3 SERANGKAI (Part 1)
Persahabatan, cinta, dan cita-cita adalah tiga hal yang sangat diagung-agungkan oleh kebanyakan orang. Ketiga hal itu bahkan seringkali dijadikan prioritas utama dalam hidupnya, yang dimana ketiga hal tersebut bisa dimiliki bersamaan atau bahkan bisa saling terpecah belah karena keegoisan. Dalam kisah ini, akan saya ceritakan kehidupan tiga orang sahabat. Yang dimana akan ada semangat juang menggapai cita-cita juga mendapatkan cinta mereka.
Semuanya dimulai dari bangku SMP. Pagi itu Rian yang memiliki nama lengkap Rian Adi Pratama ingin mempersiapkan dirinya pergi sekolah, ia sangat kesulitan menyiapkan peralatan sekolahnya (Seragam, tas, buku, polpen, dll). Walaupun demikian, Rian adalah anak yang memiliki daya juang yang tinggi dan anak yang pantang menyerah, hal itu dibuktikan saat ia hendak melakukan semuanya sendiriaan tanpa membebankan kedua orangtuanya. Rian adalah anak tunggal di keluarga pak Asep dan juga buk Juminah. Keluarga Rian tergolong keluarga yang kurang mampu, karena pekerjaan sang Ayah dan sang Ibu hanyalah buruh tani saja. Mereka bekerja tidak setiap hari, akan tetapi bekerja hanya ketika ada panggilan pekerjaan dari tetangganya. Setelah semuanya lengkap, Rian langsung bergegas menghampiri Ayah dan Ibunya untuk berpamitan. Dengan senyuman yang lebar dan penuh semangat Rian mencium tangan kedua orangtuanya sembari berkata “Rian berangkat dulu ya Ayah, Ibu. Ini hari pertama Rian masuk sekolah” sebenarnya kedua orangtua Rian sedikit heran, padahal jam masih menunjukkan 5.40 tapi Rian sudah sangat semangat sekali untuk pergi kesekolah.
Selanjutnya kita akan diperlihatkan dengan Bakri yang masih tertidur pulas. Bakri adalah anak yang baik, namun sangat suka sekali melalaikan segala sesuatu. Ia adalah anak dari pasangan dokter bernama dr. Agus dan dr.Rini. Mereka tergolong kedalam keluarga yang serba ada, apapun yang diminta sang anak pasti akan diberikan, namun keduanya terlalu mementingkan pekerjaan sehingga kasih sayang kepada Bakri tak sepenuhnya terpenuhi. Sebagian besar kehidupan Bakri diasuh oleh pembantunya yang bernama bik Ijah.
Jam sudah menunjukkan 6.00 dimana seharusnya Bakri sudah mempersiapkan diri untuk sekolah pertamanya, namun ia masih tertidur pulas disofanya yang empuk. Bik Ijah membangunkannya kemudian menyiapkan semuanya untuk Bakri (mulai dari pakaian, sarapan, alat tulis dll) berbeda sekali dengan kepribadian Rian yang sangat bersemangat dan juga mandiri.”Ayah sama Ibu udah pulang bik?” Tanya Bakri sambil meminum susu yang dibuatkan bik Ijah. “Belum den!” Jawab bik Ijah. Sebenarnya Bakri adalah anak yang baik, dan selalu inginkan kasih sayang dari orangtuanya, namun kedua orangtua Bakri sangat jarang sekali punya waktu kepadanya. Sehingga semuanya harus dilakukan oleh bik Ijah untuk menggantikan peran orangtuanya Bakri.
Selanjutnya kita akan diperlihatkan dengan seorang anak yang berdiam diri dikamar dengan raut wajah yang ketakutan, namanya Arif. Ia adalah anak dari seorang pengusaha yang bernama Abbas dan Ibunya bernama Eni. Raut wajah sedih dan ketakutan pada diri Arif adalah kebiasaan yang hampir setiap hari diperlihatkan olehnya. Bukan tanpa sebab ia melakukan itu, akan tetapi Arif sangat takut sekali saat mendengarkan kedua orangtuanya bertengkar, dan pertengkaran itu hampir setiap hari terjadi. Walaupun Arif mendapatkan kasih sayang dari sang Ibu, namun dari Ayahnya ia sangat jarang sekali mendapatkannya. Hal itu karena Ayahnya Arif lebih sering menghabiskan waktunya diluar, dan terkadang sang Ibu mendengar kabar tak mengenakkan hati yaitu perselingkuhan Abbas dengan bawahannya, hal itu yang menyebabkan pertengkarang dikeluarga ini sering terjadi.
Kemudian Arif dipersiapkan oleh ibunya untuk sekolah pertamanya, dengan nada lemah lembut sang Ibu meyakinkan pada Arif bahwa semuanya baik-baik saja.
Pagi itu sudah menunjukkan jam 6.40 menit, yang berarti bel sekolah akan segera berbunyi. Ketiga anak itu bersekolah ditempat yang sama yakni SMP Terpadu Jakarta. Sekolah tersebut sebenarnya sekolah yang sangat bergengsi dan terpadu, sehingga biayanyapun lumayan besar. Mungkin masalah biaya, dari bakri dan juga Arif tidak akan kesulitan, namun dari Rian sendiri pasti sangat memberatkan orangtuanya, mengingat kondisi ekonomi keluarga Rian yang terpuruk. Namun semua itu tak menjadi alsan untuk orangtua Rian tidak menyekolahkan anaknya, kedua orangtua Rian sudah menabung jauh-jauh hari untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya.
Jam sudah menunjukkan 6.45 yang berarti semua siswa harus sudah berada didalam kelas, dan pagi itu adalah pertemuan pertama mereka bertiga. Pada pertemuan tersebut Rianlah yang paling antusias untuk mengajak teman-temannya berkenalan dan berteman. Namun pada pertemuan pertama itu, Rian tidak mendapat sambutan yang baik dari Arif mengingat kondisi psikologinya yang masih bermasalah karena pertengkaran orangtuanya. Namun itu tak menjadi masalah bagi Rian yang periang. Setelah perkenalan itu Rian dan juga Bakri menjadi teman, selesainya dari kelas pertama Rian dan Bakri hendak pergi bermain di halaman sekolah namun disana mereka melihat Arif yang sedang termenung sendirian sembari menangis. Langsung saja, mereka berdua menghampiri Arif kemudian duduk didekatnya dan bertanya kenapa dia menangis. Namun, Arif masih saja mengelak dari mereka berdua dan menjauh darinya.
Selang beberapa waktu kemudian, Rian dan Bakri ingin masuk kelas, namun langkah mereka terhenti seketika karena melihat Arif yang dikelilingi oleh anak-anak lain sambil mengatakan “Anak cengeng.. anak cengeng..” walaupun semua penolakan yang dilakukan oleh Arif pada Rian dan Bakri, namun Rian tetap ingin menolongnya, namun tidak dengan Bakri, ia tidak mau ikut karena masih tidak suka dengan apa yang telah dilakukan oleh Arif pada mereka berdua.
Dengan beraninya, Rian mendorong anak-anak itu dan langsung memeluk Arif yang saat itu sudah dalam keadaan menagis. Kemudian ada yang hendak memukul mereka berdua, namun Bakri pun menghempas pukulan itu kemudian mereka bertiga pergi dari tempat tersebut. Setelah kejadian itu Arif mulai terbuka dengan kedua teman barunya. Mulai saat itu mereka menjadi teman.