
TUHAN IZINKAN AKU MENJADI QORI’AH
Entah apa yang pertama kali membuat aku jatuh cinta kepada ilmu tilawah, dari dulu aku seneng sekali mendengar bacaan-bacaan ketika orang lain melantunkan ayat suci Al-Qur’an dengan suara merdu yang mereka miliki, setiap aku mendengar orang yang tilawah butiran air mata ini seolah-olah diundang hingga membasahi pipiku.
Kecintaanku terhadap ilmu tilawah membuatku ingin sekali mempelajarinya, tetapi sayangnya di desaku tidak ada tempat untuk belajar, apakah karena tidak ada orang yang bisa atau bagaimana? entahlah aku sendiri tidak tahu, pertanyaan ini selalu terngiang di pikiranku hingga sekarang ini. Satu-satunya yang bisa aku lakukan untuk mempelajari ilmu tilawah adalah dengan mendownload dari youtube, setelah itu aku dengar dan mencoba untuk mengikutinya.
Awalnya aku semangat sekali untuk belajar, aku terus latihan dan mencoba mengikuti apa yang aku dengar dari hasil downloadtanku, tapi semangatku tiba-tiba down bahkan keinginanku untuk belajar tidak ada lagi setelah aku mendengar salah satu keluargaku yang mencela suaraku, ketika itu aku sedang latihan di rumah, dan terdengar dari luar suara yang membuat hatiku terluka mendengarnya, “suara kayak kaleng rongsokan, napas pendek, sok-sok an mau jadi qori’ah, ngaca dulu dong”, mendengar kata ini, hatiku sangat sakit sekali, ingin sekali aku keluar melabrak beliau tetapi mengingat beliau sudah tua dan juga merupakan keluargaku, jadi aku berusaha menahan emosiku, aku berfikir “nanti kalu aku keluar pasti aku akan bertengkat, dan urusannya akan menjadi panjang”, jadi luapan emosi berubah menjadi butiran-butiran airmata yang membasahi pipiku. Sejak itu aku tidak pernah lagi belajar tilawah.
Sebenarnya perkataan beliau memang benar, suaraku memang tidak bagus dan nafasku tidak panjang, apakah karena itu aku tidak berhak memiliki sebuah impian dan keinginan untuk menjadi qori’ah, seharusnya beliau memberikanku semangat supaya aku lebih rajin belajar dan latihan, tetapi ini malah melemahkan semangatku dengan kata-kata yang seharusnya tidak perlu didengar dan diucapkan.
Beberapa bulan kemudian setelah kejadian itu, semangatku untuk belajar ilmu tilawah kembali muncul setelah diumumkan oleh kepala sekolah bahwa sekarang sekolah sudah membuat program untuk belajar ilmu tilawah dan semua siswa diwajibkan untuk ikut, mendengar hal tersebut tentunya aku sangat gembira sekali, karena kan dari dulu aku sangat seneng dengan ilmu tilawah, walaupun pernah hilang semangatku untuk mempelajarinya.
Hari pertama di adakannya program tersebut, mungkin bisa dikatakan bahwa aku adalah salah satu siswi yang paling antusias dengan adanya program tersebut, segala persiapan untuk kelancaran acara tersebut aku ikut membantu ibu bapak guru untuk menyiapkannya, baik itu mengatur tempat duduk, menyediakan al-qur’an untuk siswa yang lain dan segala keperluan yang dibutuhkan.
Karena semuanya sudah siap, dan ustadz juga sudah datang akhirnya seluruh guru dan siswa disuruh kumpul dalam satu ruangan yang sudah disediakan lalu dibuka dengan sambutan dari bapak kepala sekolah, dalam sambutannya beliau menceritakan awal mulanya beliau tertarik dengan ilmu tilawah hingga menjadikannya program wajib di sekolah “minggu kemarin bapak pergi mengunjungi salah satu teman kalian yang sedang sakit, dan bapak bertemu dengan ayahnya, dalam perbincangan kami, dengan izin Allah ayah dari teman kalian menceritakan bapak bahwa beliau bisa bertilawah, awalnya bapak meragukan itu semua, karena kalau bapak melihat dari penampilan luarnya itu sangat tidak meyakinkan, karena beliau sangat sederhana sekali, pekerjaan beliau sebagai peternak sapi, tetapi keraguan bapak seketika sirna setelah mendengar beliau melantunkan ayat suci Al-Qur’an, suara beliau yang merdu dan dengan penuh penghayatan dalam membacanya membuat sekaetika itu meneteskan airmata, bapak merasa bersalah sekali telah menilai beliau dari luarnya saja, padahal beliau dapat diibaratkan sebuah mutiara yang tersembunyi di dalam yang bersinar dengan cahaya Al-qur’an. Dari sanalah bapak tertarik dengan ilmu tilawah, setelah beliau selesai membaca kemudian kami berbincang-bincang sedikit sampai akhirnya beliau bersedia mengajar kalian seperti sekarang ini”, setelah selesai bapak kepala sekolah menutup sambutan dan langsung mempersilahkan ustadz untuk berbicara.
Sekarang giliran ustadz yang bicara, sebelum memulai belajar ustadz memperkenalkan diri terlebih dahulu dan memberikan kami motivasi untuk mempelajari ilmu Al-Qur’an, setelah itu beliau mulai membaca ayat suci Al-Qur’an, ternyata benar apa yang dikatakan oleh bapak kepala sekolah mengenai suara beliau, awalnya masih banyak siswa yang duduk di belakang berbica tetapi ketika beliau mulai melantunkan ayat suci Al-Qur’an, tiba-tiba ruangan itu menjadi hening tak satupun ada yang bicara, bahkan bisi-bisikpun tidak ada, seolah-olah kami yang diruangan itu disihir oleh suara beliau yang begitu merdu, dan hati ini sangat tenang sekali mendengarnya, banyak orang yang ada di ruangan itu meneteskan air mata, baik dari guru maupun siswa, termasuk saya, dari awal beliau membaca, tak henti-hentinya air mata ini keluar dengan sangat deras, seolah-olah air mata saya bagaikan banjir yang tidak bisa dibendung sama sekali, dalam tangisan saya, terbesit di dalam hati yang paling dalam semangat untuk bisa menjadi seorang qori’ah.
Sejak itulah saya kembali rajin untuk latihan tilawah, terutama di sekolah saya sempatkan diri saya untuk latihan ketika keluar main, sedangkan kalau di rumah mengingat kejadian yang telah terjadi saya melihat situasi terlebih dahulu, ketika orang sepi baru saya mulai latihan, walaupun belum ada perubahan dalam diri saya baik dari segi suara maupun napas, masih sama seperti dulu. Tapi saya tidak mau menyerah untuk terus berusaha, ketika ada perasaan-perasaan tidak semangat dan tidak percaya diri muncul dalam hati saya, untuk mengembalikan itu semua, saya selalu mengigat 2 ayat terakhir dari Surah Ya Sin yang artinya “ 82. Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. 83. Maha suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan”. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah yang penting aku terus berusaha menjalani proses, terus semangat, dan jangan menyerah.
Program itu berjalan dengan baik hingga minggu ke empat, setiap satu kali seminggu selalu dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, dan kamipun tetap semangat untuk mengikutinya. Tetapi pada minggu ke lima ternyata pak ustadz tidak bisa datang, entah apa yang menghalangi beliau untuk tidak hadir, dan begitu pula di minggu ke tujuh beliau tidak datang, sayapun memberanikah diri untuk bertanya kepada salah satu guru mengenai sebab pak ustad tidak datang, dan sayapun dijelaskan mengenai hal tersebut, ternyata ada hal yang membuat beliau tidak bisa datang, dan kemungkinan beliau tidak bisa datang untuk minggu-minggu berikutnya, bahkan bisa saja beliau sudah tidak bisa mengajari kami lagi.
Mendengar penjalasan itu, jujur hati saya sangat kecewa sekali, satu-satunya harapan saya untuk belajar ilmu tilawah kini sudah sirna, terus bagaimana dengan keinginan saya yang ingin menjadi qori’ah?, saya diliputi dengan rasa kesedihan yang begitu mendalam, sayapun termenung sambil berpikir, ternyata dalam lamunan saya, ada sebuah ide yang muncul dalam benak saya, “saya pergi saja ke rumah pk ustadz” , akhirnya keinginan saya itu, saya sampaikan ke orang tua, tetapi mereka sama sekali tidak memberi izin, adapun alasan mereka adalah rumah pak ustadz jauh, trus karna saya perempuan. Mendengar jawaban dari orang tua Lagi-lagi saya merasakan rasa kecewa.
Karena keinginan saya yang begitu kuat untuk bisa menjadi seorang qori’ah, akhirnya saya nekat memutuskan untuk mengambil jalan pintas, yaitu pergi secara diam-diam ke rumah pak ustadz, saya mengajak satu teman saya untuk menemani saya kesana, dan saya pun belajar ilmu tilawah secara diam-diam, selama proses pembelajaran saya selalu membawa handphone dan merekam apa saja ilmu yang diberikan kepada pk ustad, dan itu berlangsung selama dua minggu. Di minggu ke ketiga saya berhenti ke rumah pak ustadz, saya mulai ragu “mungkin ilmu akan saya dapatkan, tapi keberkahannya yang akan hilang karena tidak ada restu dari orang tua saya, mungkin ini belum saatnya saya mempelajari ilmu itu, nanti kalau Allah meridhoi apa yang menjadi keinginan saya, pasti akan diberikan kemudahan jalan untuk menggapainya”.
hari berganti hari, dan perputaran waktupun serasa cepat, saya sudah lulus sekolah Menengah Kejuruan dan tanda-tanda untuk jalan saya menjadi qori’ah belum kelihatan juga. Dan tanda-tanda itu saya temukan dan kelihatan ketika saya berada di smester tujuh. Di masjid ponpes tempat saya kuliah dibuat program tilawah, awalnya memang saya bisa ikut karena jadwal untuk anak remaja dilaksanakan pada malam hari, sudah saya minta izin ke orang tua tapi karena malam mereka nggak ngasih, dan ternyata ada jadwal untuk sore hari dan dilaksanakan setelah sholat asar dan itu diperuntukkan khusus untuk anak-anak MI, ingin saya ikut juga tapi jadwal kuliah saya bertabrakan dengan jadwal tilawah, jadi saya tidak bisa ikut.
Tapi sekarang saya tidak mau patah semangat lagi, saya yakin ini merupakan tanda-tanda bahwa Allah akan memberikan saya jalan kemudahan untuk itu, jadi saya optimis dan terus berdo’a dan mengamalkan sholawat, sebagaiman yang pernah diungkapkan oleh Ustad Yusuf Mansur dalam cerahnya, beliau berkata “apapun hajat kamu, baca sholawat amaka Allah akan mempercepat untuk mengabulkannya” mungkin Allah akan memilihkan waktu yang tepat, untuk saya mempelajari itu semua. Dan ternyata benar sudah dua minggu tidak bisa masuk pada hari itu karena ada urusan yang harus diselesaikan, ini mungkin cara Allah untuk memberikan saya jalan supaya bisa ikut belajar Ilmu tilawah dan sayapun ikut bersama adik-adik itu belajar, walaupun Cuma saya sendiri yang paling besar dan paling tua umurnya, mendengar suara ustadz melantunkan ayat suci AI-Qur’an dengan sangat merdu meteslah air mata saya, Keinginan saya untuk menjadi seorang qori’ah semakin besar.
Minggu depannya lagi, dosen tidak bisa masuk, jadi beliau mengganti hari kuliahnya, dan saya sangat bersyukur sekali sekarang saya bisa ikut tilawah setiap minggu, tanpa meninggalkan jadwal kuliah, dan ini pasti karena kehendak dari Allah, apapun yang kita minta pasti akan dikasih, tinggal kita sendiri harus bersabar, hingga saatnya permintaan kita itu di kabulkan oleh Allah SWT. Keinginan saya untuk menjadi qori’ah itu semakin besar, jadi saya usahapun saya tingkatkan, saya bener-bener sungguh-sungguh, waupun diawalnya saya sempat mengalami kesulitan untuk mengingat nada-nada yang dikasih pak ustadz. Minggu kedua saya ikut, ternyata pak ustadz menyuruh saya untuk maju kedepan, mungkin beliau mau mengetes sudah sampai mana pemahaman saya, jadi Pulang tilawah saya minta pak ustad merekam suara beliau ketika membaca nada seperti yang diajarkan tadi pas ngaji, Alhamdulillah, ustadz langsung merekam dan mengirimkan saya, dan saya pelajari dengan sungguh-sungguh.
Aktifitas-aktivitas saya, saya isi dengan mendengarkan sambil mengikuti rekaman yang diberikan ustadz, jadi handpone saya selalu dibawa, ketika selesai sholat saya latihan, ketika saya nyapu, masak, ketika bepergian saya selalu sempatkan latihan ketika di perjalanan, bahkan ketika saya membantu ibu menyabit rumput di sawahpun saya sempatkan diri saya latihan, walaupun saya di marahi karena saya yang paling lama penuh karungnya. Tapi tidak apa-apalah dimarahi, ini adalah keseriusan saya untuk bisa menjadi seorang qori’ah. Dan sekarang tibalah hari dimana saya akan maju kedepan di hadapan ustadz dan adik-adik, jadi saya mempersiapkan diri, saya sengaja datang jam 1 walaupun jadwalnya nanti setelah selesai sholat asar. Saya latihan dan terus latihan mungkin lebih dari 20 kali saya putar ulang rekaman yang diberikan ustadz itu sambil saya ikuti, saya selesai latihan ketika dikumandangkan azan sholat asar.
Setelah selesai melaksanakn sholat asar, saya langsung mengabil posisi duduk, sekarang tibalah giliran saya untuk maju, dan saya langsung dipersilahkan oleh ustadz, sayapun membaca sesuai dengan kemampuan dah hasil kerja keras saya, Alhamdulillah setelah saya minta koreksi di ustadz beliau bilang bahwa vokal saya sudah bagus, ada rasa bahagia di dalam hati saya ketika ustadz ngomong begitu, karena beliau adalah orang yang pertama kali menganggap suara saya bagus, awalaupun sebenarnya saya rasa masih banyak kekuarangan, tetapi itu akan menambah semangat saya untuk lebih giat lagi latihan, hingga tercapai keinginan saya untuk menjadi qori’ah. Sebagaiman idola saya H. MUAMMAR ZA.
- MUAMMAR ZA beliau adalah qori legendaris yang dimiliki oleh Indonesia, beliau terkenal dengan suara yang merdu dan nafas yang panjang, dari penuturan beliau ynag saya dengar dari You Tube beliau menjelaskan bahwa beliau mulai bertilawah sudah dari kelas 2 SD dan sampai sekarang beliau masih tetap bertilawah, walaupun sudah berumur tetapi suara beliau tetap terjaga kejernihan dan kemerduannya, hampir menuju 60 tahun beliau bertilawah. Beliau mengatakan kunci tilawah itu kita sering latihan, dan rajin olah raga, dan batasi makanan-makanan yang akan mengganggu suara kita, tapi jangan sampai berlebihan.
Pernah dulu saya karena pingin bisa tilawah dapat dikatakan saya menyiksa diri saya lewat makanan, ful satu minggu saya Cuma makan dengan lauk Cuma dengan kacang polong, walaupun ibu masak lauk-lauk enak tapi saya tetap bertahan dan tidak tergoda, tapi pas satu minggu saya tidak tahan saya pun tergoda dan memakan lauk seperti biasanya, kacang polong saya tinggalkan, saya sudah capek makan itu saja sebagai lauk.
Pesan ustadz kalau kamu ingin bisa, sering-seringlah latihan amaka suara kamu nafas kamu lama-lama akan merdu dan akan panjang. Jangan menyerah samapai kamu menjadi seorang qori’ah. Pesan ustadz ini akan saya dengar dan saya laksanakan insya Allah segala sesuatu yang kita dengan melibatkan Allah di dalam pelaksanaannya itu semua akan mudah kita dapatkan. Jangan samapai takut untuk bermimpi, mungkin mustahil bagi manusia tapi bagi Allah SWT tidak.