SECRET ADMIRER
SECRET ADMIRER
IDENTITAS BUKU
Nama Buku : Cinta Monyet Never Forget
Pengarang : Bayu Insani, Triani Retno A, dkk.
Tahun Terbit : 2011
Ketebalan Buku : 219 hlm.
“… Kau tak sempat tanyakan aku, cintakah aku padamu… “
Pertama kali jatuh cinta?
Ini pertanyaan yang sulit aku jawab karna aku bisa jatuh cinta tiga kali sehari. Persis seperti aturan minum obat dari dokter.
Hah?
Okelah. Nggak separah itu.
Anak-anak SD dan SMP memang paling suka menjodoh-jodohkan teman-temannya, kan? Kalo nggak dijodoh-jodohkan oleh temen, mungkin bisa mencoba untuk menjodoh-jodohkan diri sendiri.
Oho……!
Aku nggak senarsis dan se-lebay itu.
Sejak aku SD teman-temanku sudah sibuk menjodoh-jodohkan aku dengan si A, si B, si C, dan seterusnya. Untungnya, yang dijodoh-jodohkan dengan aku itu selalu tergolong murid pintar dan enak diliat.
Cinta?
Jelas bukan. Itu kan cuma keisengan teman-teman.
Hingga tiba masa SMA.
Masa SMA memang masa paling indah (walaupun sebenarnya juga diwarnai rasa stres saat melihat nilai-nilai ulangan yang sering terjun bebas). Aku temukan cinta pertamaku di sana. Di suatu sore yang panik.
Panik?
Ya, panik sepanik-paniknya!
Di sekolah aku, anak-anak kelas satu harus rela menerima nasib masuk siang dan pulang sore hari. Biasanya sih nggak ada masalah. Hingga sore itu, aku belum juga dijemput sementara sekolah sudah semakin sepi.
Sepi-sepi begini di sekolah? Nggak deh! Terima kasih banyak. Sekolah aku kan menempati gedung tua peninggalan belanda. Banyak sekali cerita horor beredar disini, turun-temurun dari generasi ke generasi. Yang paling top adalah cerita tentang Noni Belanda yang bunuh diri di aula lantai dua.
Jadi, trus menunggu jemputan di sekolah yang kian sepi begini jelas bukan pilihan yang baik. Mencari angkot untuk pulang. Tapi, angkot yang mana? Selama inj kan aku selalu dianter-jemput. Mana aku ngerti harus naik angkot yang mana? Gimana kalo angkot yang aku naiki bertujuan ke planet mars? Hehehehe….. Parno amat!
Gara-gara nggak dijemput itulah aku bertemu dia. Dia salah satu dari sedikit orang yang sore itu masih berada di sekolah.
Dalam panik-takut kemalaman dan nyasar, aku nggak sempat menanyakan namanya. Apalagi tanya kelasnya, makanaan kesukaannya, musik favoritnya, nomor sepatunya, isi dompetnya….. Hihihihi…..
Yang aku ingat adalah cowo itu punya tampang di atas rata-rata alias cakeeeeep, tinggi, putih dan yang pasti kakinya menampak ke tanah. (Hello….! Ini sore hari nan sepi digedung tua peninggalan zaman belanda, geto! Selain itu, dia juga pakai seragam SMA yang sama dengan aku dan bukan pakai seragam satpam, pakai ransel warna biru, ramah, punya senyum yang manis….banget dan tatapan mata yang mendalam…. banget. Begitu dalamnya, sampai-sampai kalau kita menyelam dikedalaman matanya, kita bakal sampai didasar samudra hindia.Hihihihi….
Akhirnya aku bertemu lagi dengannya.
Ah!
Ternyata penampakan disore hari itu benar-benar nyata. Dia benar-benar murid sekolah yang sama dengan aku, sama-sama kelas satu. Walaupun sama-sama kelas satu jarak kelas aku dan dia jauuuh… banget.
Dengan berbagai trik yang mengagumkan, aku berhasil mendapatkan berbagai informasi tentang dia dari berbagai sumber. Semua informasi yang aku dapatkan membuat aku jatuh cinta sama dia. Ternyata dia tidak hanya cakep. Dia juga pinter dan antirokok.
Bagusss…..! Bagus bangetttt…..!
Setelah tau tentang dia, apa aku mengejar dia? Nembak dia?
Duh….! Nggak!
Boro-boro deh mau mengejar apalagi nembak dua. Baru ketemu aja telapak tangan aku serasa baru memegang es batu alias mendadak dingin banget. Mendadak deg-degan dan grogi nggak keruan. Ujung-ujungnya, aku malah buru-buru melarikan diri. Blush……!
A secret admirer!
Herannya, begitu aku memproklamasikan diri menjadi secret admirer, tiba-tiba aku bertemu dia dimana-mana. Di lapangan, di perpustakaan, di sekolah, di angkot…. Apa ini kode alam ya….?
Sayangnya, hampir disetiap pertemuan itu selalu ada cewek-cewek cantik nan lincah di dekatnya. Yayayaya…. Cowok cakep, pintar seperti itu pasti banyam penggemarnya.
Suatu siang, kebetulN aku dan dia tiba barengan disekolah. Berjalan berdua dari tempat pemberhentian angkot menuju ke sekolah. Berjalan berdua di bawah rindang pohon-pohon sambil ngobrol. Huhuhuy…..!
Di kelas satu SMA itu juga, aku tiba-tiba sering kumpul sama anak-anak rohis. Aku juga ikut mentoring di dua tempat di sekolah dan masjid salman ITB.
Berubah aku menjadi cewek alim anti pacaran?
Ternyata….. Nggak!
Disatu sisi aku jadi banyak belajar ilmu agama. Ketika SMP. Pakaian aku juga jadi lebih sopan. Nggak pernah pake celana panjang yang bagian lututnya sengaja dirobek lagi. Aku sudah belajar pakai hijab, walau masih bongkar-pasang.
Tapi, aku masih tetap menjadi seorang secret admirer. Aku masih deg-degan kalau ketemu dua. Aku masih lupa daratan kalau mlihat sentumnya. Aku masih jelalatan kalau rombongan kelasnya lewat didepan kelas aku.
Emmmmmm, sebenarnya aku pengin dia juga jadi anak rohis. Aduuhh… pasti sweet banget kalau dia juga ikutan mentoring kayak aku……
Aku cewe setia.
Hoho… jangan protes!
Buktinya aku setia menjadi seorang secret admirer selama tiga tahun. Yup! Tiga tahun. Jadi, sepanjang tiga tahun di SMA, aku adalah secret admirer abadi.
Saat kelas tiga SMA, kebetulan salah seorang sahabat aku sekelas dengannya. Dari sahabat aku itu aku tau lebih banyak tentangannya. Aku yang ketika itu sudah berhijab walaupun masih berjalan dengan cara koboi jadi sedih ketika tau dia nggak bisa mengaji dengan lancar.
Sedih banget.
Apa aku lantas pensiun dari jabatan sebagai secret admirer!?
Nggak, tuh. Bukan pensiun yang aku pikirin. Aku malah berpikir keras gimana caranya supaya dia lancar mengaji. Ingatan aku sibuk mendata nama-nama yang mungkin bisa aku mintai bantuan untuk mengajar dia mengaji dengan baik dan benar.
Lewat sahabat aku, dia menolak.
Masih seperti pertama kali bertemu dulu, aku selalu terserang badai salju setiap kali bertemu dia. Ah, kali inibukan bertwmu. Tapi, sama-sama dalam sebuah acara. Hampir tiga tahun. Dan aku masih setia menjadi seoramg secret admirer.
Bulan terahir di SMA.
Ketika bertemu pagi itu, dia berkata, “selamat ya! Kamu menang lomba, kan? ”
Stop motion! Terkagum. “Kok kamu tau”
Dia tersenyum manis. Sama manisnya seperti ketika pertama kali bertemu dulu. “Tau dong” jawabannya. “Tau dari mana? ” Tanya aku. Sebenarnya nggak terlalu penting sih dia tahu dari mana, aku cuma berlama-lamaan dengannya. Sudah saat-saat terahir di SMA, bo!
“Kemarin saya baca beritanya dikoran”, jawabnya.
Dia baca berita tentang lomba di koran? Ya ampuun…..! Berita itu kan kecil sekali. Dan, dia membaca berita itu? Dia tau ada nama aku disana? Dia ingat untuk mengucapkan selamat sama aku?
Ya tuhan….. Kenapa nggak dari kelas satau aku sedekat ini dengan dia? Kenapa baru saat-saat terahir seperti ini? Setelah lulus nanti, mungkin aku nggak bakal bertemu dia lagi. Aku nggak sanggup. Aku ingin tetap berada pada saat ini. Menit ini. Detik ini. Aku nggak ingin waktu berlalu.
Tapi akhirnya hari kelulusan tiba.
Semula, aku kira aku nggak bakal bisa lupain dia. Nggak bisa menemukan cowok selain dia. Nggak bisa jatuh cinta lagi. Tapi ternyata aku salah.
Dalam perjalanan waktu, aku jatuh cinta lagi dan lagi. Ternyata aku baik- baik saja. Walaupun cinta pertama aku nggak menemukan tempat berlabuh. Aku baik-baik aja! Meskipun nggak bertempat, tapi cinta pertama aku manis, nggak pakai acara nangis, dan nggak diwarnai skandal yamg tragis.
Dan, hidup terus berlanjut.
Ketika siang itu aku lihat lagu gedung tua tempat aku kemarin sekolah, terngiang lagi kata-kata sahabat aku…. Dia kan ngajinya nggak lancar……
Diatas semua keinginan manusia, Allah Maha Mengetahui pilihan yang terbaik.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
Judul buku ini sangatlah menarik, isinya juga sangat bagus, pembaca juga tidak mudah bosan karena kertas yang digunakan saya suka banget, tebal dan tidak mudah terlupat, okeee banget dah buku ini.
Kekuramgan dalam buku ini, gambar hanya berwarna hitam putih, andaikan menggunakan warna mungkin akan lebih menarik lagi.