Melestarikan Budaya Lewat Tarian Tandang Mendet
Tari Tandang Mendet merupakan salah satu tarian tradisional leluhur di Pulau Lombok. Tepatnya di desa Sembalun Bumbung, Lombok Timur. Tarian ini menunjukkan rasa syukur karena berhasil melindungi tanaman padi merah dari serangan hama dan melawan roh jahat (makhluk halus).
Tarian ini dibawakan oleh para penari yang mengenakan kostum adat khas Sasak dengan hiasan berwarna cerah. Gerakan tari ini melambangkan keseharian masyarakat Sembalun dan menunjukkan kegembiraan atas hasil panen yang melimpah.
Musik yang mengiringi tarian ini dilengkapi dengan alat musik tradisional seperti gamelan, gendang dan seruling sehingga menciptakan suasana magis yang mendalam.
Melalui pertunjukan Tari Tandang Mendet, generasi muda diajak untuk menghargai dan memahami warisan budaya nenek moyang, sekaligus memastikan bahwa kekayaan budaya tersebut tetap hidup dan diberikan kepada generasi mendatang.
Tari Tandang Mendet telah dibawakan oleh masyarakat Sembalun Bumbung secara turun temurun. Berdasarkan cerita leluhur, Tari Tandang Mendet diciptakan pada tahun 1428 atau abad ke-15. Tarian ini diciptakan oleh Nek Kertanegara di rumah adat Berugak Reban Bande.
Dalam pertunjukan tari ini sering ditampilkan oleh 7 orang penari yang memegang tombak, yang satu membawa tulup dan satu lagi membawa tameng dan pedang, berarti jumlah penari tandang mendet ada 9 orang.
Kehadiran 7 orang penari pria melambangkan 7 pasangan yang sebelumnya tinggal di Sembalun. Uniknya dulu penari Tandang Mendet harus berasal dari keturunan 7 pasangan yang sebelumnya tinggal di Sembalun tersebut.
Tari Tandang Mendet berfungsi sebagai perangkat upacara yang dilakukan setiap 3 tahun sekali dalam upacara adat ngayu-ayu atau sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesuburan tanah di kaki Gunung Rinjani.
Makna Gerakan Tari Tandang Mendet
Gerakan pada tandang mendet memiliki beberapa makna, sebagai berikut:
- Awalnya, pembawa tameng keluar lebih dahulu dan memainkan tameng dan pedang yang di bawanya, yang mengandung makna:
- Bahwa bumi sembalun belum ada penduduknya.
- Ayunan pedang keatas lurus mengandung makna bawa tuhan yang maha esa
- Ayunan pedang ke bawah, mengandung makna bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ketanah
- Pembawa tulup melambangkan ketatnya pengawalan terhadap pimpinan dalam mempertahankan alam dan lingkunganya
- Gerakan tari secara kolektif bisa dibagi menjadi beberapa gerakan antara lain:
- Gerakan segi tiga dari pembawa tombak melambangkan tujuh pasang suami dan istri yang hidup pada waktu itu yang bertempat tinggal di desa Beleq Sembahulun.
- Gerakan baris dua lurus berbanjar melambangkan keselamatan dunia dan akhirat.
- Baris satu lurus di depan dan baris satu lurus di belakang melambangkan bahwa dari zaman dahulu sampai sekarang pulau Lombok tetap lurus dan jujur.
- Gerakan kerucut yang memberikan pelambangan bahwa Gunung Rinjani adalah sumber mata air se-pulau Lombok, dan gerakan kerucut itu juga melambangkan bahwa kehidupan manusia itu ada 3 alam yaitu: alam kandungan, alam dunia, dan akhirat.
- Langkah silang memberikan lambang persatuan dan kesatuan prajurit dalam mempertahankan keamanan masyarakat.
- Gerakan satu baris lurus memanjang melambangkan pulau Lombok adalah bumi yang masyarakatnya polos dan jujur dalam menjalankan syariat agama islam.
- Gerakan bundar melambangkan kesatuan persatuan semua pihak, kedamaian, satu tujuan dan satu kenyakinan yaitu percaya kepada Tuhan Yang Yaha Esa.
- Gerakan pembawa tameng mengililingi prajurit di saat barisan bundar maksudnya adalah melambangkan kegigihan pimpinan dalam melindungi dan menganyomi masyarakat serta lingkungannya.
Melalui gerakan dan musik yang membangkitkan semangat, tarian Tandang Mendet tidak hanya merupakan ekspresi seni yang indah tetapi juga mencerminkan identitas kolektif dan kekayaan budaya masyarakat Sembalun yang harus dilestarikan sepanjang masa.
Untuk itu masyarakat setempat telah berkomitmen melestarikan kesenian lokal tari Tandang Mendet yang bertujuan supaya keterampilan berharga tersebut terus diwariskan kegenerasi mendatang.
Pelestarian tersebut dilakukan dalam bentuk latihan rutin enam kali seminggu, bagi generasi muda. Mendokumentasikan audiovisual untuk menciptakan catatan yang dapat diakses dan dibagikan secara luas. Mengadakan pertunjukkan teratur di komunitas lokal maupun di acara budaya-budaya dan festival yang memperkenalkan tarian. Mengadakan lokakarya atau seminar tentang tarian ini untuk memperkaya pengetahuan Masyarakat tentang makna dan sejarah dibalik tarian tersebut.
Dengan menggabukan cara-cara tersebut diharapkan tercipta kesadaran yang lebih besar tentang pentingnya melestarikan tarian tradisional seperti tari Tandang Mendet supaya masyarakat Sembalun tidak kehilangan identitasnya ditengah perkembangan zaman yang semakin modern ini. (Ardina Lestari/IAT/III)