mengenal corak tafsir yang tersisihkan
Berkenalan dengan corak tafsir sufi yang tersisihkan
Ilmu tafsi dapat kita katakan kemunculan sudah ada sejak Al-Qur’an di turunkan kepada nabi Muhammad SAW. Karna sejak itu juga nabi Muhammad mulai menafsirkan AlQur’an Dalam arti yang sederhana, yaitu dalam rangka menerangkan dan menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an yang sukar di pahami oleh sebagian sahabat, beliau adalah the interprenter (awwalul mufassir) orang yang pertama kali menjelaskan dan menguraikan makna yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
Seiring berkembangnya zaman muncul beragam cocrak-corak penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an ini tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga para mufassir berlomba-lomba untuk menemukan makna yang paling mendekati tujuan di turunkan yang sebenarnya, dan ini menunjukan bahwa ketidak absolutanya pendapat para mufassir dalam dalam menguraikan ayat ayat dalam Al-Qur’an karna makna yang hakikatnya hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Dalam tulisan ini penulis ingin menyajikan salah satu corak penafsiran yang di gunakan oleh para mufassir dalam memaknai pesan pesan tersembunyi dalam ayat-ayat Al-Qur’an yaitu dengan menggunakan corak penafsiran sufi
Dimana corak penafsiran sufi ini merupakan salah satu corak penafsiran yang tersisihkan di tengah masyarakat awam, di karenakan sulitnya memahami kata-kata yang di gunakan dan di perlukan latihan secara terus-menerus sehingga dapat memahami maknanya (riyadoh) dan tafsir ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang terlatih dan bersi hatinya (penganut sufi). Oleh karena itu melalui tulisan yang singkat ini saya akan mengajak berkenalan dengan corak tafsir sufi mulai dari pengertianya, sejarah kemunculanya, macamnya, krakteristiknya hingga contoh penafsiranya
- Pengertian tafsir sufi
Para ulama berbeda pendapat mengenai asal usul kata sufi, salah satunya adalah kata suf (صوف )berasal dari fi’il madi dan mudhari’ ( صاف يصوف ) yang berarti tenunan dari bulu domba (wol), merujuk pada jubbah yang di gunakan oleh orang muslim yang bergaya hidup sederhana. Namun tidak semua orang sufi memakai jubah atau pakaian dari wol. Dan pendapat lain mengatakan kata sufi berasal dari madi dan mudhari’( صفا يصفو )yang berate jernih, bersih. Hal ini menaruh penekanan pada kemurnian hati dan jiwa. Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa sufi ialah orang yang hidup sederhana, menjauhi urusan dunia (zuhud) dan memurnikan hati hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Sedangkan tafsir sufi adalah penafsiran Al-Qur’an yang berlainnan dengan zahirnya ayat karna adanya petunjuk –petunjuk tersirat . dan hal itu dilakukan oleh orang-orang sufi, orang yang berbudi luhur dan terlatih jiwanya(mujahadah), diberi sinar oleh Allah SWT sehingga dapat menjangkau rahasia Al-Qur’an.
- Sejarah kemunculan tafsir sufi
Diantara factor timbulnya tasawuf dalam islam ialah adanya golongan umat islam yang belum puas dengan pendekatan diri dengan iibadah, Puasa, dan haji. Mereka ingin merasa lebih dekat lagi dengan tuhan dengan cara hidup menuju Allah dan membebaskan diri dari keterikatan mutlak pada kehidupan duniawi, sehingga tidak di perbudak oleh tahta, harta,dan kesenangan lainya. Kecenderungan seperti ini secara umum telah terjadi pada kaum muslimin angkatan pertama. Al-Zahabi membenarkan bahwa praktek tasawuf semacam ini sudah ada sejak awal munculnya islam.
Selain itu pada generasi berikutnya sekitar abad ke-2 Hijriah secara berangsur-angsur terjadi pergeseran nilai sehingga orientasi kehidupan dunia menjadi lebih berat. Ketika itulah angkatan pertama kaum muslim yang mempertahankan pola hidup sederhana lebih dikenal dengan kaum sufiyah. Pada masa ini pulalah istilah tasawuf mulai di kenal. Dan orang yang pertama kali menggunakan istilah sufi adalah hasyim al-sufi yang wafat tahun 150 H.
- Macam-macam tafsir sufi
Secara garis besar bahwa tafsir sufi dibagi menjadi dua yaitu tafsir nadzhari (batiniyah)dan tafsir isyary. (1) Tafsir nadzari di difinisikan sebagai sebagai tafsir sufi yang di bangun untuk mempromosikan teori-teori mistik yang dianut mufassir. Muhyiddin ibn al-arabi merupakan salah satu ulama yang sangat berkompeten dalam tafsir ini. Dimana ia menyandarkan beberapa teori-teori tasawufnya dengan Al-Qur’an. Selain itu juga tafsir ini sangat berpengaruh besar dengan filsafat, dalam tafsir ini biasanya hal-hal yang gaib di bawa kedalam suatu yang nyata atau dengan kata lain menggiyaskan yang gaib menjadi kenyataan. Terkadang tidak memperhatikan kaidah-kaidah nahwu dan hanya menafsirkan apa yang sejalan dengan ruh dan jiwa sang mufassir. (2)Sedangkan tafsir isyari ialah penakwilan ayat-ayat Al-Qur’an dengan makna yang berbeda dari makna lafaznya berdasarkan tuntunan isyarat-isyarat tersembunyi yang Nampak kepada penempuh jalan spiritual (arbab as-suluk). Yang menjadi asumsi dasar mereka menggunakan tafsir isyari adalah bahwa Al-Qur’an mencangkup apa yang zahir dan apa yang batin, makna zahir dari Al-Qur’an makna yang didapatkan dari teks yang terdapat dalam Al-Qur’an sedangkan makna batinya ialah makna yang di dapatkan dari isyarat-isyarat yang terdapat dibalik makna zohirnya(teksnya). Perlu kita catat bahwa makna yang disampaikan oleh penafsir bisa jadi benar adanya, akan tetapi makna itu di bisa diterima oleh lafaz atau Pun sebaliknya. Oleh karena itu tafsir isyari dapat dibenarkan selama:
- Maknanya lurus, tidak bertentangan dengan hakikat-hakikat keagamaan, tidak pula dengan lafaz ayat.
- Tidak menyatakan bahwa itulah satu-satunya makna untuk ayat yang di tafsirkannya.
- Ada korelasi antara makna yang di tarik itu dengan ayat.
- Karakteristik Tafsir sufi
Ada anggapan bahwa penafsiran kaum sufi berbeda dengan penafsiran para fisuf, teolog, maupun fuqaha. Namun sebagai suatu penafsiran mau tidak mau penafsiran sufistik melibatkan kognisi (kesadaran), dan karenanya tidak memiliki perbedaan dengan tafsir-tafsir lain yang terbuka untuk di validasikan. Oleh sebab itu dapat dilihat ke-khasanya atau karakteristinya dimana dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an lebih menggunakan makna batiniah tetapi tidak menafikan makna lahiriahnya. Dan biasanya tafsir yang disampaikan banyak menggunakan ungkaPan-ungkapan yang sulit dipahami kecuali orang-orang sufi yang terlatih dengan ajaran tasawufnya.
- Tokoh-Tokoh Tafsir Sufi dan Kitabnya
Berikut beberapa nama tokoh tafsir sufi dan karya-karyanya yang terkenal, diantaranya sebagai berikut:
- Kitab Al-Futuhat al-Malikiyyah dan al-Fushush al-Ahkam karya Ibn al-‘arabi(W 638 H).
- Kitab Ruh al_ma’ani karya Al-Alusi (W 1854 H).
- Kitab Garib Al-Qur’an wa Raghaib Al-Furqon, karya Imam Al-Naisaburi.
- Kitab Al-Qur’an Al-Azim Qasasul anbiya,Raqa’iq al-muhibbin, karya Al-Tusthuri (W 283 H)
- Kitab Haqa’iq At-Tafsir, karya al-Alamah Abu Abdurrahman As-Sulami As-Sufi(W 412 H).
- Kitab Arais Al-Bayan fi Haqa’iq Al-Qur’an, Karya Imam Asyirazy (W 283 H).
- Kitab Al-Ta’wil Al-Najamiyah, Karya Najm Al Din dan ‘Ala Al-Daulah Al-Samnan.
- Perbedaan tafsir asyari dengan tafsir nadzari
Inti perbedaan tafsir isyari dan nadzari terletak pada pandangan mereka terhadap lapaz /kalimat ayat. Penafsiran asyari mengakui lapaz dan maknanya, tetapi ia menambah makna baru dari isyarat yang di perolehnya. Sedangkan penafsiran nadzari tidak lagi mengakui makna kalimat yang digunakan ayat dan menganggab makna isyaratnyalah yang di maksud oleh ayat, atau menyatakan bahwa makna lahiriyah lafazd itu adalah buat orang-orang awam, sedangkan makna batiniyah untuk orang-orang khusus.
- Contoh model tafsiran sufi
- Penafsiran tafsir sufi nadzari oleh Ibn ‘arabi dalam Al-Qur’an surah Al-Fajr : 29-30
فَادۡخُلِىۡ فِىۡ عِبٰدِىۙوَادۡخُلِىۡ جَنَّتِ
“Masuklah engkau (nafsu mutmainnah)ke dalam golongan hamba-hambaku dan masuklah ke dalam surga”
Yang dimaksud dengan surga dalam ayat tersebut menurut Ibn’arabi “diri sendiri”. Karna dengan memasuki diri sendiri seseorang mengenal dirinya, dan dengan mengenal diri nya itu ia akan mengenal tuhanya. Inilah puncak kebahagiaan bagi manusia. Penafsiran seperti ini tidak lepas dari konseP wahdatul ujud yang di anut oleh Ibn ‘arabi. Dimana menurut konsep wahdatul ujud, tidak ada satupun wujud kecuali wujud yang satu, yaitu wujud al-Haqq (Allah) . maka Allah-lah tempat kebahagiaan, semua wujud yang lain Allah adalah sebuah cerminan (muzhahir) dari wujud yang sebenarnya (Allah).
- Tafsiran tafsir sufi asyari oleh Imam Al-Tustari dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah :22
فَلَا تَجۡعَلُوۡا لِلّٰهِ اَنۡدَادًا وَّاَنۡـتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ
“janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”
beliau menafsirkan andadan yaitu nafsu amarah yang jelek. Jadi maksud andada disini bukan hanya patung patung setan atau jiwa, tetapi nafsu amarah yang ada dalam diri kita yang tampa sadar ia kita jadikan tuhan, maksudnya manusia selalu menyekutukan tuhanya dengan selalu menjadi hamba bagi nafsu amarahnya.
- Kesimpulan
Setelah saya uraikan di atas secara padat dan jelas, maka akan merujuk kepada suatu kesimpulan mengenai corak tafsiran sufi ini.di mana tafsir ini merupakan suatu hasil kontak antara tradisi sufisme dengan Al-Qur’an dan tafsir sufi juga merupakan corak penafsiran Al-Qur’an yang beraliran tasawuf, sebagaimana halnya dalam pembagian tasawuf maka corak tafsir ini juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu tafsir sufi nazdhari dan tafsir sufi asyari. Dalam corak tafsir sufi ini memiliki ciri tersendiri yaitu ayat-ayatnya sebagian besar adalah ayat-ayat yang berbau mistis.
Secara operasional tafsir sufi bertujuan mengungkap beberapa symbol (isyarat) makna dalam Al-Qur’an lewat suatu interprestasi yang mendalam (ta’wil) dalam konteksnya , tafsir sufi merupakan tafsir yang mencoba mengungkap makna batin yang ada dalam Al-Qur’an di samping makna zahirnya.
#By: M.AMINULLAH
#IAT SMTR (III)
#UAS MAZAHIB TAFSIR
#ABD RAHMAN M.Ag