
TGM. H. M. Zainuddin Ruslan, Lc: Tujuan Azan yang Sebenarnya
Akhir-akhir ini umat Islam di Indonesia dihebohkan dengan viralnya video seorang muazzin yang mengumandangkan azan dengan mengganti salah satu lafaz azan, yaitu pada lafaz “hayya `alassholah” dengan lafaz “hayya `alaljihad”. Peristiwa yang terekam sekitar dua menit itu diduga terjadi di Petamburan, Jakarta dan bahkan azan model tersebut juga dikumandangkan di sejumlah tempat lainnya.
Seruan azan merupakan panggilan untuk menunaikan shalat yang sudah dikumandangkan ribuan tahun dengan ketentuan syariat yang jelas dan tidak pernah mengundang problem bagi umat Islam, namun peristiwa mengganti lafaz azan dengan selain lafaz yang diwajibkan oleh Rasulullah saw tersebut mengundang banyak reaksi dari para Ulama dan Tokoh agama di Indonesia. Panggilan azan seharusnya menjadi panggilan yang sakral karena lafaz-lafaznya merupakan tauqifi, sesungguhnya kumandang azan tidak pernah berhenti mengisi langit siang maupun malam, di setiap belahan bumi bergantian menyeru umat Islam lewat lafaz-lafaz azan. Oleh karena itu setiap Muslim berkewajiban memelihara keagungan azan.
Agar kita tidak terlalu tenggelam dalam peristiwa yang menganggu keberagamaan dan keberagaman umat Islam di Indonesia. Maka kita perlu memahami bagaimana esensi daripada seruan azan, oleh karena itu di sini penulis mengutip kajian Tuan Guru Muda (TGM) H. M. Zainuddin Ruslan yang mengangkat tema “Urgensi Azan” . Kajian yang diampu oleh putera pendiri Pondok Pesantren Darul Kamal NW, TGH.M. Ruslan Zain an-Nahdly itu merupakan kajian mingguan kitab Shahih Bukhari yang di adakan setiap malam jumat bertempat di Masjid Nurul Wathan desa Kembang Kerang Daya. Dalam kajian edisi 3 Desember 2020 yang menjelaskan urgensi azan, sarjana Universitas al-Azhar itu menyinggung bagaimana tujuan azan yang hakiki, selama ini kita mengenal azan sebagai penanda masuknya waktu shalat wajib lima waktu, namun dalam pemaparannya Beliau ingin mengubah paradigma klasik tersebut, TGM mengungkapkan; “Seruan azan bukan hanya sebagai penanda masuk waktu, tapi juga merupakan panggilan untuk shalat berjamaah”. Dari penjelasannya tersebut, Beliau ingin mengingatkan kita agar seyogyanya tidak mengabaikan seruan azan, jika panggilan azan sudah dikumandangkan maka hendaknya kita untuk bersegera menghadiri shalat berjamaah di manapun terlebih di masjid. Bahkan ada sebuah syair yang mengancam orang yang menghiraukan azan dengan hukuman mati dalam keadaan su`ul khotimah dan mayatnya akan terasa berat ketika digotong ke peristirahatannya yang terakhir.
Selain itu, TGM juga menambahkan makna lafaz-lafaz azan yang harus kita renungkan; lafaz “Allahu akbar” merupakan pengagungan kepada Allah swt sekaligus i`tiraf (pengakuan) seorang hamba terhadap kekerdilan dan tidak ada yang lebih kuasa daripada kebesaran-Nya, kemudian pada lafaz “Hayya `Alalfalah” yang jatuh setelah lafaz “Hayya `Alassholah” yang secara harfiah berarti mari menuju kemenangan, dengan demikian lafaz ini merupakan sebuah motivasi umat Islam agar senantiasa mendirikan shalat sehingga mereka akan mendapati dirinya berjalan menuju pintu kemenangan, penulis memaknai pintu kemenangan itu adalah kebebasan dari belenggu godaan syaitan dan menang terhadap rayuan hawa nafsu, dalam hal ini termasuk daripadanya perbuatan keji dan mungkar sehingga pada akhirnya orang yang menyambut seruan azan akan memperoleh ridha dari Allah swt.
Dengan kemajuan tekhnologi yang pesat, sudah waktunya kita memanfaatkanya untuk kepentingan ukhrawi selain untuk menunjang kehidupan duniawi, salah satunya yaitu melengkapi fasilitas-fasilitas masjid dengan speaker yang mampu menjangkau setiap lapisan masyarakat agar seruan azan tetap terdengar sampai ke pelosok-pelosok kampung, demikian juga fasilitas untuk kegiatan shalat dan ibadah lainnya. Dan sekarang setiap tangan umat manusia selalu menggenggam handphone yang tentunya memiliki fitur-fitur canggih seperti alarm ketika waktu azan tiba, maka dengan kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah swt itu dapat kita syukuri dan manfaatkan sebaik mungkin agar terhindar dari kelalaian.
Dari dulu ke bikin seperti ini.
Karena dakwa tidak hanya dengan ceramah tulisan seperti ini juga baik untuk di simak oleh khalayak umum. Tentu untuk kebrmanfaatan bukan mencari kesalahan.
Maju trus # etthalib
monggo. dipentengin terus
tulisan-tulisannya dishare ke facebook agar banyak yang baca
nggih pak. siap