Antara Perjuangan dan Rindu
Getaran rindu dalam hatiku kini mulai menyapa seiring berjalannya waktu yang terus berputar. Suasana malam mulai temaram di iringi oleh hembusan angin yang perlahan-lahan meniup dedaunan juga tanaman-tanaman yang ada di dekat halaman rumahku.
Astagfirullah…. Astagfirullah….Astagfirullah…..
Mengapa rindu ini harus hadir dalam hatiku ya allah?
Mengapa masih bersemayam dalam hatiku sampai detik ini?
Aku bingung, aku gelisah dan galau tak tentu arah, harus kemana akan kubawa rasa ini?
Kepada siapa aku akan bercerita tentang semua ini?
Semakin kucoba untuk melupakan semua tentangnya, bukan menghilang rindu yang ada namun malah membesar dan getaran rindu itupun mulai menyapa qalbu hanya teruntuk sang inspirasiku.
Aku masih duduk sendirian di teras rumah sambil membaca bukuku, terlihat dari kejauhan sana rembulan malam masih tersipu malu menampakkan sinarnya yang indah karena segerombolan awan yang berwarna kelabu menutupi cahayanya dengan perlahan-lahan. Masih terasakan hembusan angin yang bertiup dengan kencang dan mulai menggoyangkan daun-daun pepohonan hingga terdengar rantingnya berjatuhan ke tanah. Detik demi detikpun berlalu dan mulai terlihat rinai hujan yang membasahi bumi juga alam sekitarnya. Akupun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah sembari tetap membawa bukuku yang berjudul “Karunia Terindah Dari Yang Maha Indah .
Satu buku yang membuat rindu ini tak bisa menghilang apalagi memudar teruntuk inspirasiku. Satu buku yang ketika membacanya air mataku terus mengalir. Satu buku yang terus mengingatkanku pada sebuah nama yang terukir sejak lama. Namun aku sadar ini hanyalah sebuah ujian, yang dengannya aku tak boleh terperdaya di dalamnya. Yang harus kulakukan adalah terus menerus meminta pertolongan kepada Allah yang maha kuasa dalam atas segalanya. Iya, satu buku yang mengingatkanku tentang perjuangan ibu juga ayahku serta banyaknya jasa-jasa guru-guru juga dosenku.
Allahu Akbar….. Allahu Akbar……
Terdengar dengan merdu lantunan suara azan isya lewat pengeras suara di masjid. Akupun menutup buku yang tadi kubaca dan bergegas mengambil air whudu untuk melaksanakakan sholat isya di rumah.
Detik demi detik kini sudah berlalu. Selesainya dari melaksanakan sholat kurapikan muknah juga sajadahku dan menaruh di tempatnya semula dengan rapi. Akupun memutuskan kembali membaca bukuku tadi yang berjudul Karunia Terindah Dari Yang Maha Indah.
Halaman demi halaman kini mulai terbaca, tanpa terasa ada kebahagiaan yang terpancarkan di wajahku, ada senyuman yang mulai terukir di senyumku. Ada keharuan demi mengingat akan semua proses demi proses hingga menjadi sebuah buku yang kini utuh dan nyata. Sungguh aku tak menyangka bisa menerbitkan buku. Alhamdulillah. Ternyata benar, jika kita bersungguh-sungguh, pasti akan ada jalan bagi kita.
Perjuangan demi perjuangan dalam menulis dan merangkai kata demi kata hingga menjadi kalimat yang utuh dan bisa dipahami. Perjuangan ketika menawarkannya pada penerbit hingga menjadi buku.
Perjuangan ketika mencari biayanya dalam menerbitkannya. Sungguh tak bisa terlupakan. Perjuangan ketika mengedit tulisan demi tulisan yang belum rapi dan menambah halaman demi halaman hingga menjadi naskah yang siap di cetak akhirnya menjadi buku. Sunguh membutuhkan proses dan perjuangan yang begitu besar sekali.
Aku bersyukur, semoga ini menjadi awal dalam berkarya dan motivasi untuk terus menulis dan menulis, semoga kelak tulisan ini menjadi berguna juga bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.