JANJI ALLAH ATAU JANJINYA
Hidup kita selalu penuh dengan pilihan. Pilihan yang terkadang kita tak bisa membedakan dan juga tak bisa dengan mudah memutuskan harus memilih yang mana. Namun sudah menjadi keharusan untuk memilih demi kebaikan diri sendiri juga demi kebaikan orang lain.
Masa muda sangat susah sekali dikontrol, terlebih lagi masalah perasaan pada lawan jenis, hal itu pasti dirasakan oleh sebagaian besar anak muda yang ada di dunia ini bahkan tak terkecuali diriku.
Sering kali ku katakan pada teman-temanku “Tidak akan pernah habis-habis jika kita berbicara masalah perempuan!” hal itu memang benar adanya, namun saat aku sendiri merasakan rasa nyaman pada seorang gadis, hal itu bahkan tak aku ingat. Hingga terkadang timbul dalam pemikiranku, “alangkah mudahnya menasehati orang lain, namun begitu susahnya menasehati diri sendiri”. Hal itu bukan hanya sekali saja ku rasakan, namun sangat sering sekali. Hingga kadang timbul rasa ingin tidak akan mau lagi mengenal wanita, namun hal itu selalu saja menjadi sia-sia. Semakin ku berusaha menjauh, terlebih lagi pada wanita yang aku sukai maka perasaanku semakin menyakiti diriku sendiri.
Hingga pada suatu ketika aku sudah bisa menjalani kehidupan tanpa seorang wanita, akupun merasa biasa-biasa saja. Bahkan dalam pergaulanku dengan teman-temanku, hanya aku saja yang tidak mendekati wanita pada saat itu. Hingga tiba saat ketika salah seorang temanku ingin melihatku mendapatkan seorang kekasih, alasannya karena dia merasa kasihan padahal itu adalah hal yang aku usahakan, namun ia tidak mengerti, hingga ia memperkenalkanku dengan seorang wanita yang awalnya tidak terlalu menarik dipandanganku. Akupun hanya mengikuti, tapi tak pernah benar-benar serius dengan orang tersebut. Dalam hati ku saat itu, “Aku hanya ingin mencintai al-Qur’an” dan selalu ingin menjaga hafalan yang ku miliki.
Namun, semakin lama semakin ia memberikan ku perhatian lebih, akupun mulai merasa nyaman padanya. Dan lagi-lagi rasa nyaman itu mulai mengganggu diriku, semua yang aku lakukan dengan seharusnya, menjadi terbengkalai hanya karena meladeni seorang wanita.
Jujur, aku memang nyaman padanya, ia adalah wanita yang baik. Semua yang saya inginkan ada padanya, cantik, baik, pintar, penghafal juga. Selama beberapa bulan lamanya, aku menjadi orang yang buta akan rasa nyaman, hal itu berimbas pada hafalan yang ku miliki. Kadang aku juga jarang membaca dan mengulangi hafalan yang kumiliki.
Hingga tiba saatnya, akupun diberikan hidayah. Apakah aku terus mengikuti hawa nafsuku, sedangkan al-Qur’an selalu aku abaikan. Kemudian dalam fikiranku timbullah pertimbangan “Al-Qur’an atau dia”. Sontak akupun menjadi bingung, disamping itu aku sudah nyaman sekali dengan dia, namun al-Qur’an adalah kebahagiaan yang sesungguhnya. Dan mulai saat itu aku putuskan meninggalkannya dan fokus dengan al-Qur’an. Karena aku berfikir bahwa jika kami berjodoh mudah saja bagi Allah untuk mempersatukan kami, juga jika kita ingin jodoh kita baik maka kita juga harus baik. Itulah alasanku memilih al-Qur’an, karena bagiku janji Allah pasti lebih baik dan sempurna daripada janji manisnya.