Gempa Mamuju: Pengungsi gempa Majene mulai kesulitan makanan, proses evakuasi korban di bawah reruntuhan masih dilakukan
Para pengungsi di Desa Bambangan, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Ribuan pengungsi dari dua kecamatan di Kabupaten Majene dilaporkan mulai mengalami kesulitan makanan lantaran daerah mereka terisolir pascagempa dengan berkuatan magnitude 6,2, Jumat (15/01). Namun, BNPB mengatakan akses jalan ke Kabupaten Mamuju sudah bisa dilalui kendaraan setelah tertimbun bebatuan karena gempa.
Sementara itu, proses evaluasi korban yang diyakini masih berada di bawah reruntuhan di Mamuju masih terus dilakukan. Wartawan Edyatma di Majene melaporkan kepada BBC News Indonesia, jalan antara Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene terputus akibat tertutup longsoran batu. “Makanya bantuan itu tidak ada yang sampai ke Majene, semua terfokus ke Mamuju,” kata Edyatma yang menyebut jaringan seluler sulit dijangkauan di sebagian lokasi pengungsian di Majene.
Laporan ini diakui oleh Kasi Sumber Daya Tim Basarnas Mamuju, Arianto Ardi. “Iya terputus, untuk akses Mamuju ke Majene. Jadi kami focus di kota Mamuju karena di sini diperkirakan beberapa titik belum dievakuasi,” katanya kepada BBC News Indonesia.
Namun, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan akses jalan poros Mamuju-Majene sudah bisa dilalui kendaraan. “Selain itu, ada beberapa titik longsor di Kabupaten Majene adalah longsor tiga titik di sepanjang jalan poros Majene-Mamuju, akses jalan sudah bisa dilalui kendaraan,” kata juru bicara BNPB, Raditya Jati dalam keterangan kepada wartawan, Sabtu (16/01).
BNPB mecatat sejauh ini, total yang meninggal akibat gempa pada Jumat (15/01) lalu sebanyak 46 orang. Masing-masing di Kabupaten Majene sebanyak 9 orang, dan Kabupaen Mamuju 37 orang. Sementara total korban luka mencapai 826 jiwa.
Sejak Sabtu (16/01) pagi, BNPB telah menetapkan status tanggap darurat di tingkat provinsi Sulawesi Barat. BNPB telah menyerahkan bantuan sebesar Rp 4 miliar kepada pemerintah daerah. “Rp 2 miliar untuk provinsi, dan Rp 1 miliar untuk masing-masing Kabupaten Majene dan Mamuju,” kata Raditya.
Mayoritas warga, terutama yang tinggal di daerah pesisir, menurut wartawan Edyatma, sudah mengungsi sejak Jumat (15/01) ke pegunungan. “Sejak kemarin hujan deras, sehingga masalah yang sekarang dihadapi pengungsi yang ada di gunung. Mereka kekurangan tenda, selimut, dan lain-lain. Banyak yang sakit tidak mendapat perawatan, karena puskesmas di Kecamatan Ulumanda Khususnya yang ada di gunung itu roboh, tidak ada aktivitas. Jadi warga tidak tertangani tim medis,” kata Edyatma.
Sejumlah warga mengungsi di ketinggian di Mamuju Sulawesi Barat, Sabtu (15/01/2021). Kecamatan Malunda merupakan salah satu daerah yang mengalami dampak parah akibat gempa bumi di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar). Malunda berada di dekat episentrum gempa bumi bermagnitudo 6,2, pada Jumat (15/01) dini hari. Saat ini hamper sebagian masyarakat di 12 desa/kelurahan di Kecamatan Malunda telah meng-ungsi. Rumah penduduk ambruk dan warga trauma hingga terpaksa mengevakuasi diri ke dataran lebih tinggi.
Kepala Desa Maliaya di Kecamatan Malunda, Masri, mengatakan gepa telah menewaskan seorang warganya dan memporak-porandakan sejumlah rumah. Kata Masri, 1.600 warga dari enam dusun di Desa Maliaya kini mengevakuasi diri ke tempat ketinggian. Warga mengungsi ke perbukitan di belakang pemukiman dan mendirikan tenda darurat. Perkampungan kini dikosongkan, hanya beberapa warga yang turun bergantian mamantau kondisi pemukimam. Akan tetapi, lanjut Masri,berbagai masalah kini muncul di lokasi pengungsian. Warga mulai kekurangan bahan makanan. Persediaan yang dibawa sudah menipis.
Menurut Masri, warga sangat membutuhkan makanan berupa beras, telur, mie instan dan air minum. Mereka juga memerlukan susu bayi serta popok untuk anak dan lansia. “Pemerintah desa berusaha untuk menutupi dulu sementara, sambil menunguu bantuan. Saya berusaha sendiri untk mencari makanan untuk warga saya, yang beras ini terutama,” ujarya kepada wartawan di Majene, Edyatma, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia. Selain Bahan makan, sejumlah warga juga masih membutuh tenda dan tikar. Beberapa orang terpaksa harus berteduh di kandang ayam atau menampung di tenda warga lainnya. “Ada yang tinggal di bawah kolong kandang ayam, kalau malam kita arahkan ke tenda karena kita khawatirkan jangan sampai ada gempa susulan kemudian itu kandang yang roboh,” ungkapnya.
