Sajak Bulan Januariku
5 mins read

Sajak Bulan Januariku

Sajak Bulan Januariku

Bersama kopi hitam ku termenung dengan selendang melingkar disekeliling leherku

Berteman sunyi angin pun siap menemani panjangnya malamku

Dan kupandang dirimu dari kejauhan yang sedang bersembunyi dibalik awan nan kelabu

Gelap kulihat meraba pun takku sanggup tuk menggapaimu

…….

Dengan tundukku mencoba merayu dan berdoa membuatmu terpesona

Sedangkan dirimu terus bersembunyi dibalik kelabunya awan dan malam yang makin gulita

Akhirnya hujan berjatuhan membasuh wajah dari kotornya rupa

Mencuci hati dari sangka-sangka yang mengundang dosa

…….

Bagaimana dengan dirimu yang sedang bersembunyi itu ?

Tidakkah kau lihat betapa kurusnya aku sebab dingin perlahan-lahan membunuhku ?

Tapi kau hanya tersenyum riang dan berbisik “Kutunggu kedatanganmu menjemputku”

Dan mendengar bisikan itu membuatku kembali tegar dan tak lagi membisu

Abdurra’uf, Januari 2021

            Puisi diatas sebagai pembuka tulisan ini, sebuah tulisan berupa rangkaian kata-kata yang sederhana dari tangan penulis yang menulis dengan intuisi yang seadanya.

  • Adapun maksud daripada puisi diatas adalah sebagai berikut :

           Bait Pertama : Penulis menggambarkan dirinya sedang duduk dengan latar suasana yang sangat sunyi dan malam yang dingin dinikmati dengan secangkir kopi yang hangat. Memandang keatas langit dengan posisi kaki ditengkukkan dan dipeluk oleh kedua tangan, pandangan yang menuju kelangit melihat bintang-bintang tetapi terhalang mendung yang tebal. Artinya, penulis mencoba berfikir tentang bagaimana kehidupannya dimasa depan, apakah ia akan sampai kepada harapan yang ia cita-citakan sedangkan rintangan-rintangan selalu menjadi alasan utama yang menjadi kendala untuk melangkah.

           Bait Kedua : Lalu penulis merundukkan kepalanya dan berdoa, mencoba menguatkan tekadnya yang telah lemah menjadi bangkit. Tetapi rasa kesedihan terhadap rintangan-rintangan terus saja mengganggu fikiran hingga meneteskan air mata kesedihan karena prihatin dengan masa depan yang belum pasti, memang, tetapi rasa khawatir terhadap diri sendiri selalu ada dengan sebuah pertanyaan dalam hati “mau jadi apa aku besok, jika aku tidak bisa menyelesaikan studyku ?”. Oleh karenanya, membuat kesedihan menjadi air mata yang membasahi wajah dan kembali tersadar dan yakin bahwa ini adalah cara Tuhan memberikan jalan kepada hamba-Nya menuju tujuannya, dengan rasa sabar dan tabah. Dan menghilangkan prasangka buruk terhadap ketentuan Tuhan yang sudah mengatur jalan hamba-Nya.

           Bait Ketiga : Kemudian bertanya kepada diri sendiri setelah kesedihan itu reda, dengan keyakinan kepada Tuhan sehingga rasa kesedihan itu pergi menjauh dengan perlahan. Setelah kesedihan yang ingin mencoba melemahkan dan menjatuhkan tekad, kesedihan itu pergi dan semakin jauh menghilang. Setelah ia (kesedihan) jauh, ia memberikan senyuman dan seolah berbisik bahwa ia datang sebagai salam dari Tuhan, datang sebagai ujian dan hendaklah bersabar karena masa depan itu hanya Allah SWT yang mengetahuinya dan teruslah berjuang. Ia (kesedihan) akan berubah menjadi kesuksesan disuatu saat nanti dan menungguku untuk meraihnya dimasa depan kelak. Setelah mendengar bisikan itu, hati dan fikiran kembali tegar dari sedih yang menyiksa, tetapi menjadi pengingat bahwa kita hendaknya ingat kepada Allah SWT dan kepada-Nya kita berserah diri.

 

  • Sekilas

Tidak tahu mengapa, apa yang melatar belakangi pribadi penulis sehingga gemar menulis puisi atau serangakaian kata-kata yang menggerakkan jari-jemari untuk memegang sebuah kertas atau catatan diary dengan polpen yang sudah selalu siap disaku kemeja.

Sejak menduduki bangku kelas 11 MA, sejak saat itu penulis tergerak hati untuk menulis puisi-puisi atau rangkaian kata-kata dalam lembaran catatan diarynya dan menulisnya dikeheningan malam dengan melawan rasa kantuk yang mengantarkan kaki menuju ruang tidur, mengisi kekosongan dengan menulis disebuah lembaran kertas lalu membacanya dikemudian hari atau waktu.

Menjadi seorang puitis tentunya menuliskan sebuah puisi yang hanya ia saja yang bisa mengerti dan memahami maksud dari puisi yang ia tulis. Orang lain bisa saja memahami maksud puisinya tetapi dengan perspektif yang berbeda dari maksud penulis puisi tersebut yang lebih detail. Alasan yang relevan untuk hal seperti ini adalah dikarenakan seorang puitis menulis puisinya dengan pengaruh keadaan dan situasi yang mendukung, rasa sedih dan bahagia misalnya.

Bagi penulis, menjadi seorang puitis merupakan sebuah cara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan gambaran dalam fikiran terhadap keadaan dan situasi yang mendorong minat untuk menulis, merupakan sebuah hal yang sangat patut disyukuri. Rasa kegelisahan, rasa damai, riang gembira, kesedihan, semuanya dirangkum dalam bait-bait puisi dan sebagian kecil orang yang bisa memahami maksud dari puisi tersebut.

Tidak banyak dari pengetahuan tentang metode-metode menulis puisi yang penulis ketahui, tetapi hanya menulis dengan gaya “semau gue” yaitu menulis apa saja yang terlintas didalam fikiran dan merangkaikan kata-katanya menjadi bersajak dan bernada, maka jadilah sebuah puisi, kata penulis.

Sehingga dengan kehadiran mata kuliah jurnalistik, sangat membantu bagi mahasiswa untuk menyampaikan gagasan fikirannya dan bakat menulisnya, apalagi dibimbing oleh dosen-dosen yang memiliki bakat menulis yang luar biasa dan memiliki karya-karya tulis yang sudah banyak dikonsumsi oleh khalayak mulai dari kalangan mahasiswa, sekolah menengah juga banyak. Hal ini dapat mendorong minat dan bakat mahasiswa untuk menulis dan menggerakkan literasi. Disamping itu pemahaman-pemahaman pasti ikut andil sebagai hasil sebab waktu terus terisi dengan keseringan menulis dan membaca.

Terima kasih kepada dosen yang telah memberikan ruang dan kesempatan kepada mahasiswanya untuk menulis melalui web AlifLam di kampus tercinta STAI DK NW.

#TugasUAS

#MKJurnalistik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *