6 mins read

Meraih Bintang

Meraih Bintang
Aku tersenyum, tak sengaja melihat sosok itu lagi. Sudah lama aku tak menemukannya, sengaja mencari
namun semakin berlari, tak disangka, kini ia dihadapanku, Pecinta Bintang.
Senang rasanya bertemu dia lagi, senang sekali, seperti ingin kusapa dan bertanya apa kabarnya. Namun,
apa lah daya bahkan kamu saja tak menatapku duhai Pecinta Bintang. Sesaat semua yang telah kusimpan
rapi ini terbuka tiba-tiba tanpa permisi, tanpa peduli lagi seberapa sekarat si penderita.
Jujur aku senang, sangat senang, sampai-sampai mereka semua bertanya apakah aku menyukaimu. Jelas,
aku sangat menyukaimu wahai sang Pecinta Bintang, jawabku dalam hati. Semakin kukatakan aku tak
menyukaimu atau aku biasa saja, maka semakin jatuh cinta aku akan senyumanmu itu. Maafkan aku yang
telah diam-diam mendambakan senyumanmu, duhai pemilik senyum manis. Aku teramat suka.
Bukannya aku tak berani ataupun tak ingin mengungkapkan isi hati ini, tapi kurasa mataku tak pernah
mampu berbohong. Jangankan berkata didepanmu, bahkan bertatapan saja aku tak sanggup, sekalipun tak
sengaja. Kau duduk disampingku saja aku langsung bisu mematung, bahkan aku sempat mendapatimu
menatapku sesekali, ingin rasanya kubalas tatapan indah itu hingga mungkin kita saling menatap. Namun,
aku tak mampu.
Lagi-lagi dengan hanya mengetahui kamu sehat dan senyuman itu masih ada, sudah lebih dari cukup
untukku. Lagipula, aku tak ingin kamu merasa tidak nyaman berada di dekatku. Biarlah semua kusimpan
hingga tak seorangpun tahu.
Kau tahu? aku juga mengagumi langit, sungguh. Bahkan “Bintang” adalah nama kecilku, mungkin itulah
mengapa aku sangat menyukai benda indah itu. Seandainya saja kamu tahu, mungkin kita bisa salingbercerita tentang langit, bertukar gambar indah sang bintang, atau mungkin membicarakan pengagumnya,andai.Katamu, kau suka bintang karena ia setia dengan langit walaupun berkali-kali dibuat jatuh. Tapi menurutku
kamu harus belajar dari hujan, karena ia setia dengan bumi walau jelas ia tahu bagaimana rasanya berkalikali terjatuh.
Katamu juga hujan itu teduh dan meneduhkan. Namun bagiku, hujan lebih dari hanya sekedar meneduhkan.

iku, hujandalahpembangkitrindu yang baik dan sangat menginkan pekenanganan kata-kata indahmu,

duhai Penggapai Bintang.

Jika kamu adalah si Pengagum Bintang, maka ijinkan aku menjadi si Pecinta Semesta. Ijinkan aku untuk–

walau tak langsung mencintaimu–merengkuhmu dalam genggamanku. Ijinkan aku juga untuk sama-sama

menjaga bintang-bintang itu bersamamu agar malamku dan malammu–yang kuharap menjadi malam kita–

sama-sama terang dihiasi lembut sinarnya.

Juga tak pernah lupa kuberucap agar bintang itu selalu ada, agar kamu selalu dapat melihat sinar mataku

yang kini tak lagi sendu karena aku tahu kau benci mata yang katamu kamu takut terjatuh didalamnya.

Kau tahu apa yang juga indah selain memandangi bintang di malam hari? Menikmati keelokan jingga sang

senja tak kalah romantis.

Katamu, senja adalah sebuah pembuktian bahwa ada hal yang begitu indah di balik kisah tidak

dipertemukannya siang dan malam. Kataku, mereka, siang dan malam, bukannya tak bertemu, mereka

berbaur.

