Ternyata Manusia itu Makhluk Galau
Manusia menurut Quraish Shihab adalah makhluk dwi dimensi, apa yang dimaksud dua dimensi? Yaitu makhluk yang tersusun dari dua komponen berupa tanah (jasmani) dan ruh ilahi ( rohani). Jasmani manusia merupakan komponen yang zhahir (kasat mata), sisi jasmani manusia biasa disebut dengan jasad, adapun wujud jasad manusia berupa: Kaki, tangan, rambut, otot, otak, ginjal, jantung dan segala yang bisa disentuh oleh manusia. Oleh karena itu, sisi jasadiah manusia sangat mudah untuk diolah, ketika jasad manusia mengalami masalah medis seperti kelainan, cacat, luka, dan terbakar, maka sangat banyak media untuk memperbaikinya dan di zaman serba instan sekarang dengan kemajuan tekhnologinya sangat memungkinkan untuk memperbaiki komponen yang rusak itu, disamping pengobatan alternatif-tradisional yang sudah menjadi pilihan bagi masyarakat pedesaan yang sangat erat memegang adat turun-temurun. Adapun pengobatan modern memberikan kemudahan yang terjamin-secara penggunaan ilmu tekhnologi medis yang semakin masif di rumah-rumah sakit, tidak hanya bagi masyarakat perkotaan tapi sudah mulai merambat ke masyarakat ke pedesaan seperti rumah sakit kabupaten atau puskesmas di kecamatan,
Sedangkan ruh ilahi atau rohani manusia adalah segala bentuk non fisik manusia yang tidak dapat disentuh oleh indera manusia kecuali indera pada hati yaitu berupa meraba, karena hati merupakan bagian yang dapat berkomunikasi dengan aspek ruhaniah, seperti yang diungkapkan oleh imam besar Masjid Istiqlal Prof. Nasarudin Umar: “segala sesuatu yang bermula dari hati maka akan sampai kepada hati” . Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) edisi 2005, kata roh (rohaniah) berarti sesuatu (unsur) yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan). Dengan demikian, sisi rohaniah pada manusia adalah key of life (kunci kehidupan) sebab bila jasad makhluk tidak berisi roh, pasti tidak ada kehidupan. Karena urgensi roh maka setiap insane harus menghargainya sebagai suatu anugerah Tuhan yang mulia. Rohani manusia dalam pengertian Quraish Shihab dapat dibagi menjadi empat unsur: Akal, fitrah, qalb, ruh. Masing-masing unsur tersebut memiliki definisi yang berbeda sesuai fungsinya masing-masing, semuanya itu adalah penunjang kesempurnaan roh manusia.
Jika dalam urusan kesehatan jasmani manusia sangat aware, namun bagaimana dengan kondisi kejiwaannya?. Bukankah sudah disebutkan bahwa ruh manusia adalah kunci kehidupan yang apabila kunci itu salah atau hilang maka pintu kehidupan tidak akan bisa dibuka, maka sangat penting pula manusia menolong jiwanya. Meminjam istilah oleh Muhammad Syafirin bahwa manusia adalah tong salah, artinya manusia adalah tempat permasalahan bergemul dan saling membaur berbagai macam warna, bau dan bentuk. Lalu mengapa manusia disebut tempatnya salah dan lupa? manusia adalah makhluk yang bermasalah dan sangat labil untuk berbuat dosa. Sebab kesalahan itulah kondisi psikisnya terganggu, dan mengalami depresi bahkan dalam riset psikologi tidak lebih dari 10 detik selalu ada manusia di muka bumi ini mengalami tekanan bathin (baca: depresi). Dalam bahasa populernya, segala gangguan mental dan hilang kendali manusia itu dirangkum dalam satu kata: Galau.
Kemunculan bahasa galau sebagai perasaan keluh kesah seseorang senada dengan makna yang diberikan oleh KBBI yakni suatu kekacauan (dalam pikiran). Lalu bagaimana sesungguhnya latar belakang manusia bisa galau?, bukannya manusia adalah makhluk yang dianugerahi petunjuk oleh Tuhan. Ternyata, sifat galau pada manusia sendiri disebutkan dalam al-Quran, ayat galau ini termuat dalam surat Al-Ma`arij ayat 19-21 yang berbunyi dalam terjemahanya:
“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila ia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia menjadi kikir. ( QS. Al-Ma`arij: 19-21)”
Ayat ini dijelaskan secara muhkam, bahwa pada hakikatnya manusia merupakan makhluk yang suka mengeluh, Tafsir Jalalain menafsirkan kata Halu`a (suka mengeluh) disebut mengeluh pada takdir yang sudah digariskan Allah swt, dalam ayat lain manusia juga disebut sebagai makhluk yang suka membantah.
Adapun resep untuk menghentikan penyakit galau disebutkan pada lanjutan ayat di atas, surat Al-Ma`arij ayat 22-34. Resep untuk mengobati galau dalam surat tersebut terdiri dari 8 poin sebagai berikut:
- Istiqomah dalam menjalankan shalat
- Menyisihkan harta untuk zakat
- Beriman terhadap hari pembalasan (kiamat)
- Takut terhadap azab Allah swt
- Memelihara kemaluan kecuali terhadap istri
- Memelihara amanat dan janji
- Bersaksi dengan jujur dan adil
- Memelihara shalat
Maka apabila semua itu dilaksanakan dengan baik, dalam ayat penutup surat Al-Ma`arij tersebut maka akan mendapati diri sebagai Ahlu Jannah. Demikian ayat yang menunjukkan sifat galau adalah sebagai fitrah manusia, lalu tinggal bagaimana manusia menyikapinya. Dalam era modern sekarang ada banyak fasilitas untuk mengobati kegalauan seperti adanya psikolog yang khusus menangani kondisi psikis. Namun secanggih-canggih alat untuk mengobati “galau” tidak ada yang benar-benar ampuh kecuali resep yang ditawarkan oleh al-Qur`an yang tentunya bersumber langsung dari Allah swt.
Kemudian untuk membuat kegalauan itu menjadi lebih produktif bisa dituangkan ke dalam wadah-wadah yang berfaedah, misalnya dengan menulis dan melukis. Dikutip dari sebuah dialog film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, tokoh figuran Bang Muluk mencetuskan kalimat yang indah tentang menulis “banyak orang yang kalah dalam kisah percintaan namun kemudian bangkit dengan menulis madah, syair, buku” , jika ada yang nyeletuk kamu kenapa statusnya puitis dan galau sih? maka seperti yang diutarakan oleh bung Fiersa Besari “tidak apa galau kalau disalurkan menjadi sebuah karya”, karena terkadang galau itulah yang membuka peluang kita memperbaiki diri (muhasabah) menjadi terbuka.
Mohon gambarnya ditaruh via “featured image” saja jangan di dalam teks. Agar tampak lebih bagus dan elegan.
wes pak. syukron bimbingannya
Mantab, ada bakat di dunia sastra, terus manfaatkan web ini untuk menggasah kemampuan menulis. Semangat terus..
nggih pak. siap