Hati-Hati dengan Hati
Ketika bicara hati tidak ada yang bisa menebak diantara kita. Ketika beramal kita tidak bisa memastikan apakah amalan tersebut ikhlas kepada Allah swt. Disaat bersedekah mungkin didalam hati yang paling dalam ingin disebut orang yang paling dermawan. Saat beramal sholeh ingin disebut menjadi orang sholeh, ketika ibadah ingin disebut sebagai ahli ibadah. Ternyata kita lupa bahwa dibalik itu semua Allah mencatatnya bukan sebagai kebaikan dalam kehidupan.
Didalam Al-Qur’an dapat ditemukan ada tiga jenis hati: Qalbun Salim adalah hati yang bersih, selamat. Qalbun Marid ialah hati yang berpenyakit( iri, dengki, ujub, riya, dan takabbur), dan Qalbun Mayyit ialah hati yang mati, ketika dinasehati , diingatkan namun seringkali mental dihati. Sampai Allah menyebutkan didalam Al-Qur’an: “ Jika hati sakit, maka akan banyak penyakit-penyakit yang muncul dalam kehidupan”. Maka Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah menyebutkan “Indikator diri seseorang itu sesuai hatinya”. Hati yang tenang akan membawa fikiran yang jernih, namun hati yang gelisah cara pandang sulit, cara berfikir susah, dan bawaan tidak akan bertemu dalam kehidupan. Oleh karena itu perbaiki hati, karena hati tak bernoda dan jangan pernah melukai hati. Karena disaat kita melukai akan ada perasaan hati yang dibawa mati sampai menjelang bertemu dengan Allah swt. Jangan sibuk mengomentari hati orang lain karena itu wilayah yang paling dalam tetapi sibuklah memperbaiki diri karena barangkali lebih buruk dari orang lain.
Hati itu laksana Cangkir. Saat kau semakin mengisinya dengan kecintaan terhadap Allah, maka hanya aka nada sedikit ruang untuk kecintaanmu pada dunia. Berdzikirlah!
Hati itu diciptakan oleh Allah. Dan sudah sepantasnya hati dicurahkan hanya kepada Allah semata, jika ada yang selain Allah dihati makan kecewa yang terasa.
Teruslah sibuk membersihkan hati.
Hingga hilang semua penyakit hati.
Hingga tiba saatnya kita kembali kepada Ilahi.