Broken home
“
Kebanyakan dari kita, terutama yang berposisi sebagai seorang menganggap broken home adalah mimpi buruk.
Saat mendengar mendengar kata broken home yang pertama kali muncul di benak dan pikiran kita adalah “kehancuran”.
Bayangkan betapa menyedihkan dan betapa mengerikannya bila sejak kecil harus merasakan yg namanya berantakan, kehancuran, menelan pahitnya hidup tanpa pernah sekalipun merasakan yang namanya dukungan dari kedua orang tua, layaknya sebuah keluarga yang utuh, berpura-pura kuat seakan semuanya baik-baik saja. Itulah yg saat ini aku rasakan!!
Dulu aku masih sangat kecil dan tak mengetahui apapun tentang cinta, perpisahan dengan dalih perbedaan, atau apapun yg membuat sebuah perceraian menjadi opsi terakhir dalam menentukan pilihan.
Saat itu aku benar-benar tak paham, mengapa memilih berpisah dengan ayah, tanpa memikirkan bagaimana masa depan anaknya jika harus hidup dengan keluarga berantakan. Dengan mudahnya mereka berpisah, meninggalkan aku sendiri yang rasanya semakin larut dalam keterpurukan .
Lantas siapakah yg harus aku salahkan atas perpisahan ini.
Apakah ayah, ataukah Ibu?
Mereka terlalu egois dengan sibuk mencari kebahagiaan mereka masing-masing tanpa pernah sekalipun mereka bayangkan bagaimana rasanya menjadi aku.
Berawal dari ayah yang memilih pergi demi sebuah kejayaan, yang sejak saat saat itulah duniaku seperti runtuh. Saat ini, saat aku remaja perlahan aku mulai mencoba memahami apa yang terjadi.
Aku hanya ingin ayah tau bahwa aku yang kau tinggalkan, sekarang sudah mulai tumbuh dan bersinar saat engkau tidak ada pada masa-masa pertumbuhanku.
Aku tahu ini adalah takdir. Ayah, tak peduli apapun alasanmu meninggalkanku, Kau tetap pahlawanku.
Dan engkau ibu, Kau tetaplah tetap malaikatku.
Terimakasih, terimakasih ku ucapkan, karna kalian aku balajar menjadi seorang yang kuat sampai saat ini.
Percayalah anak brokenhome adalah anak yg kuat dan tangguhđ