MUTIARA DALAM LUMPUR
2 mins read

MUTIARA DALAM LUMPUR

Tulisan ini hadir berawal dari sebuah GHIBTAH (rasa  iri yang positif) terhadap adik-adik tingkat yang selalu dan terus menerus meningkatkan kemampuan intelektulitasnya sebagai seorang mahasiswa STAI Darul Kamal. Tangan ini sudah lama menganggur, hati ini sudah lama mati suri dari berfikir kritis.

Bersyukur kini kampus telah membuat dan mempasilitasi bagi otak yang beku, hati yang bawel “cerewet” sebuah wadah yang bukan hanya layak tapi juga sangat terhormat yaitu berupa jurnal-jurnal.

Sedikit saya ceritakan “uneg-uneg” yang sejak lama terpendam dalam hati, dan ini sekaligus melatarbelakangi sebuah judul tulisan ini yaitu “MUTIARA DALAM LUMPUR”. Mutiara dalam lumpur itulah sebuah istilah yang saya anggap paling pas dan cocok dalam fikiran saya saat itu untuk kampus tercinta STAI DARUL KAMAL NW KEMBANG KERANG. Ditengah-tengah keterbatsan refrensi baik refrensi dari media buku cetak maupun buku digital/ internet. Saat itu, untuk mencari refrensi kami harus kewarnet Aikmel mulai ba’da isya sampai jam 10 malam, bahkan sampai jam 11 malam, bukan hanya itu kami juga pernah sampai ke mataram hanya untuk mendownload. Dulu kembang kerang tidak sehebat sekarang, wifi nangkring disetiap pojokan rumah, hanya modal 2000 rupiah kita bisa mengakses banyak hal. Namun ada hal yang paling kami nikmati saat itu, saat itu saya menyebutnya sebuah “Diskusi Jalanan”. Diskusi jalanan menghidupkan semangat kami untuk terus menerus membaca,. Sembari menunggu kedatangan dosen, di luar ruangan, dibawah pohon mangga terdapat kelompok-kelompok diskusi. diskusi jalanan kami lanjutkan dengan diskusi door to door.

Diskusi door to door ini awalnya hanya sebatas wilayah kembang kerang, seiring berjalannya waktu kami melanjutkan ke tempat-tempat mahasiswa yang berada diluar kembang kerang, seperti di wilayah Karang Baru dan Suela. kami menyadari banyak keterbatasan saat itu, tapi kami tidak pernah memberikan sedikit celah bagi sebuah alasan untuk masuk kedalam hati untuk memapah semangat kami. diskusi door to door yang kala itu kami anggap ajang canda-canda, aktifitas “receh” kini telah mendapat pengakuan oleh rekan kami yang saat ini sedang menyelesaikan S3 nya di Jogja yaitu Dr.Muhammad Said.

MUTIARA yang saya maksud dalam istilah ini ialah para tuan guru dan para dosen yang berkualitas yang senantiasa mengajarkan ilmunya kepada kita dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Sedangkan LUMPUR ialah para mahasiswa yang dengan segala keterbatasannya mereka mampu menjadi LUMPUR EMAS yang berkilauan.

Roki Gerung, presiden akal sehat pernah mengatakan “ijazah itu tanda orang pernah sekolah bukan tanda orang pernah berfikir”. tapi saat ini saya mengajak “mari kita buktikan bahwa kita mendapatakan ijazah bukan hanya sebagai tanda kita pernah sekolah tapi sebagai bukti bahwa kita pernah berfikir”.

2 thoughts on “MUTIARA DALAM LUMPUR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *