Menyingkap Tabir Huruf Ba’; Muara Al-Qur’an Sumber Segala Ilmu
7 mins read

Menyingkap Tabir Huruf Ba’; Muara Al-Qur’an Sumber Segala Ilmu

Muhammad Syafirin, 05/01/22

Benarkah Seluruh Kandungan Al-Qur’an Terhimpun dalam huruf Ba’?

Terdapat sebagian kalangan yang beranggapan bahwa rahasia segala macam ilmu terhimpun dalam satu huruf, yaitu huruf ba’ yang merupakan hidangan huruf pertama dalam rangkaian pembuka ayat al-Qur’an, Bismillâhirrahmânirrahîm. Anggapan demikian umumnya terdapat di kalangan kelompok sufi, sebagaimana yang dinyatakan Muhammad ‘Utsman al-Mirghani dalam karyanya Taj al-Tafāsir li Kalām al-Malik al-Kabīr, isi kandungan seluruh ayat al-Qur’an terhimpun dalam surah al-Fatihah; kandungan al-Fatihah terangkum dalam penggalan basmalah; sedang basmalah terhimpun dalam huruf ba’ (yang dibaca bi).

Di kalangan penganut ‘irfani (tasawuf filosofis) menyertakan ‘titik’ yang ada pada huruf ba’ sebagai komponen penghimpun makna basmalah. Pandangan ini dinyatakan oleh al-Khomeini, seorang tokoh ulama kharismatik di kalangan Syi’ah, yang diistilahkannya dengan jam’ al-jam’ al-Qur’ani (kesatuan kolektif Qur’ani).

Pada tahun 2015 yang lalu, saat dimana minat untuk mendalami ilmu tasawuf muncul pada diri saya, salah satu indikator yang terbayang dalam pikiran saya waktu itu adalah ingin mengetahui rahasia huruf ba’ yang konon katanya  Sayyidina Ali karramallāhuwajhah dapat memotong puluhan leher unta sekaligus dengannya. Seorang guru saya kala itu–tempat saya mengaji tasawuf dengan kitab Raaitullāh karya Imam an-Naffāriy–mencoba menjawab pertanyaan saya tentang mengapa seluruh ayat-ayat al-Qur’an bisa terhimpun dalam basmalah? Beliau jawab dengan singkat walaupun terkesan cukup guyon bagi saya, “Ayat pertama al-Qur’an adalah basmalah, hurufnya diawali dengan ba’, sedangkan surah terakhir (an-Nās) diakhiri dengan huruf sin, maka huruf ba’ dan sin ini terhimpun keduanya pada kata bismillah; yakni habislah semua tertuang di situ.”

Apa yang dikatakan oleh guru saya itu memang sepintas terkesan cukup rasional, tetapi menurut saya, argumen filosofisnya belum mampu menjabarkan autentisitas huruf ba’ dan sin itu sebagai ‘muara himpunan’ dari enam ribu lebih ayat-ayat al-Qur’an. Huruf ba’ dan sin secara signifikatif memang sama-sama berentitas huruf, tetapi pada saat yang sama, keduanya dapat berbeda dari segi signifikansi. Huru ba’ adalah huruf yang berdiri sendiri yang memiliki makna tanpa bantuan variabel huruf lainnya (huruf ma’āni), sedangkan huruf sin pada lafaz basmalah itu adalah huruf yang tidak dapat berdiri sendiri. Ia merupakan huruf mabāni (abjad) dari penggalan kata ismun yang jatuh setelah huruf ba’ (dibaca bi). Karenanya, jika ingin menemukan makna yang ideal, cara yang seharusnya dilakukan adalah mengungkap makna huruf ba’ dan kata ismun pada lafaz Bismillah secara holistik, yakni dengan mengikutsertakan huruf mim yang melekat setelah huruf sin tersebut. Hal ini terdapat dapat sebuah riwayat dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Ketika Isa ibn Maryam dikirim oleh ibundanya untuk menimba ilmu kepada salah seorang guru, berkatalah seorang guru itu kepada Isa, ‘Bacalah olehmu Bismillâhirrahmânirrahîm!’ Lalu Isa bertanya, ‘Apakah Bismi itu wahai guru?’ Sang guru kemudian menjawab, ‘Huruf ba’ dari kata itu berarti bahâ’ullah (Keagungan Allah), sin berarti sanâ’ullah (Kemuliaan Allah), sedangkan mim berarti mamlakatullah (Kerajaan Allah).” Demikian hadis yang tertuang dalam kitabnya al-Gunyah yang ditulis Syaikh Abdul Qâdir al-Jîlanî, seorang sufi kenamaan yang digelari ‘sulṭân al-auliyâ’ dari Baghdad yang wafat pada tahun 561 H.

Mengenai makna huruf ba’ pada kata Bismillah, al-Jîlanî juga menukil pendapat Abu Bakar al-Warraq bahwa huruf ba’ di situ memiliki enam makna; pertama, Bâri’ “Maha Pencipta” (QS. al-Hasyr [59]: 24); kedua, Baîr “Maha Melihat” (QS. al-Baqarah [2]: 96); ketiga, i “Yang Memberi rezeki” (QS. ar-Ra’d [13] 26); keempat, Bâqi “Kekal” (QS. ar-Rahman [55]: 26-17); kelima, Bâ’its “Yang Maha Membangkitkan” (QS. al-Hajj [22]: 7); keenam, Bârr “Yang Maha Melimpahkan Kebaikan” (QS. at-Tur [52]: 28). Tetapi dalam penjelasannya, al-Jîlanî tidak menegaskan bahwa keseluruhan kandungan al-Qur’an terhimpun dalam huruf ba’ tersebut.

Bagaimana Pandangan Kontemporer Tentang Huruf Ba’?

Dalam kajian kontemporer, pembahasan huruf ba’ pada basmalah juga mendapat ruang perhatian. Prof. Quraish Shihab, seorang ahli tafsir kebanggaan Indonesia, memberi penjelasan tentang huruf ba’ ini dalam tafsirnya al-Mishbah–kendati concern nya memang berbeda dan tanpa melegitimasi pandangan yang menyatakan bahwa kandungan basmalah dirangkum oleh huruf ba’ pada kalimat Bismillah.

Menurut Prof. Quraish, huruf ba’ (dibaca bi) yang diterjemahkan dengan kata “dengan” mengandung penggalan sebuah kata atau kalimat yang tidak terucap (bigairi al-lafzi), tetapi meniscayakan–kata atau kalimat tersebut–terlintas di benak seseorang yang membaca basmalah, yaitu kalimat “memulai”, sehingga Bismillah di sini berarti “Saya atau kami memulai pekerjaan ini…dst. dengan nama Allah”. Dengan demikian, kesan yang timbul dari pengertian ini mengandung dua makna. Pertama, sebagai do’a. Ketika seseorang membaca Bismillah untuk memulaikan suatu kegiatan atau pekerjaannya, maka secara sepontanitas dalam benaknya akan tergambar pernyataan bahwa dia memulai pekerjaan atau kegiatan tersebut dengan (nama) Allah, sehingga penyertaan nama Allah itu bertujuan sebagai do’a sekaligus harapan agar apa yang dikerjakannya itu diberikan kemanfaatan oleh Allah atau setidaknya dia terhindar dari dorongan nafsu, atau ambisi maupun subjektifitas pribadi. Kedua, sebagai perintah dari Allah. Disini Bismillah mengandung makna “Mulailah pekerjaanmu dengan nama Allah”. Kendati kata bi ( yang diartikan ‘dengan’) secara harfiah tidak mengandung makna perintah, tetapi kesan yang ditimbulkannya memiliki semangat yang sama dengan pengertian “memulai” pada poin pertama yakni menjadikan nama Allah sebagai muara harapan dan cita-cita atas setiap tindakan dan segala aktivitas. Selain itu, hal ini dapat sejalan dengan  keterangan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Suyûti dalam al-Jami’ al-agīr dari Abû Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap perbuatan yang penting yang tidak dimulai dengan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ maka perbuatan tersebut cacat”.

Selain Prof. Quraish Shihab, persoalan tentang huruf ba’ basmalah juga dibahas oleh Prof. Nashruddin Baidan, seorang Doktor Tafsir mutakharrij UIN Syahid Jakarta pada tahun 1990, dalam bukunya Tafsir Kontemporer Surat Al-Fatihah. Menurut Prof. Baidan, setiap uraian ayat-ayat yang dikemukakan al-Qur’an semuanya mengacu pada konotasi huruf ba’ pada lafaz Bismillah. Pernyataan ini sejalan apa yang pahami al-Mirghani sebelumnya. Bahkan Prof. Baidan menegaskan, huruf ba’ pada lafaz basmalah itu bukan hanya menghimpun seluruh rahasia ilmu sebagaimana klaim al-Mirghani, tetapi lebih jauh semua macam aktivitas dan eksistensi kehidupan ini akan berjalan dan berwujud jika diawali dengan huruf ba’ tersebut.

Untuk menguatkan argumentasinya, Prof. Baidan membuat sebuah bagan lingkaran sebagai titik pusat yang membentangkan garis-garis lurus di setiap kelilingnya. Di dalam lingkaran itu ada lafal “به” (bihi) yang berarti “Atas atau dengan kehendak-Nya”, sedangkan bentangan garis-garis itu diumpamakan sebagai keseluruhan aktivitas kehidupan dan segala macam eksistensi. Dengan demikian, seluruh aktivitas kehidupan maupun eksistensi tersebut akan mustahil mengemuka dan berjalan tanpa ‘dengan kehendak-Nya’ atau ‘atas kehendak-Nya’. Kenyataan demikian bagi Prof. Baidan, merupakan keniscayaan atas sebuah realitas yang tidak dapat disangkal dan dibantah siapapun.

Berdasarkan logika Prof. Baidan di atas, pandangan al-Mirghani tentang rahasia dan titik tolak keseluruhan kandungan al-Qur’an yang terhimpun dalam huruf ba’ di awal Bismillah dapat diterima. Jawabannya cukup sederhana, bukankah seluruh ayat al-Qur’an itu sengaja diturunkan-Nya sebagai tuntunan kehidupan dan rahmat bagi sekalian alam, sedangkan semua itu tidak akan pernah berhasil terwujud tanpa ‘Dengan kehendak-Nya’ atau ‘Atas kehendak-Nya’? Tiada satupun ayat yang turun sebagai tuntunan atau yang mengisyaratkan ilmu pengetahuan kepada manusia tanpa dengan kehendak Allah Swt. Demikian, Wa Allah A’lam!

2 thoughts on “Menyingkap Tabir Huruf Ba’; Muara Al-Qur’an Sumber Segala Ilmu

  1. Subhanallah pemikiran yg bgtu baik dan sesuai akal dan pikiran

Comments are closed.