Polemik Azan, Hayyaalas Sholah Kok Diganti Dengan Hayyaalal Jihad, Ada Apa Dengan NKRI ini?
POLEMIK AZAN, HAYYAALAS SHOLAH KOK DIGANTI DENGAN HAYYAALAL JIHAD, ADA APA DENGAN NKRI KITA INI?
Polemik Petama Mengurangi Volume Azan
semua agama memiliki cara yang berbeda untuk memanggil umat nya apabila masuk waktu ibadah, panggilan ibadah dengan api dilakukan oleh agama majusi, panggilan ibadah dengan lonceng oleh agama Nasrani, menggunakan trompet oleh amaga yahudi, dan yang paling merdu adalah panggilan ibadah agama islam yaitu dengan seruan Azan.
Kendatipun begitu suara azan panggilan yang mulia dalam agama islam, pernah jadi polemik pada dua tahun silam di negara Indonesia kita, dan yang membuat lebih miris polemik azan dilontarkan oleh pemerintah kita sendiri,
Belajar dari peristiwa Meiliana, Jusuf Kala pun meminta agar suara azan masjid jangan terlalu keras. “Karena kalau terlalu keras, mengganggu azan pengajian di masjid lain, karena itu jangan terlalu keras efeknya,”
“Azan itu cuma 3 menit, tidak lebih dari itu. Sementara, pengajian jangan lebih dari 5 menit dan azannya juga begitu. Jadi semua (dengan azan) berkisar 8-10 menit lah,” tutur JK.
ada apa dengan negara kita ini, astaghfirullah, kalo memang tidak suka suara ombak jangan tinggal didekat pantai, kalo tidak suka suara monyet suara hewan jangan tinggal di hutan, kalo tidak suka dengan kebisingan-kebisingan suara motor mobil jangan tinggal di dekat jalan, kalo tidak suka dengan suara azan jangan tinggal didekat masjid susah-susahnya, kenapa harus suara azan yang dipermasalahkan, ini syiar islam, tinggal di pelanet mars aja sana, kalo tidak mau mendengar suara azan.
Indonesia oh Indonesia, suara dangdut yang keras yang joget-jogetan tidak ada yang mempersalahkan, suara konser yang keras juga tiadak ada mempersalahkan, giliran azan syiar nya Islam mau di kecilin, mau digituin, ada apa dengan negara kita ini.
padahal apabila kita menengok kepada kisah nabi Muhammad SAW terdahulu, nabi memiliki banyak para sahabat akan tetapi nabi memiliki dua muazzin yang suaranya keras dan lantang yakni bilal birrabah dan Ibnu Ummi Maktum beliau selalu bergantian berdua
pertanyaannya kenapa nabi memilih dua sahabat tersebut, padahal banyak sahabat-sahabat nabi yang merdu suaranya, kenapa nabi memilih bilal birrabah dan Ibnu ummi Maktum, karna dua sahabat ini sahabat yang paling keras suaranya, agar terdengar sampai ke pelosok-pelosok,
dan nabi memilih rumah yang paling tinggi untuk tempat azan, bawha ini menandakan agar suara azan bisa didengar oleh semua orang-orang.
oleh karena itu kita sebagai negara mayoritas Islam terbesar di dunia sebenarnya tidak perlu mempolemikkan hal yang berbau agama tersebut, karna pada dasarnya nabi SAW telah mencontohkan kepada kita bahwa azan harus di lantangkan.
Kedua yang lagi Piral Hayyalal Jihad?
Masyarakat dihebohkan dengan beredarnya video viral azan yang berbeda dengan apa yang telah di peraktikkan oleh Nabi SAW. Dalam beberapa video yang beredar, sang muazin tidak melantunkan ‘Hayya ‘alashshalaah’ seperti pada umumnya, tetapi diganti dengan ajakan jihad, dengan bunyi Hayya Alal jihad. sambil mengepalkan tangan ke atas.
Kumandang ini pun dijawab orang-orang dalam kelompok itu dengan ucapan yang sama secara serempak secara lantang. Padahal yang seharusnya diucapkan adalah “Hayya Alas Sholah”. ada apa dengan negara kita ini, kenapa azan yang bersifat tauqifi dipermain-mainkan.
kita merujuk kepada sejarah azan, Abdullah bin Zaid datang menghadap Nabi Muhammad. Dia bercerita bahwa pada malam sebelumnya dirinya bermimpi bertemu dengan seorang berjubah hijau yang tengah membawa lonceng.
Abdullah bin Zaid awalnya hendak membeli lonceng tersebut untuk dijadikan alat panggilan salat. Akan tetapi, orang berjubah hijau tersebut kemudian mengajarkan lafal azan kepadanya.
Allahu akbar, Allahu akbar (Allah maha besar)
Asyhadu alla ilha illallah (Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah)
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (Aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah)
Hayya ‘alash shalah (Marilah salat)
Hayya ‘alal falah (Marilah menuju kemenangan)
Allahu akbar, Allahu akbar (Allah maha besar)
La ilaha illallah (Tiada tuhan selain Allah)
Demikian bunyi lafal azan yang diajarkan orang berjubah hijau tersebut kepada Abdullah bin Zaid. Mendengar cerita tersebut, Nabi Muhammad kemudian meminta sang sahabat untuk mengajarkan lafal azan kepada Bilal bin Rabah, sahabat lain yang dikenal memiliki suara merdu. Tak lama, azan untuk kali pertama dikumandangkan oleh Bilal. Lalu kenapa sekarang ditambah-tambah di ubah-ubah menjadi hayyalal jihad.
Meski demikian, ada situasi-situasi tertentu di mana lafal azan diperbolehkan untuk diubah. Maret 2020 silam, sebuah video yang menunjukkan lafal azan berbeda sempat beredar luas. Azan berbeda itu sendiri dikumandangkan di Kuwait.
Dalam video tersebut sang muazin mengganti lafal “hayya ‘alash shalah” dengan “shallu fi rihalikum” yang berarti “shalatlah di rumah”. Penggantian lafal itu terjadi karena pandemi virus corona memaksa pemerintah Kuwait menutup semua rumah peribadatan termasuk masjid.
Nyatanya, pada zaman Nabi Muhammad SAW pun hal serupa pernah dilakukan. Dari hadis riwayat Muslim dan Abu Dawud, dikisahkan bahwa suatu kali Rasulullah pernah memerintahkan muazin mengucapkan “‘alaa shallu fir rihaal” (salatlah di rumah) karena malam itu cuaca dingin dan hujan sedang turun.
Namun, hanya itulah riwayat penggantian lafal azan yang ada. Lafal azan diubah untuk memberitahukan kepada para pemeluk Islam bahwa salat di rumah tidak apa-apa karena keadaan di luar sedang tidak memungkinkan.
Sementara, lafal azan yang baru-baru ini viral hayyaalal jihad sama sekali tidak ada riwayatnya.
sebelumnya kami pernah melihat tayangan siaran langsung di kompas TV petang, ketua organisasi internasional alumni al Azhar (OIAA) cabang Indonesia, TGB, H.M. Zainul Majdi memberi pandangan mengenai lapal azan yang dirubah
TGB menjelaskan, azan itu jelas panggilan sholat, dengan lafaz yang sudah di tentukan. Dari generasi ke generasi lapaz tersebut digunakan untuk memanggil umat Islam untuk beribadah.
ketika azannya dirubah maka lapalnya menjadi rusak ujarnya. Rabu 2 Desember 2020, cucu pendiri Nahdlatul Wathan melanjutkan, “jangan sampai setiap orang seenak-enaknya membuat ritual, itu bisa membuat kekacauan tegasnya.
Tindakan mempermainkan agama tersebut menimbulkan keresahan, padahal ada pesan agama didalam azan, terdapat makna kedamaian didalamnya, jadi ketika memasukkan hayyaalal jihad, menjadi resah, sehingga pelaku harus di peroses uangkap beliau, dan para pelaku harus diberikan hukuman yang setimpal sambung beliau.
Doktor ahli dalam bidang Al-Qur’an dan Tafsir ini menyebut, bisa jadi di kemudian hari ada orang yang akan merubah lapal Al-Qur’an lagi karena mendekati kegiatan agama.
Misalnya, mendekati hari zakat fitrah, kemudian merubah lapal azan dengan menambahkan zakat fitrah, di takut kan oleh TGB takut nya hayyaalas Sholah menjadi hayyalal zakat fitrah. Jangan sampai seperti itu sambung beliau.
mari kita semua umat Islam yang ada baik di Indonesia maupun diluar, mari kita bersama-sama meliterasi masyarakat kita agar beragama dengan cara yang sehat jagan sekedar menggunakan nafsu belaka. jangan kita ikut hal-hal yang memprovokasi yang akan menimbulkan keresahan dimasyarakat. Nauzubillahiminzalik.
#Jangan_Ikut_Terprovokasi
#Mari_Beragama_Dengan_Cara_Sehat
#Salam_Literasi
#Herurozikin
Sumber Bacaan
GENERASI NW TV
NW MEWDIA CENTER
Priska Sari Pratiwi, CNN Indonesia