Semangat Anak Pesisir Kuta Mengais Rupiah
Aldi dan Rizki adalah dua dari sekian anak di pesisir pantai Kuta Mandalika Lombok yang menjadi penjual handmate (kerajinan tangan) berupa gelang. Kendati usianya masih kecil, namun tekad mereka untuk membantu orang tua mencari “uang” tidak bisa diragukan. Aldi dan Rizki kini masih duduk di bangku SMP, tiap pulang sekolah hingga petang hari keduanya akan pergi ke Pantai Kuta Mandalika membawa sebuah papan kayu di atasnya berjejeran kerajinan tangan yang berupa gelang tangan terbuat dari benang, kerang, dan bambu.
Pantai Kuta Mandalika saat ini menjadi sebuah destinasi unggulan, kawasan itu disebut sebagai Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK Mandalika Lombok, sebab di sekitar pantai itu akan dibangun sirkuit internasional Moto GP Mandalika dan pada tahun depan akan menggelar salah satu seri balap motor terakbar di dunia yaitu Moto GP. Tidak heran jika tempat itu banyak dikunjungi oleh turis, baik turis lokal maupun turis internasional, selain lokasinya dekat dengan bandara panorama yang ditawarkan oleh pantai itu juga sangat mempesona.
Jika anak seusia Aldi dan Rizki akan menggunakan waktunya untuk bermain game atau mengerjakan tugas sekolah, namun tidak dengan keduanya yang sibuk menjajakan gelang-gelang yang diualnya dengan mulai dari harga tiga ribuan. Keduanya mengaku gelang-gelang itu adalah kerajinan buatan ibu mereka, jadi selain mencari uang untuk mereka jajan ada nilai bakti kepada orang tua juga. Namun, masa pandemi betul-betul berdampak pada penghasilan kedua bocah itu, turis-turis yang datang tidak seramai pra-pandemi.
Saat menawarkan dagangannya kepada kami, Aldi mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seorang ustadz; “mele ku mondok aku jak, mele ku jari ustadz marak side ne” yang artinya “aku ingin mondok, aku ingin menjadi ustadz kayak kakak ini”. Sambil menyantap tahu isi yang kami berikan, kami menimpali supaya mondok di Lombok Timur, di Pondok Pesantren Darul Kamal lebih tepatnya: “yuk mondok di Lombok Timur, murah di sana” keduanya malah terkekeh mendengar kami menawarkan ikut mondok ke Lombok Timur. Perbincangan kami dengan kedua anak inspiratif dari pesisir Kuta tersebut pun berakhir, kemudian keduanya melanjutkan perjuangannya mengais rupiah Pantai Kuta. Sungguh kisah yang patut dicontoh untuk lebih semangat menjalani hidup.