Benarkah Al-Qur’an itu adalah kalam tuhan?
Seperti yang kita ketahui Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang di turunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia. Di mana Al-Qur’an itu sendiri di sampaikan melalui perantaraan malaikat Jibril berupa wahyu dengan cara berangsur-angsur yang di awali dengan wahyu pertama surah Al-‘Alaq ayat 1-5. Benarkah demikian?
Dari peristiwa tersebut banyak sekali muncul persoalan yang terjadi di berbagai kalalang umat manusia terutama kalangan orientalis. “Jika memang benar Al-Qur’an itu di turunkan melalui Jibril, apa buktinya kalau Al-Qur’an memang Jibril lah yang menyampaikannya? Bisa saja Al-Qur’an itu hanyalah sebuah karangan Muhammad”. Di kalangan orientais sendiri sering terjadi pro dan kontra dalam mengkaji peristiwa pewahyuan Al-Qur’an terhadap Nabi Muhammad SAW. Di antaranya yaitu kalangan orientalis yang tidak mempercayai bahwa Al-Qur’an adalah wahyu tuhan melainkan hanyalah sebuah rekayasa manusia belaka. Di saat Nabi sedang menerima wahyu dalam keadaan bermimpi, dalam mimpi tersebut beliau mendengar suara gemerincingan lonceng yang kemudian membuat beliau bangun dan ketakukan sehingga beliau melarikan diri dari rumah beliau menuju gua Hira. Dalam kejadian tersebut para orientalis beranggapan bahwa Muhammad telah di rasuki jin sehingga ia gemetaran dan memita untuk di selimuti oleh Siti Khadijah istrinya. Kemudian ketika Siti Khadijah bertanya kepada pamannya setelah menceritakan kejadian tentang apa yang telah di alami oleh suaminya, lalu pamannya mengatakan itu adalah salah satu tanda kenabian. Para orientalis menjelaskan orang yang di tanya oleh Siti Khadijah sekaligus pamannya itu adalah salah satu tokoh Yahudi dan ia membenarkan Muhammad adalah seorang Nabi. Sehingga para orientalis mengatakan ajaran yang di bawa Muhammad adalah gabungan antara ajaran Yahudi dan Nasrani. Karna sebelum Ka’bah, umat Islam pernah menjadikan masjid Al-Aqsa sebagai kiblat. Mereka juga mengangap bahwa isi Al-Qur’an ialah hasil dari menjiplak kitab Taurat dan Injil karna sebagian bahasa yang di pakai dalam Al-Qur’an menggunakan bahasa Ibrani, di samping itu juga dalam Al-Qur’an terdapat kisah-kisah umat terdahulu yang sama dengan kitab-kitab sebelumnya.
Berbicara tentang bahwa Al-Qur’an itu adalah hasil dari jiplakkan kitab Taurat dan Injil, kita ketahui dari urutan kitab-kitab yang di berikan kepada nabi-nabi terdahulu bahwa Al-Qur’an adalah penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Karna dalam kitab-kitab tersebut sudah di jelaskan nabi siapa saja yang mendapatkan kitab suci dan akan di bawa olehnya, tidak lain isi dari kitab-kitab itu adalah kisah umat-umat terdahulu baik yang taat maupun yang ingkar. Sehingga orang orientalis mengklaim A-Qur’an adalah hasil gabungan dari kitab-kitab sebelumnya. Memang kisah-kisah di dalam Al-Qur’an tidak sesempurna dan sedetail kisah-kisah dalam kitab terdahulu (kisah israiliyat), namun di dalamnya menjelaskan seluruh seluk-beluk makhluk hidup terutama manusia, penciptaan alam semesta, dan lain sebagainya. Bukan hanya itu saja, mereka juga menganggap Al-Qur’an telah menggunakan bahsa Ibrani. Padahal Al-Qur’an itu kaya akan bahasa, kata, dan makna. Dalam dua kata yang sama saja ia memiliki makna berbeda, salah satu dari kedua kata tersebut memiliki makna luas dan khusus. Contohnya kata “Ar-Rahman” dan kata “Ar-Rahim”. Asal dari kedua kata itu adalah “Rahama”, dimana kata yang memiliki makna yang khusus adalah “Ar-Rahim”. Selanjutnya dalam dua kata yang berbeda namun memiliki makna yang sama, tapi dari salah satu kata tersebut memiliki makna yang sangat lebih dan khusus. Contohnya kata “thoharoh” dan “khalis”. Makna dari kedua kata tersebut yaitu suci, dimana kata yang memiliki makna lebih dan khusus adalah “khalis”.
Kita bisa melihat pandangan orientalis terhadap Al-Qur’an yang menujukkan bahwa kitab yang di baca umat Muslim dari waktu pagi hingga malam itu bukanlah kalam tuhan. Orientalis tersebut memaparkan bukti-bukti kepalsuan Al-Qur’an (menurut mereka) dengan cara mengkaitkan Al-Qur’an dan logika, contohnya seperti pandangan mereka terhadap Al-Qur’an di atas yang bisa masuk akal dan bisa saja menggoyahkan iman seseorang. Namun dari bukti-bukti tersebut kita bisa menepis pandangan mereka terhadap Al-Qur’an. Karna tidak semua isi Al-Qur’an itu bisa di sandingkan dengan logika.
Di dalam Al-Qur’an sendiri sudah di jelaskan bahwa tidak ada keraguan padanya, terdat dalam surah Al-Baqarah ayat 2. Mereka yang percaya terhadap Al-Qur’an adalah mereka yang beriman, bertakwa kepada Allah dan hari kiamat. Bukan mereka yang tidak beriman, tentu mereka tidak mempercayainya karna hati mereka sudah di tutupi dan tidak mau menerima kebenaran sehingga mereka ingin menutupi kebenaran Al-Qur’an. Mereka mencoba mempepelajari Al-Qur’an karna ingin mencari kelemahannya, namun tidak bisa karna Al-Qur’an sendiri tidak mempunyai kelemahan.
Bukti dari keautentikan Al-Qur’an yaitu ayat-ayatnya tidak ada satupun manusia yang bisa menandingi kesastraannya. Di mana pada suatu waktu orang-orang kafir tidak mempercayai ayat yang di bacakan Nabi Muhammad. Lalu beliau menyuruh mereka membuat syair atau ayat yang serupa dan menandingi ayat tersebut, namun tidak ada seorang pun yang bisa. Bahkan bisa di bilang syair atau ayat yang mereka buat terkesan lucu. Sehingga mereka meyakini bahwa ayat yang di bacakan itu bukanlah hasil dari karangan manusia melainkan ayat yang turun langsung dari Allah, tuhan sang pencipta alam semesta. Bagai mana mungkin Muhammad yang di kenal tidak bisa baca tulis atau di katakan Ummi bisa membuat ayat sebagus itu, walaupun sebagian dari mereka tetap tidak percaya terhadap apa yang di bacakan oleh Nabi. Dan bukti keautentikan Al-Qur’an selanjutnya yaitu bahwa Al-Qur’an selalu terpelihara sampai sekarang, di mana di terangkan dalam surah Al-Hijr ayat 9 yang bunyinya “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti kami (pula) yang akan memeliharanya”. Juga di masa para sahabat mereka sangat berhati-hati dalam mengumpulkan dan mencetak ayat-ayat Al-Qur’an.
Dari segi keautentikan dan kesakralannya. Ia di turunkan kepada Nabi yang mulia pada malam yang mulia, dari tuhan seluruh alam kepada Nabi rahmat bagi seluruh alam. Tidak lain sebagai penuntun umat manusia menuju jalan yang sebenarnya. Salah satu bentuk kasih sayang sang pencipta kepada hambanya. Bisa di lihat dari semua ruang lingkup tata kehidupan di dunia telah terangkum dalam 30 juz. Karna pola kehidupan di dunia itu selalu berulang-ulang, konteksnya sama tapi bentuknya berbeda.
Jadi, tidak ada lagi keraguan bahwasanya Al-Qur’an itu adalah kalam tuhan. Para orientalis itu tidak lain hanya ingin menyesatkan dan ingin menguasai umat Islam, jangan sampai umat Islam mudah di bodohi dengan apa yang mereka katakan. Sebab apa yang mereka katakan tersebut hasil dari pemikiran, penelitian, juga terkaan. Dan pada dasarnya pemikiran itu tidak selamanya benar, karna di saat berfikir yang berperan di sana adalah antara akal dan nafsu. Kita tdiak tau yang condong berperan di sana itu apa, apakah itu akal ataukah nafsu. Maka dari itu kita selaku umat Islam perlu mengenal lebih dekat kitab suci kita, sehingga kita bisa menepis pemikiran dan pandangan orang orientalis terhadap Al-Qur’an di masa mendatang.