Ibuku Idolaku
Bingung harus mulai dari mana kalau bercerita tentang sosok ibu, kalau sekiranya di ceritakan takkan habis-habis bila berbicara tentang ibu, air mata akan selalu berderas bila membicarakan tentang ibu, tak kan pernah bisa ku bendung semuanya, raga ini rasanya tak sanggup untuk menceritakan sosok ibu yang luar biasa.
Berbicara tentang ibu yah harus siapin tisu banyak-banyak untuk mengingat perjuangan nya, sosok malaikat tanpa sayap, sebuah anugrah dari Allah yang di berikan kepada kita, mustahil kau ada di dunia ini tanpa adanya ibu. Ya satu-satunya wanita luar biasa yg ku miliki saat ini hanya ibu, ibu yang kerap kali ku panggil inak setiap hari , yang mengandung ku dengan susah payah, melahirkan ku mempertaruhkan nyawa demi keselamatan ku, merawat ku tanpa peduli dengan kondisi nya saat itu, Sampai aku beranjak dewasa, tentu pahit Manis sudah dirasakan nya, namun semua lelahnya, sengsaranya hilang ketika anaknya sudah tumbuh dewasa.
Kisahku bersama ibu tujuh hari tujuh malam mungkin belum cukup untuk di ceritakan, ya aku berusaha mengingat kisah dulu sejak ku TK sampai tumbuh dewasa, dulu diumur 5 tahun aku masuk TK di TK DARUL KAMAL Kembang kerang, pertama masuk sekolah aku lihat wajah teman-teman ku ceria , bermain dan bercanda dengan teman-teman yang lain, aku lihat pakian mereka serba bagus, kren, menggunakan tas yg serba mewah sambil di temani oleh sosok ibu, ya berbeda dengan ku yang menggunakan pakaian busana saat itu kalau tidak salah warna kuning, saat itu rasanya aku iri melihat teman-teman yang berbeda dengan ku lebih-lebih tidak ada ibu di samping ku, namun semua itu tak membuat ku menangis, karena ku tau keadaan ibu yang jualan yang tidak bisa lama-lama menemaniku saat pertama kali masuk TK, hari-hari terus berjalan aku pergi sekolah tanpa harus ditemani oleh ibu, aku lihat semua teman-teman ku pergi sekolah selalu diantar, ditemani sampai pulang sama ibunya, sedangkan aku, ya karena ibu harus dagang keliling untuk mendapatkan sesuap nasi,sampai aku masuk MI Darul Kamal sejak kelas satu uang jajan dikasih 500 rupiah saat itu, kulihat uang jajan temanku 1000, 2000, aku harus bagaimana? Aku tak menangis gara-gara uang jajan, aku tetap belanja walaupun itu kurasa tak cukup untukku.
Ketika sekolah di musim hujan bagaimana pun besar nya hujan , ibu tak pernah datang menjemput ku dengan membawa payung, teman-teman yang lain selalu ada jemputan untuk menghindari basah karena hujan, saat teman-teman punya pakaian baru aku menggunakan pakaian lama yang memang masih layak untuk dipakai, dicelana bagian belakang robek aku tutup dengan handsaplas agar tidak kelihatan robeknya, ya sejak kecil karakter ku sudah dibentuk oleh sosok ibu.
Masuk MTS dan MA pun begitu, ketika Mts harus ngutang terlebih dahulu untuk membeli pakaian biar aku bisa sekolah seperti orang-orang , keadaan yang membuat ku harus menerima semua yang terjadi, ada satu pelajaran besar yang aku dapatkan dari ibu yaitu”qana’ah” apapun yang aku lakukan, yang aku dapatkan harus qana’ah, seumur hidup aku belum merasakan seperti orang-orang di luar sana yang mendapat kan THR setiap lebaran,diserahkan uang secara langsung berapapun yang mereka minta, ketika hati ini ingin seperti orang-orang namun keadaan yang membuat ku harus menerima semuanya,ya setiap bulan puasa hal yang dilakukan oleh ibu ialah menyuruh ku untuk menabung, lantas aku bertanya dapat uang dari mana?? Ya tentu uang itu berasal dari ibu, namun ada syarat yang harus ku lakukan ialah menjemput nya setiap hari di bulan Ramadhan tempat beliau berjualan, tepatnya di Anjani, ibu menasehati ku dengan berkata” nanti kalau aku kasih kamu uang 15 kamu tabung ya, sisa kamu beli bensin, biar ada uang kamu pakai beli baju nanti lebaran, ungkapnya” dan itu terjadi setiap hari waktu bulan puasa , sesekali aku bertanya kepada beliau” buk kenapa aku nggak di kasih uang seperti orang-orang , yang bebas belanja sepuasnya beli baju yang mereka mau, dengan tegas ibu menjawab” aku mampu seperti orang-orang kasih kamu uang langsung, namun aku ingin mengjarmu nabung, hemat, qana’ah agar kamu tidak menjadi orang yang rakus, ya waktu lebaran tinggal beberapa hari yang ku dapatkan dari hasil menabung hanya 200 ribu dan kadang lebih dan itu cukup untuk satu baju gamis tanpa harus beli mukenah, sandal , jilbab dan barang lainnya, pernah sekali aku minta padanya”buk aku ingin punya mukenah mahal seperti teman-teman, yang harga 600, yang harga 700, ibu menjawab” buat apa kamu beli mukenah mahal-mahal kan niat sholat mu sama kayak orang-orang, di masjid juga nggak akan dilarang masuk orang-orang yang jelek mukenah nya, nggak mungkin marbot bilang”eh kamu dilarang masuk , mukena mu jelek. Ya saat itu aku terdiam , dan merenungkan bahwa apa yang di katakan oleh ibu memang benar.dan inilah yang membuat ku menjadi wanita yang kuat , yang mandiri , tanpa harus mengikuti jejak orang di luar sana .
Ketika aku meminta sesuatu kepada beliau ibu selalu berusaha memenuhinya walaupun harus berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan nya, ketika ada masalah ibu selalu setia mendengarkan curhatan ku yang nggak jelas, ketika aku kuliah ibu tetap berusaha jualan agar aku bisa seperti orang-orang menyelesaikan pendidikan, tak peduli panas hujan asalkan ada uang untuk biaya kuliah, ibu hanya berpesan “nak kuliah yang rajin , turuti apa yang ibu katakan, kamu diam di pondok ini, tinggal kamu harapan ibu, melihat kamu bisa pidato didepan orang banyak itu sudah membuat ku semangat cari biaya untuk kamu kuliah, ibu pingin lihat kamu serjana”
Rasa terima kasih tak cukup untuk membalas semuanya, sosok ibu yang mengajarkan ku arti kehidupan , sosok ibu yang mengajarkan ku sakitnya berjuang, sosok ibu yang mengajarkan ku harus menjadi wanita mandiri, sosok ibu yang mengajarkan ku harus menjadi wanita yang kuat, dan sosok ibu yang mengajarkan untuk tetap bangkit walaupun keadaan menyuruhmu untuk berhenti, ibu wanita yang memberi cinta tanpa syarat , ibu yang memberi jasa tanpa balasan, ibu yang rela sakit asalkan anaknya tetap sehat, ibu yang tetap berjuang agar anaknya bisa seperti orang-orang, ibu yang membentang kan sajadah setiap waktu mendo’akan anak nya agar menjadi orang sukses.
Terimakasih ibu tanpa mu , aku tak bisa menjadi apa-apa, kau matahari dalam rumah yang selalu memberikan kecerahan yang membuat ku terus semangat untuk menjalani hidup ini, terimakasih atas jasamu selama ini yang sampai sekarang tak bisa ku balas dengan apapun, hanya Do’a yang bisa ku panjatkan semoga engkau tetap sehat, tetap dalam lindungan Allah, dan semoga perjuangan mu selama ini terbalas kan dengan syurga firdaus di akhirat kelak tanpa hisab . Amin ya rabbal alamin .
By:Baiq muhaini Hidayatullah