Kaledioskop 2020: Belajar dari Corona
4 mins read

Kaledioskop 2020: Belajar dari Corona

Kita sudah berada di penghujung tahun 2020. Rencana yang kita susun dua belas bulan yang lalu, ada yang belum terlaksana sampai hari ini, bahkan kita batalkan dan rencana-rencana itu akan kita susun kembali untuk tahun 2021. Rencana yang gagal itu bukan hanya rencana pribadi, bahkan rencana yang dunia hendak catat untuk selesaikan tahun ini juga. Olahraga terbesar dunia Olimpiade Tokyo 2020 juga terpaksa mundur, piala Euro 2020 ikut-ikutan batal, piala Thomas and Uber 2020 dipindah-jadwalkan, serta even-even yang sudah disusun dengan matang, dengan anggaran dana yang tidak sedikit, dan persiapan infrastruktur yang tidak main-main.

Semuanya tidak berdaya memaksakan diri untuk tetap eksis. Alhasil, yang menjadi pemandangan di tahun 2020 adalah orang-orang yang kelihatan santai di rumah ternyata sedang bekerja, di jalanan orang-orang terlihat asing dan suasana terasa hening lengkap dengan masker warna-warni. Bisnis online tiba-tiba merajalela, aplikasi berbasis daring laku keras, hidup terlihat simpel; pasar-pasar sepi, tempat ibadah lengang, gedung-gedung pemerintahan semakin ketat, dan rumah tetangga pun terasa sebuah planet lain yang berisikan alien-alien jahat. Semua keluatan manusia pun tidak sanggup melawan, semua itu disebabkan oleh satu makhluk bernama: corona.

Demikian sekelumit hari-hari kita di tahun ini, jika ada yang kurang pembaca bisa menambahkan. Setidaknya semua itu bisa kita bayangkan, 2020 sudah berlalu namun keadaan masih “tidak baik-baik saja”, 2021 segera kita mulai, namun tidak bisa berencana terlalu keras sebab harus memperjuangkan niat di tahun ini, semuanya menjadi serba salah. Siapa yang menyangka bahwa manusia dengan potensi yang dimiliki dapat dipenjara oleh virus yang ukurannya tidak lebih dari bola mata manusia?, manusia sangat mudah dilumpuhkan, manusia layaknya mayat hidup. Melihat kelemahan manusia itu, ada tanda tanya yang menggrogoti manusia. Ada apa dengan manusia?. Ya, sudah seharusnya kita mulai bertanya, bagaimana manusia bisa dengan mudahnya dipermainkan: angka positif corona naik turun membuat wahana-wahana berkumpul manusia juga buka tutup, dilema. Kembali ke pertanyaan di atas, ada apa dengan manusia?

Ada Apa Dengan Manusia?

Manusia difirmankan oleh Allah swt sebagai makhluk yang paling sempurna, tetapi kesempurnaan itu tidak berlaku bagi orang-orang yang diciptakan lemah pula. Oleh Allah dalam ayat-ayat insaniah, menyebutkan selain “galau” manusia ternyata juga bersifat lemah. Hal ini hendaknya menjadi pondasi dasar untul kita merenung kembali. Tepat di senja tahun ini, kita harus menyaksikan matahari yang mungkin kita agungkan bisa tenggelam tanpa menyadari akan adanya rembulan malam nanti. Artinya kita harus sadar diri, apa yang kita agungkan terhadap diri kita sendiri pun akan tenggelam; kekuatan, kekuasaan, kecerdasan, kelicikan dan ketergantungan. Benar jika kita mengatakan “manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang menentukan”, falsafah seperti ini yang harusnya menjadi kesadaran bersama, yaitu menyadari ada yang berkuasa atas diri seorang hamba.

Corona sebagai Pelajaran

Setiap tempat adalah sekolah, setiap buku adalah ilmu dan setiap makhluk adalah pelajaran. Kehadiran corona yang mengganggu aktivitas kita dan menyekat pertemuan-pertemuan yang kita banggakan adalah makhluk yang saya sebutkan sebagai pelajaran. Sebagai musuh, bukan berarti kita harus lari darinya. Kita kembali, bersahanat dan mencuri resep dari corona. Bukankah kecurangan dihalalkan dalam peperangan?.

Maka ada yang harus kita ambil dari corona untuk memperbaiki semuanya menjadi normal kembali. Jika kita dapat bertanya terhadap corona, kenapa menimpa manusia sedemikian rupa?, sesungguhnya corona tidak pernah memberikan jawaban pasti mengapa dia menyerang manusia, mungkin ada kesalahan yang dilakukan oleh manusia terhadap alam ini yang merupakan asal usul dari corona itu sendiri. Merunut bagaimana corona lahir, memang tidak lepas dari aktivitas kotor manusia tersebut. Aktivitas tidak terpuji kepada alam tidak dapat dijinakkan, pembuatan gedung-gedung dan rumah-rumah dilakukan semena-mena, dan itu sudah memyalahi kodrat manusia sebagai seorang khalifah di dunia. Maka bukan tidak mungkin, Tuhan murka. Sehingga seperti sejarah manusia lampau, ketika manusia berani menentang Tuhannya, apa yang terjadi?. Banjir bandang besar, serangan lalat, langit meluluh lantahkan manusia, dan banyak sekali peringatan dari Allah swt.

Pada akhirnya, apakah manusia dapat mengambil pelajaran dari itu semua?. Manusia demikian beragam memang sulit dipilah. Namun dengan adanya Covid-19 ini, terserah pembaca memandangnya sebagai apa, manusia harus banyak-banyak belajar dari apa dan siapa pun, sudah seharusnya kita sebagai makhluk yang ditugaskan untuk menjadi khalifah di bumi harus kembali menjaga alam dan sosial. Tidak kalah penting dari hablumminal makhluk adalah hablumminal khaliq, yakni merawat hubungan dengan Allah swt sebagai Ilah Yang Esa. Banyak pelajaran yang bisa kita catat dari Covid-19, terutama bahwa kematian itu tidak pandang bulu dan corona adalah jawaban dari bagaimana bersifat adil. Adil terhadap alam, adil terhadap sosial, adil terhadap pendidikan, adil terhadap ekonomi dan adil terhadap agama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *