STAI Darul Kamal Literasi Award 2020, Bukti Keseriusan Kampus Kembangkan Potensi Literasi Mahasiswa
` “Saya tidak tahu harus memulai tulisan ini darimana”. Demikianlah celetukan klasik yang sudah lazim bagi seorang calon penulis maupun penulis professional sekalipun. Layaknya seorang Ibu yang melahirkan anaknya, maka seorang penulis akan mengalami momen yang sama, langkah pertama selalu sulit. Maka tulisan ini berangkat dari quotes yang dilemparkan Pak Sunardi: tulisan yang baik adalah tulisan yang ditulis, artinya tulis saja apa yang ingin ditulis, nanti ada tahap selanjutnya, perbaiki dan publish ‘
Persoalan “memulai”, memang menjadi momok bagi siapa saja dan dalam hal apapun, termasuk menulis. Hal demikian juga menjadi kendala pertama dan utama bagi teman-teman saya ketika berbicara prihal menulis, tepatnya menulis di website ini yang digalakkan oleh mentor-mentor jurnalistik masing-masing: “ayo yang belum menulis di aliflam kirim tulisannya”. Lebih parahnya lagi banyak teman-teman mahasiswa yang belum registrasi untuk menjadi author di website ini.
Bagi saya pribadi, inilah yang harus segera dibenahi terkait sosialisasi website dan bukan hanya motivasi menulis yang sebenarnya bisa diperoleh sendiri dari buku-buku ataupun lewat internet. Sejak melihat postingan salah satu author website ini yang dibagikan lewat WA, saya langsung mencari tahu bagaimana menjadi author, kemudian mendaftar dan mulai menulis, meskipun banyak typo dan beberapa kali mendapat teguran. Itu perjalanan singkat saya menjadi bagian dari tulisan-tulisan yang bergentayangan di web ini. Adapun untuk mendaftar, juga bisa disosialisasikan oleh teman-teman, sekaligus sebagai motivasi, dengan demikian hubungan antarmahasiswa lebih hidup dan sekali lagi ini menjadi PR bagi masing-masing mentor.
Sejak pertama kali mendengar kampus akan memasukkan mata kuliah jurnalistik untuk semua jurusan, dan dikelola oleh mentor-mentor hebat. Saya semakin optimis untuk mengembangkan bakat dan minat menulis saya, sebelumnya penulis pernah mengikuti workshop kecil-kecilan terkait jurnalistik yang diadakan oleh kampus, namun itu tidak terlalu berpengaruh untuk menggenjot minat jurnalistik saya. Hingga kampus memberikan kesempatan untuk semua mahasiswa memunculkan minatnya di dunia literasi, semangat untuk menulis pun menggebu-gebu. Meskipun belum terlalu mengupas terlalu dalam prihal jurnalistik, setidaknya para mahasiswa tahu bahwa kita butuh mata kuliah jurnalistik, karena melihat Indonesia sekarang, kualitas literasi yang ada sangat rendah. sebagaimana data yang dipaparkan oleh salah satu mentor dalam acara Talkshow Literasi Award kemarin, bahwa minat membaca Indonesia berada kedua terbawah di dunia, sangat miris bukan. Maka salah satu jawabannya adalah membuat wadah khusus untuk meningkatkan kualitas literasi Indonesia secara merata.
Selanjutnya, untuk meningkatkan literasi, pihak kampus juga perlu menyediakan wadah komunikasi antar mahasiswa yang dapat berbentuk diskusi-diskusi ringan. Sehingga para mahasiswa bisa lebih terbuka untuk menyuarakan aspirasinya dan saling berbagi wawasan literasi.
Jika kita melihat fakta geografisnya, kampus STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang berada di tengah-tengah pedesaan yang jauh dari hirup pikuk perkotaan, menjadi salah satu bagian dari gerakan penguatan literasi adalah hal yang patut diapresiasi dan diteladani. Berada di lingkungan pesantren juga dapat mengontrol aktivitas para mahasiswa khususnya dalam bagian moral dan adab. Saat ini bangsa kita, tidak bisa dipungkiri dari kasus-kasus pendegrasian moral yang dilakukan oleh para generasi pemudanya, bahkan beberapa darinya golongan terpelajar. Maka dengan adanya sebuah kampus di lingkungan yang dekat dengan pedesaan dan sekaligus dalam lingkungan pesantren, kesulitan untuk mendapatkan Pendidikan tingkat tinggi dapat teratasi dan dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang berkualitas, tidak hanya aspek akademik, bahkan dalam aspek spiritual. Untuk masalah tenaga pengajar sendiri, kualitas-kualitas dosen yang dimiliki tidak kalah jauh dari kampus-kampus yang ada di perkotaan, mulai dari alumni uin-uin ternama di Indonesia sampai ke alumni universitas-universitas negeri terbaik. Bahkan lebih membanggakan lagi beberapa alumni dari kampus STAI juga mampu bersaing di kampus-kampus ternama tersebut, Muhammad Said contohnya yang berhasil masuk sebagai awardee kandidat 5000 doktor program Kemenag RI.
Literasi Award 2020 yang diadakan oleh STAI Darul Kamal di penghujung 2020 ini, menjadi sebuah batu loncatan untuk meningkatkan gairah literasi para mahasiswa. Lebih spesial lagi, pihak kampus juga menghadirkan tokoh-tokoh hebat mulai dari ketua STAI DK Prof. Dr. H. Lukmanul Hakim MM dan juga sejarawan Lombok, Prof. Dr. Jamaluddin yang berhasil melacak manuskrip-manuskrip dan juga menulis buku yang berjudul “Sejarah Islam Pulau Lombok”. Hal ini menjadi motivasi lebih. Artinya kampus sendiri tidak main-main untuk meningkatkan kemampuan literasi bagi mahasiswa, pesan yang saya tangkap adalah “penulis yang baik adalah penulis yang juga seorang pembaca” artinya, menulis dan membaca adalah dua mata uang yang tidak bisa diceraikan.
Acara Literasi Award tersebut juga sangat membekas bagi semua mahasiswa yang hadir, pesan dan kesan setiap dosen pembimbing mata kuliah jurnalistik ditampilkan agar mahasiswa tahu bahwa acara tersebut bukan acara “kaleng kaleng”. Semua dosen pembimbing tersebut serius menularkan tradisi menulis dan membaca yang sudah digelutinya, bahkan bisa menjadi hobi dan pekerjaan yang mampu membantu menghidupi penulis, sebab banyak sekali media-media yang siap menampung tulisan yang berkualitas dan mendapatkan fee (duit) yang cukup. Dalam momen pemberian reward tersebut, penulis terngiang ketika mendapatkan reward saat mengikuti lomba-lomba menulis. Dengan adanya wadah-wadah yang ada: Kampus yang dekat dengan masyarakat kecil dan pesantren, mata kuliah jurnalistik dan dosen-dosen yang memiliki kapabilitas. Ini adalah hal positif yang harus dimanfaatkan dengan betul, sebab tantangan zaman semakin besar, butuh usaha besar pula. Dan STAI Darul Kamal sudah memulainya, sebagai mahasiswa kita harus berterima kasih dengan ikut serta membangun bangsa, hal kecil apapun yang dilakukan oleh kampus, mestinya kita balas dengan usaha yang lebih besar.
Terakhir, ada yang sudah menonton film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk? Film ini bukan hanya soal persoalan cinta dan galau, ada sisi menarik yang sering terlewatkan. Saya ingin mengutip perkataan Zainuddin yang menjadi spirit hidupnya sendiri “wah, sudah seneng menulis dapat duit pula” , lewat tulisan-tulisannyalah Zainuddin bangkit dari kisah cinta yang hampir menjadi malaikat mautnya. Yang belum menulis, silahkan cari tahu cara registrasi, login dan mulailah menulis, tulislah apa saja dan darimana saja, nanti revisi lagi.