Sekilas Metode Pembelajaran Al-Qur’an
4 mins read

Sekilas Metode Pembelajaran Al-Qur’an

Dalam pembelajaran Al-Qur’an ada beberapa metode yang harus dipelajari yang pertama:
A. Metode Iqro’

     Metode iqro’ adalah metode pegejaan, yakni metode tampa menjelaskan tajwidnya atau teorinya dan bisa dikatakan metode santai adapun Metode  iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Quran dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.

Adapun kelebihan dan kelemahan metode Iqro’ adalah:

a) Kelebihan

  • Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.
  • Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
  • Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapatmemberikan sanjungan/pujian, perhatian dan penghargaan.
  • Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
  • Bukunya mudah di dapat di toko-toko.


b) Kekurangan

  • Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
  • Tak ada media belajar.
  • Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.

B. Metode Al-bagdady

Metode al- bagdady merupakan metode tarbiyah, yakni metode pengajaran ” alif ” ba” ta” metode ini paling awal muncul di indonesia adapun Cara pembelajaran metode ini adalah:

  1. Hafalan
  2. Eja
  3. Modul
  4. Tidak variatif
  5. pemberian contoh yang absolute


Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a) Kelebihan

  • Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
  • Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.

b) Kekurangan

  • Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja.
  • Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam membaca.
  • Kurang variatif 
‎c. Metode Qiro’ati

      Metode Qiro’ati disusun oleh Ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy pada tahun 1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Ahrom (sebagai penyusun didalam bukunya “Sistem Qa’idah Qira’ati” Ngembul, Kalipare), metode ini ialah membaca Al-Quran yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qa’idah ilmu tajwid sistem pendidikan dan pengajaran metode Qira’ati ini melalui system pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan). Santri/anak didik dapat naik kelas/jilid berikutnya dengan syarat:

  1. Sudah menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas.
  2. Lulus tes yang telah diujikan oleh sekolah/TPA.


Perinsip- perinsip metode Qiro’ati

1. prinsip-prinsip yang dipegang oleh guru/ustadz yaitu:

  • Tiwagas (teliti, waspada dan tegas)
  • daktun (tidak boleh menuntun)

2. Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri/anak didik:

  • CBSA : Cara belajar santri aktif. 

Strategi belajar metode Qiro’ati

     Dalam mengajar Al-Qur’an dikenal beberapa macam stategi. Yaitu:
Strategi umum atau global

  • Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu.
  • Klasikal Individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz untuk menerangkan pokokpelajaran secara klasikal.
  • Klasikal baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak.

Strategi khusus atau detil

       Strategi ini agar berjalan dengan baik maka perlu di perhatikan syarat syaratnya. Dan strategi ini meng-ajarkannya secara khusus atau detil. Dalam mengajar-kan metode qiro’ati ada I sampai VI yaitu:
1. Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca Al-Qur’an. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri.
  1. Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target Jilid I.
  2. Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad).
  3. Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid.
  4. Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus mampu membaca dengan baik dan benar.
  5. Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Juz 27.


Juz I sampai Juz VI mempunyai target yang harus dicapai sehingga disini guru harus lebih sering melatih peserta didik agar target-target itu tercapai. Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain:


a. Kelebihan

   Siswa walaupun belum mengenal tajwid secara konsep tetapi sudah bisa membaca Al-Qur’an secara tajwid.Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur’andengan tajwidnyaitu fardlu ain.

  • Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.
  • Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.
  • Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika lulus.

Kekurangan

Dalam metode ini tidak disebutkan kekurangannya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *