Puisi Brokenhome
“Broken Home”
Ku terbangun dalam sunyi sepinya hidup, meratapi nasib yang sungguh tak pernah ku inginkan.
Tak sedikitpun kepala ini mampu berfikir dengan jernih, keadaan yang menimpa termat begitu menyakitkan.
Mungkin benar ini takdir, atau mungkin benar ini adalah nasib yang memang harus ku terima
Namun tanpa sadar diri ini sungguh tak terima, kala melihat ibu dan ayah tak bertegur sapa.
Ingin ku coba, bagaimana agar singgasana yang telah di ambang kehancur, yang perlahan mulai runtuh ini kembali terhias akan canda dan tawa.
Ingin pula ku coba, hilangkan semua petaka yang seakan tak henti-hentinya mendera.
Tapi mengapa oh tuhan, mengapa keegoisan antara ibu dan ayah tak sedikitpun mereda.
sungguh rasa ini semakin hari semakin membuat diri ini lemah tak berdaya, ketika melihat kenyataan bahwa keluarga kecil kami di ambang kehancuran yang sungguh aku sendiri tak pernah menginginkannya.
Oh tuhan, mengapa perlahan canda tawa yang dulunya begitu terasa hanyat kini semakin memudar.
Kata keharmonisan dan kasih sayang sungguh tak pernah lagi ku dengar.
Lantas apakah salah jika aku melihat keindahan pada kehidupan mereka yang jauh dari kata kehancuran.
Sedikit berharap tuk menepis pilu yang mungkin kan berujung pada kesia-siaan.
Ibu,,, ayah.
Aku tak salahkan kalian dengan semua pilu yang kurasa, aku juga tak salahkan kalian atas derita yang jadikan hati dan jiwa ini kian tersiksa.
Namun satu hal yang ku beritahu, betapa sungguh dalam hati kecil ini tak henti-hentinya ku berharap agar keluarga kita kembali seperti dulu.
Penuh akan kehangatan, keharmonisan dan canda tawa yang sunggu saat ini sedang kurindu.