Duhai sang Pecinta Bintang, aku tahu kau tak pernah benar-benar mengamati senja. Maka, kini izinkan aku

membawamu. Siang dan malam bertemu dan saling menjaga, itulah mengapa dinamakan senja. Senja

memang sekali, namun bukankah sekali itu cukup bila kita menikmatinya? Ya, kita pasti kehilangan senja.

Namun, mendapatkan indahnya langit malam.

Si Pecinta Semesta tak pernah percaya bahwa bintang akan dan sering terjatuh. Namun, bila kamu, Pecinta

Bintang, percaya bahwa bintang itu jatuh maka ijinkan aku menangkap bintang itu. Karena bagiku, kamu

adalah bintangnya. Bagiku, si Pecinta Semesta, kamu adalah bintang jatuh. Tak akan pernah kugenggam,

tapi selalu kuharapkan. Karena aku tak pernah percaya bahwa bintang akan jatuh dengan sendirinya. Makateruslah menggapainya, duhai Pecinta Bintang. Teruslah berharap, dan gapai satu bintangmu yang palingterang di antara jutaan bintang di hamparan gemerlapnya langit penuh harapan.

Biar lah semua seperti ini. Biar lah semua mengalir seperti ini. Keadaan ini tercipta bukan karena aku tak

ingin memulai, hanya tak ingin merusak yang sudah ada. Lagipula, tak semua cinta harus diungkapkan, kan?

Senyuman itu, suara itu, mata itu. Izinkan aku menyimpan semua yang telah kupotret ini ke dalam album

terindahku sendiri yang suatu saat nanti akan kubuka atau terbuka dengan sendirinya
Aku tetap menunggu dan akan selalu menunggu.Meski terkadang menunggu tak se-incipun menyeret kita ke titik rindu yang mungkin bersilangan dengan
temu. Namun, lagi-lagi adakah yang lebih syahdu dari dua jiwa yang saling menunggu? Yang tak saling sapa,namun diam-diam mengucap nama dalam doa?
Lagipula, mengapa meminta kepada bintang-bintang, bila kita bisa meminta kepada penciptanya? Sebab,
katamu ada spasi yang terisi di antara doa dan kenyataan yang tidak terbaca, yaitu rencana Tuhan yang
lebih indah.
Aku percaya Tuhan tidak akan memisahkan sesuatu yang baik kecuali digantikan dengan yang lebih baik.

Karena aku akan bersabar dalam diamku, karena tulang rusuk tak akan pernah tertukar. Senja itu benar,

kehilangan adalah cara Tuhan mempertemukan kita dengan kebaikan
Sebab, tak ada yang lebih baik dari dua orang yang bertemu karena saling menemukan dan sama-sama

berhenti karena telah selesai mencari. Hingga tak akan ada yang pernah pergi karena tahu sulitnya mencari.

Maka, semoga sibukmu dan sibukku adalah sibuk yang baik, yang mendekatkan rezeki baik, yang mampu

membuat Tuhan percaya kita berjuang di jalan yang baik.

Duhai Pecinta Bintang, izinkan kumengucap namamu dalam doaku. Karena doa adalah cara dan usahaku

untuk mendekatkanmu tanpa harus menjauh dari Tuhanku. Wahai sang pemilik bintang dan seisi semesta,

izinkan bintang itu untuk selalu menerangi gelapnya malamku, serta izinkan aku juga mengulang doa-doaku.

Karena mengulang doa-doa itu seperti kayuhan sepeda. Suatu saat akan membawaku ke arah yang kutuju.

Semoga dan selalu.Reaksi berbeda yang kita berikan ketika kita memandang bintang di kegelapan malam atau setitik noda di

selembar kain putih ternyata akan memberikan hasil yang berbeda pula. Hidup ini indah, cobalah kita

memandang sesuatu dari sisi yang lain, maka yang tampak bukan hanya sekedar 2 dimensi. Bukankah lebih seru

ketika kita melihat film 3 dimensi???

Nama: Nuria Pawati Iswani
Jurusan: Manajemen Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Sunardi, M.Pd
#UAS-STAIDK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *