JANGAN TINGGALKAN AKU AYAH…
Selasa, 28 September 2021
Tepat pada pukul 12.53 dini hari dengan suasana malam yang hening, ditambahnya udara dingin dari balik jendela, di ruangan kamar nomor 501 yang begitu nampak rapi dan indah, ruangan yang dominan diwarnai dengan warna biru muda dengan kombinasi warna putih menambah keindahan dari ruangan itu, terdengar hanya dengakuran dari nenek dan pasien yang datang malam ini, dalam ruangan ini kami berjumlah 7 orang yang terdiri dari dua pasien dan para penunggu yaitu : ayah, aku, ibu, bibik, sama nenek. Dan 1 pasien yang berasal dari peringga sela yang ditemani istrinya.
Berbagai macam jenis penyakit yang dialami pasien, di dalam ruangan ini kemarin ada pasien yang sulit buang air besar, dan tadi siang sudah bisa pulang, dan sekarang diganti lagi dengan pasien yang mempunyai keluhahan yang sama, sebagaimana yang dijelaskan oleh istrinya, bahwa pasien ini tidak bisa buang air besar, sehingga perutnya semakin hari semakin membesar, benar saja yang nampak sekarang perut beliau seperti orang yang sedang hamil sembilan bulan. Karena itu juga beliau mengalami gangguan pernapasan. Makanan beliau normal, buang angin juga normal, tapi buang air besar beliau tidak bisa.
Dari kamar sebelah terdengar jeritan tangis anak kecil yang dioperasi tadi siang, tak henti-hentinya anak itu teriak menangis, itu pasti karena rasa sakit yang tengah dirasakan.
Ayah terbujur lemas di atas tempat tidurnya, setelah di operasi kaki ayah sama sekali tidak bisa digerakkan, mungkin itu masih terpengaruh oleh obat bius yang disuntikkan ketika operasi tadi, betapa keroncongnya perut ayah karena belum di isi apapun karena dari jam pagi beliau di suruh puasa, dan kata dokter beliau tidak boleh di kasih apa-apa sebelum kaki beliau bisa di gerakkan. Kesedihan yang luar biasa tengah aku rasakan saat ini melihat kondisi ayahku yang seperti itu.
Ketika reaksi obat itu hilang, ayah merasakan sakit yang sangat luar biasa, terlihat dari raut wajah beliau, berderai air mataku menyaksikan ayah yang merintih kesakitan, saking sakitnya satu sendok airpun beliau tidak mampu meminumnya karena rasa sakit yang dideritanya,,,hancur memang hancur hatiku ketika melihat beliau seperti ini.
Dengan wajah yang pucat pasi, bibir yang kering, keringat mengucur di seluruh tubuh, mata terasa panas, kaki tidak berani digerakkan, suara beliau parau bahkan tak mampu untuk berkata-kata, hanya bahasa isyarat yang bisa digunakan berkomunikasi denganku. Deras keringat mengucur di tubuh beliau, karena tidak ada tisu akupun melepas hijabku dan ku pakai mengusap keringat ayahku, tangisku tak henti-henti ku berdiri di samping ayahku, ketika diberi isyarat aku mendekatkan telingaku ke mulut ayah, untuk mengetahui apa yang sedang dibicarakan dan diinginkannya. Aku terus berdiri di samping beliau hingga berpuluh-puluh menit sambil meneteskan bendungan air yang berada di kelopak mataku, karena melihatku yang terus menangis, beliau menyuruhku untuk duduk dengan bahasa isyarat dan seolah olah beliau berkata bahwa ayah tidak apa-apa, tapi akau tidak mampu mampu menahan tangis, dan aku tidak mau duduk aku ingin menjaga dan melayani ayah.
Sosok yang begitu kuat, tegar dan tabah kini terbaring diatas ranjang dengan kondisi lemah,, aku benar-benar tidak tega sekali melihat beliau seperti ini, kalau bisa dipindahkan penyakit itu aku rela dipindahkan ke tubuhku asalkan ayahku sehat-sehat saja.
Sebenarnya sebelum masuk keruangan aku berada di luar sedang duduk-duduk di depan parkir, tapi tiba-tiba ibu datang menghampiriku dengan memabawakanku sebuah masker, aku disuruh memakai masker itu kemudian aku mengikuti ibu dari belakang menuju ke ruangan ayah, ketika kami berada di lorong ibu berkata kepadaku “cepetan jalannya ayah tidak bisa bicara” mendengar itu aku percepat langkahku, aku sangat hawatir sekali dengan konndisi ayahku, aku gemeteran, di sepanjang jalan lorong tak henti-hentinya air mataku menetes, rasa khawatir kehilangan ayahku terus menghantui pikiranku.
Sesampainya aku diruangan, aku melihat kondisi ayah yang sudah lemas, lemah dan tidak berdaya, aku sangat kaget sekali melihat kondisi beliau yang seperti itu, nenek bibik yang menjaga ayah di kamar mereka berdua menangis tersedu-sedu, entah apa yang terjadi sama ayah ketika aku berada diluar tadi. Tiba-tiba serasa pikiranku kosong, pandanganku buram, dan tenagaku tidak ada, akupun terjatuh kelantai setalah itu aku tidak mengingat apa-apa lagi.
Nak,,,,, banguun, naakk,,,, bangun,,, terdengar suara yang tak asing bagiku sedang memanggilku, ya,, suara itu adalah suara dari ibuku tercinta,,, suara itu semakin jelas di telingaku, aku rasakan bahwa badanku sedang di gerakkan, dan aku merasakan ada air di mukaku yang sedang dipercikkan, Setelah beberapa menit akupun tersadar, dan ternyata aku sudah pingsan mungkin karena rasa sok melihat kondisi ayah tadi, itu yang menyebabkan keadaanku seperti ini. setelah sadar aku langsuung menghampiri ayah, aku lihat keringat beliau banyak sekali akupun mengusapnya, aku tidak bisa menahan rasa sedihku, airmata ini terus bercucuran tanpa aku pandu, ku pegang tangan ayahku sambil aku membaca sholawat “aku berharap dengan sholawat yang aku baca dapat menghilangkan rasa sakit yang di derita oleh ayahku”.
Alhamdulillah dengan membaca sholawat aku merasa lebih tenang, akupun berdo’a di dalam hatiku “ya allah, aku mohon kepadamu ampunilah segala dosaku, maafkanlah aku, berikan aku kesabaran dan keikhlasan dalam menerima ujianmu ini, aku yakin dibalik ini semua pasti ada hikmah yang tersimpan begitu indah untukku dan keluargaku, sembuhkanlah ayahku seperti sediakala ya allah,angkat penyakitnya, aku tidak tega melihat kondisinya yang seperti ini terus, aamiinn,,,”.