang yang gagal berakibat patal, prustasi, setres, bahkan sampai buang diri, karna tidak bisa untuk menghadapinya, namun coba kita berpikir, seberat apapun kegagalan dan sebesar apapun kegagalan sudah diporsikan oleh sang pencipta seperti QS. Al-Baqarah (01) ayat 286 diatas.
Namun yang musti kita lakukan sebagai hamba adalah bukan mengeluh dan meratapi, akan tetapi terus berusaha dan diiringi do’a, insyaallah diberikan kemudahan oleh Allah SWT. seperti yang tertera dalam surah Al-Baqarah ayat 185
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu
(QS. Al-Baqarah: 185).
Semua orang pasti menginginkan kesuksesan tanpa terkecuali saya peribadi. Namun mungkin terlihat aneh, terlihat gila, dan terlihat konyol ketika penulis mengangkat tema tentang Mari Menyapa Kegagalan. kenapa kegagalan perlu disapa?, apa gunanya?. dengan kegagalan banyak pundi-pundi pelajaran yang dapat kita petik, dan dengan menyapa kegagalan kita akan mengetahui bagaimana hakikat dari kesuksesan.
pertanyaannya bagaimana menyapa kegagalan? menyapa kegagalan bukan berarti kita bersenang-senang ketika mendapatnya ia Allah terimalah saya sudah gagal, bukan berati juga meratapinya mengapa hal itu bisa terjadi, tapi sapalah kegagalan sebagai motivasi untuk meraih segala kesuksesan yang pernah tertunda. Karna untuk menjadi orang sukses kita tidak lumput dari yang namanya gagal.
Pada dasarnya kegagalan adalah sebagian dari kesuksesan. mari kita berpikir, penulis ingin mengajak beranalogi tentang “mengapa orang bisa tenggelam apabila jatuh ke dalam air”. analogi ini penulis kutip dari motivator kelas dunia yang berbasis di Malaysia. dia biasa disapa Billy P. S. Lim, dia pernah menyatakan kepada peserta tereningnya tentang masalah diatas.
Jawaban pesertanya, rata-rata orang tenggelam ke dalam air karena tidak bisa berenang. Billy P. S. Lim membantah dan menyalahkan mereka itu. Yang hadir semuanya heran, mereka mengira Billy bercanda. Untuk menyakinkan mereka, Billy memberi contoh kejadian orang tenggelam di air sedalam tiga inci. Akhirnya, ia memberi tahu jawabannya: “Orang yang tenggelam karena dia menetap disitu dan tidak menggerakkan dirinya ketempat lain.”
(Solikhin Abu Izzuddin, Zero to Hero, hlm 55)
Lewat analogi diatas, bisa kita gambarkan dalam kehidupan kita. seandainya kita dalam posisi gagal, akan tetapi selalu mengerakkan semangat kerja keras, tidak mungkin akan selalu berada ditempat kegagalan. Roda kehidupan pasti berputar, usaha tidak akan pernah menghianati hasil.
Setelah memaparkan sedikit analogi, penulis ingin mengajak flashback ke belakang. ketika penulis berada dipesantren dahulu(pesantren darul Kamal Kembang kerang), banyak sekali pundi-pundi ilmu yang bisa kita petik dari kiyai kita, selain dari ilmu menafsirkan Al-Qur’an, ngaji kitab gundul, kitab-kitab ulama lainnya, dan juga banyak sekali kisah-kisah para ulama yang dapat menginspirasi kita. kala itu, pimpinan pondok pesantren (TGH. M. Ruslan Zain. an-nahdli) sedang mengadakan pengajian diluar desa, namu untuk mengisi kekosongan beliau digantikan oleh putranya (TGM. M. Zainuddin Ruslan. Lc). untuk mengisi kekosongan beliau banyak memberi kami motivasi lewat kisah para ulama, diantara kisah itu, kisah imam besar yang pernah gagal, namun tetap bangkit. simak ceritanya.
Imam itu adalah imam Al-Ghazali,Beliau adalah tokoh ulama besar, ahli fiqih dan tasawuf yang dikagumi banyak ulama dan kaum muslimin. Beliau dijuluki mujaddid (pembaharu) abad 5 Hijriyah dan digelari Hujjatul Islam. kendatipun begitu beliau juga pernah merasakan namanya kegagalan.
imam Al-Ghazali adalah imam besar yang juga gemar menulis, mencatat semua ilmu-ilmu yang beliau dapatkan. Namun suatu hari musibah menimpa beliau, hingga suatu hari imam Al-Ghazali berjalan membawa semua hasil ilmu yang beliau telah catat, namun ketika ditengah perjalanan beliau dihadang oleh segerombolan perampok. Perampok tersebut merebut semua bawaan yang beliau bawa, yang berupa hasil ilmu yang sudah dicatat. Imam Al-Ghazali bersi keras merebutnya, tapi dia malah dicemooh, masa mengandalkan ilmu hanya pada catatan bukan dari hafalan di hati, “Al ilmu ma fish shudhuur laa fis suthuur”, ujar para perampok.
Namun kegagalan tersebut tidak melumpuhkan semangat beliau dalam menimba ilmu, itulah yang melecut dirinya untuk mengambil ibrah dan merubah cara belajarnya dari sekedar mencatat menjadi penghapal. Dan hasilnya sangat luar biasa, sebagaimana kita rasakan hingga saat ini. Tidak hanya itu kegagalan lainnya juga imam Al-Ghazali pernah tersesat dalam bidang ilmu filsafat, ilmu kalam, namun akhirnya tersadar dan mengungkapkan kesehatan-kesesatan ilmu filsafat/ilmu kalam.( TGM. M. Zainuddin Ruslan. LC)
Berkat kegagalan itulah beliau banyak mengasilkan banyak karya-karya yang sangat fenomenal dan menarik untuk dikaji dan diteliti. diantara karya imam Al-Ghazali mulai dari karya beliau di bidang teologi, tasawuf, filsafat, fiqih, sampai di bidang logika.
Bidang filsafat
1.Maqashid al-Falasifah
2.Tahafut Al-Falasifah
Bidang Tasawuf
1. Ihya’ Ulum Al-Diin
2. Kimiya As-Sa’adah
3. Misykat Al-Anwar
4. Minhaj Al-Abidin
Bidang Fiqih
1. Al-Mushtasfa min ‘Ilm Al-Ushul
2. 2. Asas Al-Qiyas
3. 3. Al-Wajiz
Bidang Teologi
1. Al-Munqidh min Adh-Dhalal
2. Al-Arba’in fi Ushul Ad-Din
3. Mizan Al-Amal
Bidang Logika
1. Mi’yar Al-Ilm
2. Al-Qistas Al-Mustaqim
3. Al-Ma’arif Al-Aqliyah
(Nadzirotul Masruroh, Etika Islam dalam Perspektif Imam Al-Ghazali, 2019:104-105)
Pengalaman adalah guru terbaik. Kata-kata ini rasanya bisa mewakili kisah dari kisah imam Al-Ghazali diatas. Dari kisah diatas banyak sekali ibrah (pelajaran) yang bisa kita petik. yakni, pengalaman yang gagal bukan semestinya membuat kita tersungkur, akan tetapi kegagalan tersebut harus kita balik menjadi pengalaman manis yang lebih teratur. itulah yang patut untuk kita teladani, bukan disaat kita gagal ikut terbuntunya akal, tapi yang semestinya, kegagalan itu kita jadikan motivasi untuk menjadi lebih baik kedepannya, diiringi dengan doa, selepas itu baru kita tawakal.
Hakikat Kegagalan
- Orang yang takut melangkah karena takut salah dialah orang yang gagal.
- Orang yang tidak mau mengakui kekalahan dan kesalahan, merekalah orang yang gagal.
- Orang yang menyalahkan orang lain dan tidak mau mengoreksi dirinya, dialah orang yang gagal.
- kegagalan adalah milik mereka yang melangkah setengah hati, tak jelas apa yang dicari
- kegagalan terjadi apabila terpasung oleh mitos yang menghalangi langkah, tak berani mengambil resiko, ibarat duduk manis menunggu durian jatuh.
- kegagalan adalah hiasan akrab bagi orang yang manja, tak mau berusaha apalagi bekerja, tak mempunyai motivasi dalam dirinya.
- kegagalan milik mereka yang suka berpikir negatif, bertindak pasif, dan menyerah akan keadaan.(Solikhin Abu Izzuddin, Zero to Hero, hlm 54-55)
mari kita sama-sama bangkit, mungkin diantara kita ada yang pernah gagal, atau sedang merasakan kegagalan, jangan meratapinya, jadikanlah sebagai motivasi untuk meraih kesuksesan yang telah tertunda, jangan merasa bersedih, karna terkadang Allah SWT menguji sebagian kita dengan nikmatnya. Terkadang juga Allah SWT memberikan kita suatu keadaan yang berat bagi kita akan tetapi kita tidak menyangka bahwa hal tersebut adalalah kenikmatan yang baik darinya.
Semoga bermanfaat.
#Salam Literasi
Sumber
Solikhin Abu Izzuddin, Zero to Hero, , Pro-U Media, Yogyakarta, 2009.
TGM. M. Zainuddin Ruslan. LC
Nadzirotul Masruroh, Etika Islam dalam Perspektif Imam Al-Ghazali, Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan Islam Vol. 28 No. 2 Juli, 2019.
Nama: khaerurrozikin
Mapel:tugas jurnalistik
Jurusan:Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Semester: VII
Dosen pengampu:Muhammad Said. M. Ag