Review Buku Arswendo Atmowiloto “Dua Ibu”
Judul Buku : Dua Ibu
Penulis : Arswendo Atmowiloto
Jumlah Halaman : 300 halaman
Penerbit : PT Mediantara Semesta
Pengulas : Ulfa Nurhakikah
Instagram : @k.i.k.o.k.i
.
.
Arswndo Atmowiloto menyampaikan pesan kecil kepada calon pembaca, ” Mereka yang merasa tidak pernah di lahirkan seorang ibu, Dilarang keras membaca buku ini.” (Sampul belakang)
.
.
…. ” Tante Mirah Ibumu?”
“Mereka Berkata Begitu.” Halaman 61.
Buku ini mengulas kehidupan keluarga sederhana yang perjuangan ibu yang membesrakan 8 anaknya. Meski dari mereka adlah anak titipan dan pungutan. Namun bagi mereka sosok ibu layaknya ibu yang memberi kasih sayang tanpa melihat latar belkang mereka siapa dan apa.
.
.
Memebsarkan 6 anak, setelah si sulung Mujanah menikah dengan prajurit di jakarta. Dan solemah berkeluarga dengan si agus yang pelit dan suka menyuruh-nyuruh. Hlm 17.
.
.
Hamid. Salah satu dari anak IBU yang di jemput oleh Ibudan ayah kandungnya. Ia benci orang tuanya. Meski kehidupannya kaya dan terlihat bahagia. Tinggal sedari kecil dengan IBU mendidiknya tumbuh dewasa dari kemiskinan dan kekurangan. Meski saudar-saudaranya yg lain iri dengan realitas kehidupan hamid seharusnya menyengkan. Ahh. Mereka bahkan menyogok dan menfaatkan hamid jika orangtua kandingnya datang, kepingan logam, uang, celana jens, baju baru.. itulah hadiah Ibu ( Tante mirah, ibunya Hamid) dari kota. Buat keluarga IBU yang butuh ringan tangan dan tak butuh belas kasih tetangga…
…
..
.
IBU. Ucapan Terima kasih telah merelakan kebahagianmu untuk semua keluarga sedarah dan sekasih sayang itu. Meski berasal dari rahim yang berbeda. Mereka selalu menggap ibu. IBU yang BAHAGIA.
Di penghujung umurnya. Ke-8 anaknya selalu mengunjungi makam nya di solo. Mendoakan dan membersihkan kuburan IBU kesayangan mereka.
.
.
.
Menurutku buku ini bercerita terlalu padat. begitu banyak di hadirkan dialog2 pendek setiap tokoh, kurangnya penjelasan riwayat setiap anak yang tinggal dengan IBU.
Memang mudah sekali memahami dari suatu percakapan. Namun kadang jika terlalu banyak. Penjelasan yg minim itu kadang mempengaruhi mood baca, apalagi bacnya udah kita jeda eh. Perlu ulang ke descrip sub judulnya lagi.
.
.
Ahh saya hanya pembaca yang tak ngerti sastra. Haha.
Padahal ini buku terbaik 1981 pada masanya. Tenang! Tentunya di balik anggapan lemah saya ada setumpuk kelebihan dan hikmah yang dapat menjadi pelajaran.
#Bacahakikah #Bahagiabersamabuku #ayokmenulis #jurnaloatikpgmi
#staidk
aqiqoh kalau review buku sastra begini, klik kolom sastra jangan di opini ya. semangat, lanjutkan terus menulis..