Pengungsi di Desa Maliaya mulai kekurangan bahan makanan. Persediaan yang dibawa sudah menipis. Kondisi tak jauh berbeda terjadi di Desa Mekkata, Kecamatan Malunda. Wilayah ini juga mengalami dampak parah akibat gempa bumi. Ayu, seorang warga setempat, mengatakan lima warga Mekkata meninggal dunia tertimpa reruntuhan bangunan saat gempa berlangsung. Satu di antaranya merupakan Kepala Desa Mekkata, Kasman Kabir. Kata Ayu, hampis seluruh rumah warga di Desa Mekkata rusak parah akibat gempa bumi. Bahkan segian rumah di dusun Aholeng, Desa Mekkata rusak tertimbun longsor. “Banyak rumah rusak, rusak semua, dan ada MI lagi utuh. Di Dusun Aholeng, hilang sebagian rumah karena longsor,” ungkapnya. Pascagempa, lanjut Ayu, warga dari Sembilan dusun di Desa Mekkata mengungsi ke tempat ketinggian berjarak satu kilometer dari perkampungan. Jumlah pengungsi mencapai 2.000-an orang.
Di lokasi pengungsian, warga mendirikan tenda darurat. Ada pula yang tidak mempunyai tenda sehingga harus menumpang di tenda warga lainnya. “Sebagian baku dempet sekali, bercampur bari perempuan, laki-laki dan anak-anak,” ujarnya. Bukan hanya tenda, kata Ayu, warga juga kekurangan tikar sebagai alas. Beberapa warga terpaksa menngunakan karung bekas sebagi tempat tidur. Kini pengungsi di Desa Mekkata keterbatasan makanan. Menurut Ayu, persediaan makanan pengungsi mulai habis. Sementara bantuan tak kunjung dating.
Sementara itu di Desa Bambangan, Kecamatan Malunda, lokasi pengungsian dipusatkan di tanah tengah perkampungan. Lokasi evakuasi disatukan di Dusun Tabolo. Warga setempat, Munir mengatakan, di lokasi pengungsian dibangun tenda sebagai tempat bernaung. Sementara untuk kebutuhan makanan masyarakat disipkan oleh pemerintah desa. Namun, kata Munir, bantuan pemerintah desa belum mencukupi untuk kebutuhan seluruh pengunngsi. “Kurang sekali, ada bantuan dari desa tapi tidak cukup juga karena banyak sekali warga disini,” katanya. Evakuasi korban tertimbun reruntuhan di Mamuju.
Hari kedua evakuasi korban gempa di Sulawesi Barat. Proses evakuasi di Mamuju berlangsung di empat titik. Diyakini masih ada korban yang tertimbun reruntuhan akibat gempa pada Jumat (15/01). Proses pencarian berlangsung di perumahan DPRD Provinsi Sulbar, Hotel Maleo dan Hotel Matos (Maleo Town Square), dan Rumah Sakit Mitra Makarra. “Tapi informasi terbaru Mira Manakarra itu sudah clear. Sudah tidak ada korban jiwa. Sudah selesai,” kata Arianto.
Kemudian, lokasi evakuasi lainnya di swalayan Family Mart. “Itu masih ada empat orang yang tertimbun di swalayan tersebut,” tambah Arianto. Sejauh ini, tim Basarnas belum bisa memastikan jumlah korban yang masih tertimbun puing bangunan. “Di titik-titik itu diyakini ada. Tapi jumlahnya yang kita tidak pastikan,” kata Arianto. Secara keseluruhan, penjabat setempat melaporkan 45 orang meninggal dunia akibat gempa. Sebanyak 36 orang terdata di Mamuju dan Sembilan lainnya di Majene.
Warga mengamati bangunan RS Mitra Manakarra yang roboh pasacagempa bumi, di Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (15/01/2021). BPBD Majene menginformasikan longsor di tiga titik sepanjang jalan poros Majene-Mamuju sehingga menyebabkan akses jalan terputus. Hingga berita ini diterbitkan, petugas masih menyisir lokasi terdampak gempa guna mengevakuasi korban. Merespons kondisi ini, BPBD setempat melakukan penanganan darurat, seperti penanganan korban luka, evakuasi, pendatan dan pendirian pos pengungsiann. Kebutuhan mendesak saat ini berupa sembako, selimut dan tikar, tenda keluarga, pelayanan medis dan terpal.
Sebuah mobil dan bangunan rusak akibat gema bumi, di Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (15/01/2021). Panik keluar rumah. Sebelumnya, BPBD Kabupaten Majene menginformasikan warganya merasakan gempa kuat selama lima hingga tujuh detik. Gempa yang berpusat 6 km Timur Laut Majene, Sulawesi Barat (Sulbar) membuat para warga panic. Kepanikan membuat mereka keluar rumah.
Hala serupa dirasakan warga Kabupaten Polewali Mandar. BPBD setempat menginformasikan gempa dirasakan warga cukup sekitar 5 hingga 7 detik. Berdasarkan analisis peta guncangan BMKG yang diukur dengan skala MMI atau Modified Mercalli Intensity, guncangan IV-V MMI di Majene, III MMI di Palu, Sulawesi Tengah dan II MMI di Makassar, Sulawesi Selatan. Skala Mercalli tersebut merupakan satuan mengukur kekuatan gempa.
Refrensi
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55671900
#Nama: Muhammad nazaruddin
#Jurusan: MPI (Manajemen Pendidikan Islam)
#Semester: III (Tiga)
#Dosen Pengampu: Fiziyan Yahya, M.Pd
#UAS-STAIDK