7 mins read

Maaf, Terapi Dahsyat Obati Rasa Sakit Akan Kebencian

 

Maaf, Terapi Dahsyat Obati Rasa Sakit Akan Kebencian   	Dalam kehidupah sehari-hari, tentunya kita tidak akan terlepas dari yang namanya beban hidup, entah itu memikirkan beban keluarga, pekerjaan, kuliah, dan beban  kehidupan lainnya. Tak bisa kita pungkiri, terkadang beban yang terus-terusan menimpa mengalahkan kita, namun tak jarang beban tersebut mampu kita kalahkan. Terkadang beban tersebut melemahkan kita, namun tak jarang pula beban tersebut justru malah menjadi modal awal yang bahkan bisa merubah pribadi kita menjadi lebih baik, lebih kritis, serta tentunya lebih tangguh dan kuat. 	Beban hidup sendiri sering kita identikkan dengan rasa sakit. Namun taukah kita, bahwasanya rasa sakit adalah suatu yang lumrah dalam kehidupan kita. Waktu demi waktu, hari demi hari kita semakin tumbuh, bersamaan dengan kita tumbuh itulah rasa sakit akan selalu menyertai dengan berbagai macam jenis; rasa sakit yang membuat kita seakan tak berdaya, rasa lapar, hawa panas yang rasanya membakar sampai ke ubun-ubun kepala, ketakutan yang berlebihan, hingga tanpa kita sadari membuat air mata kita terjatuh. 	Rasa sakit sendiri sebenarnya adalah merupakan kenikmatan serta kelebihan yang telah tuhan tanamkan pada kita. Rasa sakitlah yang membuat manusia menghindari dirinya tertusuk benda tajam, karena mereka tahu rasanya di tusuk benda tersebut. Karena rasa sakitlah manusia bisa merasakan gejala-gejala penyakit yang ada di tubuhnya, hingga sebelumnya ia semakin parah, yang bisa saja membuat nyawa mereja tak tertolong. Karena rasa sakitlah manusia mampu belajar bagaimana pedihnya sebuah kegagalan, sehingga ia terus berusaha dengan mengerahkan segala kemampuan yang ia miliki, kesungguhan hati dalam berjuang, serta semangat yang tak pernah padam, karena ia tak ingin pedih dari yang namanya kegagalan ia rasakan untuk yang kedua kalinya. Kebanyakan dari kita, atau bahkan bisa di katakan sembilan puluh persen dari manusia tak menginginkan yang namanya rasa sakit, namun tanpa kita sadari terkadang tindak tanduk kita sendiri sering sekali membuat orang lain tersakiti. Lantas setelah semua itu terjadi, kita seolah-olah tutup telinga, menentang kenyataan bahwa kita telah menyakiti seseorang tersebut.     Terkadang banyak dari kita juga yang mengalami suatu masalah, dimana hati akan terasa senang melihat orang menderita dan kesusahan, merasa bersedih dan berduka saat orang tersebut mendapatkan nikmat dan kebahagian. Hal semacam ini harus sama-sama kita hindari dan jauhkan dari diri kita, hal semacam inilah yang dapat mendatangkan sifat iri dan dengki yang akan terus tumbuh dan berkembang biak dalam hati kita. 	Hasad atau dengki itu sendir adalah merupakan sifat tercela, dimana keadaan hati keadaan hati seseorang yang tidak mensyukuri nikmat tuhan yang di berikan padanya dan benci akan nikmat yang di berikan tuhan pada orang lain. Hal semacam ini tentunya akan membuat hati kita tidak akan tenang, terus di hantui akan rasa kebencian yang tak akan pernah reda. 	Sebelum sifat iri dan dengki ini menjalar sampai ke hati kita, perlu sekali kita mengetahui sumber penyakit tersebut. Pemicu yang sangat-sangat mendominasi penyakit ini adalah permusuhan dan kebencian, baik yang tercermin dari perkataan maupun perilaku kita dalam bergaul. Ketika permusuhan dan kebencian ini telah menjalar dalam diri kita, sumpah serapah, perkataan-perkataan kotor, adu domba, dan berbagai macam perilaku negatif lainnya akan terus bermunculan selama penyakit ini belum kita hilangkan. 	Selain permusushan dan kebencian, kecintaan terhadap harta dan jabatanpun dapat mendorong terjadinya dengki dalam diri seseorang. Ambisi yang berlebihan dalam medapatkan jabatan, ketakutan akan kehilangan jabatan yang di miliki membuat seseorang terkadang menghalalkan segala cara untu mempertahankannya, bahkan tak jarang yang berbuat nekat dengan mengancam, menggertak, bahkan tak segan-segan menyakiti orang lain yang di anggap dapat mengancam posisi jabatan yang sedang di pegang. 	Tidak boleh kita lupakan bahwasanya mayoritas penyakit fisik yang terus-terusan menyerang tubuh manusia, terutama tubuh bagian dalam di sebabkan karena adanya penyakit batin yang di biarkan terus mengendap dan berkarat dalam sanubari manusia itu sendiri. Mari kita berbicara secara logika sejenak! Saat kita dendam atau benci dengan seseorang secara refleks jantung kita akan berubah, detakannya semakin kencang dan kencang seiring kemarahan itu terus meningkat, dan tentunya hal itu akan mempengaruhi fungsi aliran darah pada tubuh bagian dalam.  Sering sekali kita lihat bahwasanya seseorang yang dalam keadaan marah wajahnya seketika memerah, ekspresinya semakin menjadi-jadi, jantungnya berdetak dengan begitu kencang, berbeda dari biasanya. Hal ini terjadi karena suplai darah ke arah kepala terganggu akibat penyempitnya pompa kapiler yang mengarah ke kepala, yang menyebabkan pendistribusian darah terhambat. Yang kurang kita sadari, iri dan dengki ini sesungguhnya lebih berimbas buruk pada diri sendiri ketimbang orang lain. Menyimpan penyakit semacam ini sama saja dengan kita menyimpan sebuah bom di dalam tubuh kita yang sewaktu-waktu dapat meledah dan dapat melukai, bahkan menghancurkan diri kita. Lantas bagaimana cara kita menghindari atau mengobati penyakit iri dan dengki ini? sungguh setiap penyakit pasti ada obatnya, dan obat dari penyakit seperti ini adalah maaf. 	Kata maaf sendiri bagi sebagian orang tidak berati bila di kaitkan dengan kekeliruan orang lain, namun coba bayangkan jika posisinya di balik. Kata maaf itu tentunya akan menjadi sebuah peluang atau harapan agar kita mampu memperbaiki hubungan serta mendapatkan sedikit peluang membenahi segala kesalahan dan kekhilafan yang telah kita lakukan. Sungguh tidak akan berpaling nilai kekeliruan yang tidak segera di hapus dengan maaf. Keberadaannya menjadi teramat penting, karena berkaitan dengan tali temali yang telah kita rajut dalam aktivitas sehari-hari kita. 	Adapun yang pertama kali tempat meminta maaf adalah zat yang maha pemberi maaf, yaitu Allah Swt. Hal ini bisa kita mulai dengan membuat pengakuan akan segala kesalahan dan kealfaan kita selama ini, serta berjanji untuk tidak mengulangi dengan menjauhkannya dengan sejauh-jauhnya(Taubat). Dengan bertaubat, tentunya kita telah kembali mengingat sang pencipta, dengan mengingatnyalah hati akan senantiasa di naungi awan ketenangan dan kedamaian. Sungguh hal ini telah di terangkan langsung oleh Allah Swt dalam Firmannya: “Allah tidak akan membebani hambanya melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala dari kebajikan yang di usahakannya, dan ia mendapatkan siksa dari kejahatan yang di kerjakannya.  Mereka berdoa” Ya Rabb kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau bersalah. Ya Rabb kami, janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat, sebagaimana telah engkau timpakan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami segala apa yang tidak sanggup kami menanggungnya. Beri maaflah kami, ampuni kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” Q.S AL-Baqarah (2): 256. 	 	Dengan memaafkan orang lain berarti kita telah berbuat kebaikan. Apabila seorang hamba berbuat suatu kebaikan dan kebaikan tersebut di sandarkan semata-mata karena Allah dan mengharap karunianya, niscaya Allah Ta’ala memuji hamba tersebut dengan gelah hamba yang taat. Jika Allah telah memuji hambanya, dia pasti akan senantiasa melindungi hambanya dari segala macam mara bahaya yang akan mengganggu, baik mara bahaya yang bersumber dari syaiton, penyakit, maupun mara bahaya yang berasal dari sesama manusia yang berniat untuk merusak.Dalam kehidupah sehari-hari, tentunya kita tidak akan terlepas dari yang namanya beban hidup, entah itu memikirkan beban keluarga, pekerjaan, kuliah, dan beban kehidupan lainnya. Tak bisa kita pungkiri, terkadang beban yang terus-terusan menimpa mengalahkan kita, namun tak jarang beban tersebut mampu kita kalahkan. Terkadang beban tersebut melemahkan kita, namun tak jarang pula beban tersebut justru malah menjadi modal awal yang bahkan bisa merubah pribadi kita menjadi lebih baik, lebih kritis, serta tentunya lebih tangguh dan kuat.
Beban hidup sendiri sering kita identikkan dengan rasa sakit. Namun taukah kita, bahwasanya rasa sakit adalah suatu yang lumrah dalam kehidupan kita. Waktu demi waktu, hari demi hari kita semakin tumbuh, bersamaan dengan kita tumbuh itulah rasa sakit akan selalu menyertai dengan berbagai macam jenis; rasa sakit yang membuat kita seakan tak berdaya, rasa lapar, hawa panas yang rasanya membakar sampai ke ubun-ubun kepala, ketakutan yang berlebihan, hingga tanpa kita sadari membuat air mata kita terjatuh.
Rasa sakit sendiri sebenarnya adalah merupakan kenikmatan serta kelebihan yang telah tuhan tanamkan pada kita. Rasa sakitlah yang membuat manusia menghindari dirinya tertusuk benda tajam, karena mereka tahu rasanya di tusuk benda tersebut. Karena rasa sakitlah manusia bisa merasakan gejala-gejala penyakit yang ada di tubuhnya, hingga sebelumnya ia semakin parah, yang bisa saja membuat nyawa mereja tak tertolong. Karena rasa sakitlah manusia mampu belajar bagaimana pedihnya sebuah kegagalan, sehingga ia terus berusaha dengan mengerahkan segala kemampuan yang ia miliki, kesungguhan hati dalam berjuang, serta semangat yang tak pernah padam, karena ia tak ingin pedih dari yang namanya kegagalan ia rasakan untuk yang kedua kalinya.
Kebanyakan dari kita, atau bahkan bisa di katakan sembilan puluh persen dari manusia tak menginginkan yang namanya rasa sakit, namun tanpa kita sadari terkadang tindak tanduk kita sendiri sering sekali membuat orang lain tersakiti. Lantas setelah semua itu terjadi, kita seolah-olah tutup telinga, menentang kenyataan bahwa kita telah menyakiti seseorang tersebut. Terkadang banyak dari kita juga yang mengalami suatu masalah, dimana hati akan terasa senang melihat orang menderita dan kesusahan, merasa bersedih dan berduka saat orang tersebut mendapatkan nikmat dan kebahagian. Hal semacam ini harus sama-sama kita hindari dan jauhkan dari diri kita, hal semacam inilah yang dapat mendatangkan sifat iri dan dengki yang akan terus tumbuh dan berkembang biak dalam hati kita.
Hasad atau dengki itu sendir adalah merupakan sifat tercela, dimana keadaan hati keadaan hati seseorang yang tidak mensyukuri nikmat tuhan yang di berikan padanya dan benci akan nikmat yang di berikan tuhan pada orang lain. Hal semacam ini tentunya akan membuat hati kita tidak akan tenang, terus di hantui akan rasa kebencian yang tak akan pernah reda.
Sebelum sifat iri dan dengki ini menjalar sampai ke hati kita, perlu sekali kita mengetahui sumber penyakit tersebut. Pemicu yang sangat-sangat mendominasi penyakit ini adalah permusuhan dan kebencian, baik yang tercermin dari perkataan maupun perilaku kita dalam bergaul. Ketika permusuhan dan kebencian ini telah menjalar dalam diri kita, sumpah serapah, perkataan-perkataan kotor, adu domba, dan berbagai macam perilaku negatif lainnya akan terus bermunculan selama penyakit ini belum kita hilangkan.
Selain permusushan dan kebencian, kecintaan terhadap harta dan jabatanpun dapat mendorong terjadinya dengki dalam diri seseorang. Ambisi yang berlebihan dalam medapatkan jabatan, ketakutan akan kehilangan jabatan yang di miliki membuat seseorang terkadang menghalalkan segala cara untu mempertahankannya, bahkan tak jarang yang berbuat nekat dengan mengancam, menggertak, bahkan tak segan-segan menyakiti orang lain yang di anggap dapat mengancam posisi jabatan yang sedang di pegang.
Tidak boleh kita lupakan bahwasanya mayoritas penyakit fisik yang terus-terusan menyerang tubuh manusia, terutama tubuh bagian dalam di sebabkan karena adanya penyakit batin yang di biarkan terus mengendap dan berkarat dalam sanubari manusia itu sendiri. Mari kita berbicara secara logika sejenak! Saat kita dendam atau benci dengan seseorang secara refleks jantung kita akan berubah, detakannya semakin kencang dan kencang seiring kemarahan itu terus meningkat, dan tentunya hal itu akan mempengaruhi fungsi aliran darah pada tubuh bagian dalam.
Sering sekali kita lihat bahwasanya seseorang yang dalam keadaan marah wajahnya seketika memerah, ekspresinya semakin menjadi-jadi, jantungnya berdetak dengan begitu kencang, berbeda dari biasanya. Hal ini terjadi karena suplai darah ke arah kepala terganggu akibat penyempitnya pompa kapiler yang mengarah ke kepala, yang menyebabkan pendistribusian darah terhambat.
Yang kurang kita sadari, iri dan dengki ini sesungguhnya lebih berimbas buruk pada diri sendiri ketimbang orang lain. Menyimpan penyakit semacam ini sama saja dengan kita menyimpan sebuah bom di dalam tubuh kita yang sewaktu-waktu dapat meledah dan dapat melukai, bahkan menghancurkan diri kita. Lantas bagaimana cara kita menghindari atau mengobati penyakit iri dan dengki ini? sungguh setiap penyakit pasti ada obatnya, dan obat dari penyakit seperti ini adalah maaf.
Kata maaf sendiri bagi sebagian orang tidak berati bila di kaitkan dengan kekeliruan orang lain, namun coba bayangkan jika posisinya di balik. Kata maaf itu tentunya akan menjadi sebuah peluang atau harapan agar kita mampu memperbaiki hubungan serta mendapatkan sedikit peluang membenahi segala kesalahan dan kekhilafan yang telah kita lakukan. Sungguh tidak akan berpaling nilai kekeliruan yang tidak segera di hapus dengan maaf. Keberadaannya menjadi teramat penting, karena berkaitan dengan tali temali yang telah kita rajut dalam aktivitas sehari-hari kita.
Adapun yang pertama kali tempat meminta maaf adalah zat yang maha pemberi maaf, yaitu Allah Swt. Hal ini bisa kita mulai dengan membuat pengakuan akan segala kesalahan dan kealfaan kita selama ini, serta berjanji untuk tidak mengulangi dengan menjauhkannya dengan sejauh-jauhnya(Taubat). Dengan bertaubat, tentunya kita telah kembali mengingat sang pencipta, dengan mengingatnyalah hati akan senantiasa di naungi awan ketenangan dan kedamaian.
Sungguh hal ini telah di terangkan langsung oleh Allah Swt dalam Firmannya:
“Allah tidak akan membebani hambanya melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala dari kebajikan yang di usahakannya, dan ia mendapatkan siksa dari kejahatan yang di kerjakannya. Mereka berdoa” Ya Rabb kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau bersalah. Ya Rabb kami, janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat, sebagaimana telah engkau timpakan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami segala apa yang tidak sanggup kami menanggungnya. Beri maaflah kami, ampuni kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” Q.S AL-Baqarah (2): 256.

Dengan memaafkan orang lain berarti kita telah berbuat kebaikan. Apabila seorang hamba berbuat suatu kebaikan dan kebaikan tersebut di sandarkan semata-mata karena Allah dan mengharap karunianya, niscaya Allah Ta’ala memuji hamba tersebut dengan gelah hamba yang taat. Jika Allah telah memuji hambanya, dia pasti akan senantiasa melindungi hambanya dari segala macam mara bahaya yang akan mengganggu, baik mara bahaya yang bersumber dari syaiton, penyakit, maupun mara bahaya yang berasal dari sesama manusia yang berniat untuk merusak.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *