5 mins read

Broken Home

  1. “Broken home” merupakan kondisi ketika sebuah keluarga mengalami keretakan dan mengalami perpisahan” kalian mungkin pernah mendengar atau pun membaca ungkapan seperti ini?.
    Keluarga merupakan salah satu institusi pendidikan. Setiap orang yang berada dalam institusi ini pasti akan mengalami perubahan dan perkembangan menurut warna dan corak institusi tersebut. lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, karena dalam keluarga inilah seorang anak manusia pertama sekali mendapat pendidikan dan bimbingan. Sebagian besar dari kehidupan anak dilaluinya di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Pengalaman yang diperoleh anak melalui pendidikan dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan anak dalam proses pendidikan selanjutnya.
    Psikologi anak bisa dikatakan sangat berdampak pada perilaku keseharian anak itu sendiri di dalam menjalani kesehariannya, biasanya anak selalu bersemangat didalam berkarya dan melakukan sesuatu karena memang adanya dukungan dari orang tua. Lain halnya dengan anak yang “broken home” cenderung lebih sering merasa tidak percaya diri karena tidak memiliki dukungan dari orang tua. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan antar anak yang mempunyai kedua orang tua yang harmonis dan anak mempunyai kedua orang tua yang mengalami perpisahan atau sering kali kita kenal dengan istilah “ broken home”.
    Sering kali, anak broken home dianggap berlebihan dalam mengekspesikan kesedihannya karena keluarga, yang hal itu menyebabkann timbulnya perasaan kurang dihargai, dampaknya hal itu bisa mempengaruhi hubungan seorang anak broken home dengan orang-orang sekitarnya.
    Terlahir dan tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh (broken home) sering kali membuat anak mengalami perubahan atau masalah-masalah terkait perilaku, yang menyebabkan anak menjadi tidak percaya diri, lebih tertutup, tidak mudah percaya dengan orang lain, merasa cemas, menjadi pribadi yang pendiam, menyalahkan diri sendiri, dan lain-lainnya.
    Berada dalam keluarga yang tidak utuh (broken home) bukanlah sesuatu yang bisa dipilih, Tiada satupun orang yang mau menjadi anak broken home. Apalagi soal “broken home adalah hal yang pahit dalam kehidupan”. Tidak ada seorang anak atau pun orang tua itu sendiri yang menginginkan keluarganya berpisah, kita pasti menginginkan keutuhan dalam keluarga. Tapi, terkadang perpisahan adalah satu-satunya jalan terbaik, jika dalam sebuah keluarga sudah tidak ada yang bisa diperbaiki.
    Pada dasarnya keluarga tidak utuh (broken home) berat bagi siapa pun, terlebih lagi untuk si anak. Karena peristiwa negatif yang terjadi pada kedua orang tua akan memberikan dampak negatif pula pada seorang anak, karna kondisi keluarga sanngat berpengaruh kepada nak. Tapi itulah hidup, tidak selalu indah. Jalan hidup sudah diatur oleh tuhan, semua bisa berubah kapan saja.
    Anak “broken home” atau anak yang kedua orang tuanya bercerai berpotensi mengalami masalah dalam penyesuaian, berapapun usianya (balita, anak, remaja). Masalah yang dapat terjadi berupa masalah fisik, psikologis, sosial, hingga pendidikan. Salah satu masalah yang dapat terjadi adalah hilang kepercayaan diri anak.
    Rasa percaya diri ini selalu dibutuhkan, karena dibutuhkan dalam bersosialisasi, dalam pekerjaan, dalam pendidikan dan lain-lain.
    Sifat percaya diri merupakan sifat yang perlu dan dibutuhkan oleh setiap manusia. Namun sifat percaya diri tidak langsung ada dalam diri setiap manusia, dan sebetulnya tidak bisa dipungkiri juga bahwa sifat percaya diri tersebut sudah ada dalam dirinya sejak dini. Artinya setiap manusia memiliki sifat yang berbeda-beda. Memang menumbuhkan dan melatih rasa percaya diri anak tidak mudah, semua itu perlu proses apalagi mengajarkan anak itu tidak sekali dua kali, Perlu adanya pengulangan yang terus menerus.
    Anak dari keluarga yang tidak utuh (broken home) seringkali tidak mendapat dukungan, diabaikan, atau bahkan menerima perlakuan yang buruk dari orang tuanya. Orang tua tidak lagi perduli dan perhataian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah, di sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan disekeliling anaknya.
    Untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kepercayaan diri anak setelah orang tuanya mengalami perceraian yaitu, jadilah Cermin Yang Positif. Meskipun setelah bercerai orang tua jangan menunjukan sikap saling membenci, ingatlah bahwa anak melihat orang tuanya sebagai contoh. Memang wajar apabila perceraian mendatangkan kesedihan atau mungkin bahkan rasa benci pada pasangan. Namun, sikap anda dalam menerima hal ini tentu akan berdampak pada anak.
    Memantau Perilaku Anak. Anak broken home dapat mengalami masalah sosial, hal ini bisa mempengaruhinya dalam beraktivitas, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat, bahkan dalam lingkungan pergaulannya. Untuk itu diperlukannya perhatian orang tua kepada anaknya untuk tetap memantau perilaku anak
    Menjaga Kedekatan Dengan Anak. Keluarga merupakan ‘tempat aman’ dan lingkungan utama bagi anak. Perceraian dapat mengganggu kesehatan mental anak broken home, seperti rasa insecure dan tidak aman. Agar hubungan anak dan orang tua tetap dekat, memberikan semangat dan motivasi pada anak juga perlu, karena anak membutuhkan dukungan positif dan semangat dari orang tua ketika anak melakukan sesuatu.
    Menghindari Konflik Di Depan Anak. hindari bertengkar di depan anak untuk menjaga kesehatan mental anak.
    Hindari Menjelekkan Mantan Pasangan. Meskipun perceraian menyebabkan saling menyalahkan antara pasangan, hindari menjelekkan mantan pasangan anda di depan anak. Dengan begitu, rasa percaya anak pada salah satu pasangan akan tetap terjaga dan tidak menyebabkan masalah psikologis.
  1. Menjadi Pendengar yang Baik. Salah satu kunci meningkatkan kepercayaan diri anak pasca perceraian adalah menjadi pendengar yang baik karena perasaan anak dipenuhi emosi yang
  1. sulit
  1. untuk di ungkapkannya.

NAMA: SARTINA
JURUSAN: MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEMESTER: VII
DOSEN PENGAMPU: PIZIYAN YAHYA, M. Pd
#UAS-STAIDK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *