Sekilas Metode Pembelajaran Al-Qur’an
Metode iqro’ adalah metode pegejaan, yakni metode tampa menjelaskan tajwidnya atau teorinya dan bisa dikatakan metode santai adapun Metode iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Quran dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Adapun kelebihan dan kelemahan metode Iqro’ adalah:
a) Kelebihan
- Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.
- Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
- Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapatmemberikan sanjungan/pujian, perhatian dan penghargaan.
- Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
- Bukunya mudah di dapat di toko-toko.
b) Kekurangan
- Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
- Tak ada media belajar.
- Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.
B. Metode Al-bagdady
Metode al- bagdady merupakan metode tarbiyah, yakni metode pengajaran ” alif ” ba” ta” metode ini paling awal muncul di indonesia adapun Cara pembelajaran metode ini adalah:
- Hafalan
- Eja
- Modul
- Tidak variatif
- pemberian contoh yang absolute
Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a) Kelebihan
- Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
- Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.
b) Kekurangan
- Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja.
- Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam membaca.
- Kurang variatif
Metode Qiro’ati disusun oleh Ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy pada tahun 1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Ahrom (sebagai penyusun didalam bukunya “Sistem Qa’idah Qira’ati” Ngembul, Kalipare), metode ini ialah membaca Al-Quran yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qa’idah ilmu tajwid sistem pendidikan dan pengajaran metode Qira’ati ini melalui system pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan). Santri/anak didik dapat naik kelas/jilid berikutnya dengan syarat:
- Sudah menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas.
- Lulus tes yang telah diujikan oleh sekolah/TPA.
Perinsip- perinsip metode Qiro’ati
1. prinsip-prinsip yang dipegang oleh guru/ustadz yaitu:
- Tiwagas (teliti, waspada dan tegas)
- daktun (tidak boleh menuntun)
2. Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri/anak didik:
- CBSA : Cara belajar santri aktif.
Strategi belajar metode Qiro’ati
Dalam mengajar Al-Qur’an dikenal beberapa macam stategi. Yaitu:
- Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu.
- Klasikal Individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz untuk menerangkan pokokpelajaran secara klasikal.
- Klasikal baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak.
Strategi khusus atau detil
- Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target Jilid I.
- Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad).
- Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid.
- Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus mampu membaca dengan baik dan benar.
- Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Juz 27.
Juz I sampai Juz VI mempunyai target yang harus dicapai sehingga disini guru harus lebih sering melatih peserta didik agar target-target itu tercapai. Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain:
a. Kelebihan
Siswa walaupun belum mengenal tajwid secara konsep tetapi sudah bisa membaca Al-Qur’an secara tajwid.Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur’andengan tajwidnyaitu fardlu ain.
- Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.
- Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.
- Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika lulus.
Kekurangan
Dalam metode ini tidak disebutkan kekurangannya