Membedah Kisah Sang Perawan Suci: Resensi Buku Maryam “Kisah Hidup Sang Perawan Suci Ibunda Almasih”
5 mins read

Membedah Kisah Sang Perawan Suci: Resensi Buku Maryam “Kisah Hidup Sang Perawan Suci Ibunda Almasih”

Profil buku: judul: Maryam “Kisah Hidup Sang Perawan Suci Ibunda Almasih”, penulis: Fathi Fauzi Abdul Mu`thi, penerbit: Qaf, cetakan: I Februari 2020, tebal: 244 halaman, ISBN: 978-602-5547-71-3. Peresensi: M. Ami Thalib Hermawan

Bulan Desember identik dengan dua perayaan besar umat Kristiani. Pertama adalah selebrasi hari Natal pada tanggal 25 Desember. Selebrasi kedua yaitu perayaan akhir tahun dan penyembutan tahun baru atau Happy New Year pada detik-detik pergantian kalender di setiap tahunnya. Dua perayaan inilah yang kemudian menjadi diskusi tanpa titik  bagi kalangan umat Islam khususnya bagi pakar hukum Islam (baca: fuqaha) terkait halal-haramnya umat Islam ikut merayakan natalan dan tahun baruan.

Secara umum, berdasarkan polemik dua perayaan di atas, maka umat Islam di Indonesia terbelah menjadi dua golongan. Golongan pertama adalah golongan yang membolehkan ikut merayakan hari natal dan tahun baru dengan ucapan selamat, golongan ini biasanya menggaungkan toleransi sebagai umat beragama dan berbangsa. Golongan kedua yaitu golongan yang menolak mentah-mentah untuk sekadar mengucap selamat bagi umat Kristiani, golongan ini biasanya berdalil “setiap golongan yang meniru-niru agama lain maka ia termasuk ke dalamnya” pendapat ini tidak hanya berlaku pada perayaan natal saja, namun sering dijadikan landasan terhadap segala aktivitas dan gaya hidup bagi agama lain, orang-orang yang berbaris di golongan ini biasanya berpahaman fundamentalis dan tekstualis.

Perseteruan Umat Islam dengan umat Kristiani memang lebih sering terjadi dibanding dengan agama lain, menurut penulis hal ini disebabkan oleh faktor sejarah dan ajaran Agama Islam yang bersentuhan langsung dengan Agama Kristen. Kisah-kisah perdebatan Islam versus Kristen itu pun banyak disebutkan di dalam kitab umat Islam. Salah satu kisah yang tidak banyak dibaca dan didiskusikan adalah kisah hidup sang perawan suci yaitu kisah Maryam ibunda nabi Isa al-Masih.

Salah satu titik temu umat Islam dan umat Kristiani adalah adanya kesepakatan terkait kesucian ibunda nabi Isa as. Kisah Maryam dalam al-Qur`an termasuk kisah yang diistimewakan sebab namanya langsung dijadikan sebagai nama surat yakni terdapat pada nomor surat ke 19 dengan 98 ayat pada halaman 428 (Al-Qur`an terj. Kemenag edisi 2019).

Tidak banyak tulisan yang mengungkap kehidupan sang perawan suci. Salah satu tulisan yang membantu pembaca untuk mengenal Ibunda nabi Isa as adalah sebuah buku yang dihidangkan oleh seorang sastrawan dan sejarawan Islam Fathi Fauzi Abdul Mu`thi. Buku ini berjudul “ Maryam: Kisah Hidup Sang Perawan Suci Ibunda  Almasih”. Buku ini sedikit berbeda dari buku sejarah lainnya, buku ini dapat disebut sebagai buku fiksi, hal ini karena buku ini didesain dengan rasa sastra yang kuat.

