Liburan dengan Balutan Budaya Sasak
Suatu hari aku bersama lima temanku berencana ingin pergi jalan-jalan atau liburan dan tempat yang ingin kami kunjungi yaitu Pantai Kuta Mandalika. kemudian kami memutuskan untuk pergi liburan pada hari minggu. Aku dan teman-teman pergi berlibur menggunakan tiga sepeda motor dengan berboncengan, karena dengan menggunakan sepeda motor akan lebih efisien.
Di perjalanan banyak pengalaman dan cerita yang kami alami tanpa saya sadari dua teman saya masih jauh ketinggalan, karena pada waktu itu kami belum terlalu hapal jalan menuju ke Pantai Kuta Mandalika terpaksa saya menunggu teman yang masih jauh dibelakang. Seketika kami tidak tahu lagi jalur mana yang harus dilewati, kami meminta bantuan kepada geogle map. Walaupun menggunakan geogle map untuk penunjuk jalan tapi kami masih salah jalur sampai muter dua kali di depan gerbang Bandara Internasional Lombok (BIL). Maklum saja waktu itu pertama kali saya ke Pantai Kuta Mandalika heheheheh.
setibanya kami di Pantai Kuta Mandalika langsung memarkirkan sepeda motor dan membayar parkir Rp. 5.000. setelah itu kami menikmati indahnya pantai dengan pasir putih yang cantik dan ditambah dengan bebukitan yang menambah keindahan pantai tersebut dan cocok untuk dijadikan spot poto, sehingga kami tidak menyia-nyiakan momen tersebut dengan beberapa kali mengambil gambar.
Di Pantai tersebut kami hanya duduk santai menikmati indahnya ombak laut dan dengan hembusan angin yang sejuk menambah ketenangan jiwa. Di Pantai Kuta Mandalika kami tidak bertahan lama, ya……. karena bosan juga melihat turis asing yang berlalu lalang dengan pakaian minimalis yang dikhawatirkan bisa menggoda iman teman kami yang laki-laki.
Setelah itu kami beranjak pergi mengambil sepeda motor, akan tetapi ketika kami mengambil sepeda motor, petugas parkir meminta bayaran parkir kembali padahal kami sudah bayar sebelumnya dipetugas parkir yang lain, kami pun sempat sedikit ribut dengan petugas parkir tersebut karena kami tidak terima dimintai bayaran parkir dua kali. kemudian datang petugas parkir tempat kami bayar sebelumnya, dan kamipun bisa mengambil motor kami kembali. Setelah kami beranjak pergi dari pantai kuta kami tidak langsung pulang, melainkan kami beranjak ke pantai Selong Belanak yang tempatnya jauh juga dari pantai kuta. Didalam perjalanan ke pantai Selong Belanak kami melewati pemandangan yang begitu indah di pinggir jalan dimana sepanjang jalan dihiasi dengan indahnya pepohonan hijau dan bebukitan yang indah.
Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama dan melelahkan kami pun sampai di pantai Selong Belanak. setibanya kami langsung masuk dengan membayar karcis 10.000 rupiah dan uang parkir 10.000 per kendaraan. Disela-sela bersantai kami tetap tidak lupa dengan kewajiban kami sebagai seorang muslim yaitu sholat zuhur, ketika waktu sholat zuhur tiba kami mengambil air wuduk di musolla setempat dan sholat pun di musolla tersebut.
Pantai Selong Belanak ini tidak kalah cantiknya dengan pantai kuta mandalika, keindahan pantai Selong Belanak ini nampak dengan lautnya yang seolah-olah mengelilingi sebuah bukit ditengah laut dengan pasir putihnya menambah keindahan pantai tersebut. Namun keindahan pantai tersebut tercemar oleh sampah plastik yang dibuang berserakan di pinggir pantai tersebut oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Budaya membuang sampah sembarangan ini masih menjadi budaya buruk masyarakat kita di Lombok, padahal seharusnya kita menampilkan budaya-budaya yang baik di depan touris-touris asing yang banyak berkunjung di pantai tersebut.
Cara kami menikmati indahnya pantai Selong Belanak itu sama saja dengan kami menikmati indahnya pantai kuta mandalika yang sebelumnya kami kunjungi, yaitu dengan berfoto-foto dan duduk santai sambil makan cemilan yang di jual di pantai itu, dan pemandangan yang kami lihat dipinggir pantai itu adalah melihat touris berjemur seperti ikan yang baru ditangkap he he he.
Setelah berlama-lama merefresh otak dengan keindahan pantai, kami pun beranjak pulang meninggalkan kenangan yang indah dipantai tersebut. Dalam perjalanan pulang lagi-lagi kami salah jalur dengan memasuki jalur depan bandara Bil. Setelah kami memasuki jalan perkampungan di Lombok Tengah, kami melihat masyarakat setempat sedang mengadakan perayaan budaya berupa nyongkolan Dan bukan hanya satu kelompok yang sedang nyongkoan, melainkan sampai tiga pengantin sedang nyongkolan yang kami saksikan sepanjang perjalanan pulang. Dan akhirnya perjalanan kami tidak begitu lancar atau macet karena banyaknya masyarakat setempat yang memenuhi jalan untuk mengiringi pengantin dalam nyongkolan tersebut.
Nyongkolan merupakan adat suku sasak di Lombok yang diadakan ketika ada sepasang muda mudi yang menikah. Nyongkolan adalah puncak dari tahapan ritual pernikahan adat sasak Lombok. Acara ini dilakukan dalam bentuk arak-arakan ( pawai) pasangan pengantin layaknya seorang raja dan ratu menuju kediaman mempelai wanita. Rombongan pengantin tersebut di balut dengan pakaian adat khas suku sasak. Rombongan juga akan diiringi oleh grup musik tradisional Gendang Belek, cilokak atau kecimol. Tradisi ini tentunya bisa ditemui hampir di seluruh desa yang ada di Lombok, apalagi kalo akhir pekan pastinya bisa kita temui di sekitaran daerah Lombok Tengah.
Karena perjalanan kami terhambat akibat adanya acara nyongkolan tersebut, perut kami pun bunyi kelaparan, dan kami mampir di warung bakso pinggir jalan untuk mengisi perut yang lagi keroncongan. Kami memilih makan bakso karena selain rasanya yang enak harganya pun murah meriah dan juga mudah ditemukan. Setelah kami selesai makan bakso kami langsung bergegas pulang karena hari sudah malam. Dan sampailah kami kerumah masing-masing dengan selamat. dalam tulisan ini dapat mengambil pesan yaitu dimana pun kita berada di kolam ataupun di pantai kita harus tetap menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita berada.
Nama: Ziadatul Khaer
Jurusan: Manajemen Pendidikan Islam
Jenjang Semester: VII (Tujuh)
Nama Dosen Pengampu: Fiziah Yahya, M. Pd
#UAS-STAIDK-2021