Buku ini terdiri dari 24 bab, penulis menguraikan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Maryam dimulai dari sebelum dilahirkan, masa pengasuhan, masa pengabdian kepada Allah swt dan masa-masa sulit ketika memomong nabi Isa as. Maryam lahir ditengah-tengah keluarga yang taat beragama, ibu Maryam bernama Hanna dan ayahnya bernama Imran. Sebelum kelahiran Maryam, Hanna sering melamun sebab ia tidak kunjung diberi keturunan, pada suatu hari ia melihat induk burung yang sedang menyapih anaknya, kemudian ia lantas memanjatkan doa:

“ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, Tuhan leluhurku an Tuhan seluruh semesta. Aku memohon kepada-Mu, berkahilah aku, berikanlah kami anak yang akan menjadi penyejuk bola mata kami. Engkau Maha Kuasa dan teramat besar kuasa-Mu, Engkau telah menganugerahkan kebahagiaan kepad burung itu dengan keberadaan anak-anaknya. Maka ya Allah anugerahilah aku keturunan yang akan menjadi tumpuan dan curahan kasih sayangku”(hlm.15).

Kelahiran Nabi Isa al masih tidak terlepas dari andil pembantu Hanna dan Imran, pada suatu hari Hanna meminta nasihat kepada pembantunya. Pembantu yang setia menemaninya tersebut pun memberi saran untuk berdoa dengan menyertai nazar kepada Allah swt. Hanna pun kembali berdoa dengan menyertakan nazar.

“Ya Allah, ya Tuhanku. Sungguh aku bersumpah kepada-Mu, aku bernazar kepada-Mu, aku akan menyerahkan apa yang kelak Engkau anugerahkan untuk mengabdi kepada-Mu menjadi penjaga rumah-Mu yang disucikan” (hlm. 23)

Setelah doa tersebut, keluarga Imran sering mendapat bisikan kabar gembira yang akan segera hadir di tengah-tengah mereka, tidak lain ialah kelahiran Maryam bunda Isa al masih. Setelah kelahiran Maryam, sesuai dengan nazarnya, keluarga Imran pun harus merelakan putri tunggalnya untuk tinggal bersama keluarga Zakaria dan mengabdi kepada Allah swt di rumah Allah yang suci.

Salah satu episode terberat dalam hidup Maryam adalah ketika harus mengungsi dari kekejian penguasa saat itu yaitu raja Herodes yang berniat membunuh putra Maryam, seumpama kekejaman Firaun pada masa nabi Musa as. Kejadian itu dialami oleh Maryam ketika resmi bersatatus single parent setelah melahirkan Isa as tanpa sosok ayah. Pada saat itu status Maryam masih bertunangan dengan Yusuf. Namun dengan keyakinannya, Yusuf kemudian dengan setia melindungi Maryam dari fitnah yang menimpa putri sulung Imran tersebut. Demikian juga Maryam senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada Yusuf. Mereka hijrah dari kekejaman Herodes dan antek-anteknya dengan senantiasa melibatkan Allah swt dengan sikap tawakkal dan ikhlas.

Sebuah ungkapan menyatakan “setelah perkara selesai, maka nampaklah celanya”. Ungkapan tersebut nampaknya juga berlaku untuk buku ini. Salah satu aspek yang seharusnya di cantumkan dalam buku sejarah seperti buku ini adalah sistematika penulisan yang lengkap sehingga dapat membantu pembaca menemukan peristiwa-peristiwa yang rinci dan mengetahui latar waktu pada setiap fase cerita.

Buku yang terbit pada tahun 2020 ini tentu masih hangat dan rekomended bagi semua kalangan baik umat kristiani, umat Islam, peneliti, santri, pelajar dan golongan orang biasa yang sekadar mencari tahu kisah ibunda nabi Isa as. Buku ini akan memberikan pengalaman baru dalam membaca sejarah, bahasa yang digunakan sangat menarik demikian juga cara penulisannya, pembaca akan dibawa seperti sedang membaca novel, memoar, cerpen dan puisi sehingga tidak membosankan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *