TITIP RINDU UNTUK IBU
TITIP RINDU UNTUK IBU
Malam rabu-24-november 2020
“Sudahlah nak sabar, ibu sengaja menasehatimu ikut kakakmu tidak lain hati, ibu tetap kok menyayangimu apa adanaya, ibu tetap mencintaimu dengan tulusnya cinta seorang ibu, jangan menangis, nia kuat kok, ibu yakin” Waktu itu di suatu hari aku bersama dengan ibu, dalam rumah yang masih lama yaitu rumah pagar penelinggalan almarumah nenekku, rumah yang meninggalkan banyak cerita akan kasih sayang seorang ibu, akan pengorbanan seorang ibu dalam menghidupi aku dan kakak serta adikku, di dalam rumah yang merasakan nikmatnya kasih sayang seorang ibu, akan nikmatnya cinta akan motivasi dan nasehat-nasehat dari ibu, yang selama ini yang telah mengandungku dan mengasuhku hingga aku dewasa. Kasih sayang yang takkan dapat pernah aku lupakan dalam hidup ini meskipun beliau sudah di hadapan tuhan.
“Nggih bu”[1] kataku sambil menahahan air mataku supaya tidak tumpah di depan ibu, agar rasa cemas dan khawatir tidak munncul hingga airmatapun tidak jadi tumpah hingga berlalulah ibu dihadapanku untuk melakukan pekerjaan sehari-harinya seperti membersihkan rumah dan memasak nasi serta lauk bagi kami. “ambil piringnya nia” “ sebagai tempat nasinya” “iya bu” sambil waktu itu sore hari kami duduk-duduk bersama dengan keluarga, disanalah muncul seakan tak lama lag aku dan ibu akan berpisah untuk selamanya, seolah olah ibu akan pergi jauh dan tak kan pulang kembali meningggalkan aku dan saudaraku yang lainnya, iya disaat inilah terasa sekali, seakan sinyal dari tuhan, bahwa aku bersama dengan ibu tinggal sebentar lagi, hingga tak terasa air mataku rasanya ingin menetes, namun ku berusaha untuk menahannya.
Hingga acara makanpun akhirnya berjalan lancar, di waktu itu, ibuku sedang merasakan tak enak badan, dan memutuskan untuk membaringan badannya yang terasa sakit, hingga beliapun pergi kedalam, dan akupun membereskan berugak tempat kami makan bersama supaya terlihat bersih.
“ayok cepat bawa ibumu ke rumah sakit! Beliau sedang merasakan sakit yang sangat pada badannya, tadi aku lihat ibumu kesakitan” ayok cepat cepat mana mobilnya! Panggil cepat panggil! Aku lihat banyak tetangga-tetangga yang ikut membantu, untuk membawa ibuku ke rumah sakit, hingga akupun malam itu menyusul bersama tetangga yang lainnya yang akan menjenguk ibu, hingga lama diperjalanan akhirnya kami sampailah pada rumah sakit yang tempat dirawat buku. Dokter memutuskan untuk merawat inap, artinya untuk beberapa malam kemudian kami tetap berada di rumah sakit, untuk menunggu ibu yang sakit disana, hingga sesampainya disana langsung di sambut oleh petugas disana untuk membawa ibuku di suatu kamar ya dipaling ujung, yaitu yang bertuliskan “isolasi” artinya ruangan tersebut tertutup karena untuk menjaga pasien-pasien lainnya dari penularan penyakit tersebut.
“ya Allah sehatkanlah ibuku, seperti sedikala, dapat bercanda lagi bersama keluarga, dapat kesawah lagi, sepi rasanya disawah tanpa ibu, meski bapakku waktu itu ada, dan adikku juga ikut bekerja disawah, namun hamba mohon ya Allah ijinkanlah ibundaku sembuh dari penyakit yang di deritanya, angkatlah ya Allah penyakit beliau, hamba mohon ya Allah”
Inilah doaku waktu itu, selesai sholat wajib di rumah sakit soejono selong. Tak lama dokterpun memeriksa keadaan ibuku, lalu menanyakan apakah beliau sudah makan atau belum, akhirnya aku jawab sudah karena kebetulan baru tadi ibu sedang makan nasi yang dibawakan petugas untuk pasien khususnya untuk ibu. Hingga berlalulah dokter tersebut setelah menyarankan dan memberikan arahan-arahan untuk ibu. Hari itupun aku berdua sama ibu, dan bersama pasien-pasien yang sakit lainnya, namun untuk tempat tidur pasien yang sakit sudah dipersiapkan satu persatu, hingga malampun tiba, akupun tertidur di bawah dekat ranjangnya ibu, meskipun tak nyaman namun tetap untukku berusaha betadaptasi terhadap lingkungan waktu itu, meskipun tertidur namun aku berusaha untuk tetap menjaga ibu, yakni melihat apa yang ibu butuhkan misalnya saat datang petugas bawakan makanan akupun terbangun dan berusaha untuk menyuapi ibu, ya Allah sungguh nikmat sekali, waktu itu, memberikan suapan dari tangan ini yang tak mampu membalas jasa dari ibuku, yangselama ini telah banyak berkorban.
Hingga timbullah disana rasa bersyukur yang sangat atas lkesempatan yang Allah berikan padaku untuk semoga menjadai jalan untuk berbakti pada sososk seorang ibu yang telah lelah dalam hidupnya hingga aku menjadi besar seperti saat ini. “dokter…. dokter… darahnya ibuku naik…. tolong dokter…” ucapku waktu itu, saat melihat darah di selang itu, hingga datanglah seorang susuter lalu bilang padaku” sudah ndak papa kok dek, tenang semuanya baik-baik saja, akupun melihat impus akhirnya berjalan dengan lancar, namun aku lihat wajah ibuku ya Allah ampunilah diri hamba yang selama ini belum mampu membalas kebaikan dari ibuku, jasa-jasa ibuku selama ni, yang telah mengasuhku, hamba mohon ya Allah ijinkanlah hamba untuk dapat berbakti padanya, gumamku dalam hatiku sambil mengipaskan antep[2] ke ibuku, lalu kuberikan ibu nasi yang dibawa etugas tadi untuk pasien lainnya pula. Ahamdulillah ibu bersedia untuk memakannnya, hingga ibupun memintaku untuk menyisrkannya.
“Ini pakai sisir untuk supaya kutu dirambut kau dapat nia” “nggih nek” ucapku, karena didalam kamar tersebut ada beberapa orang bersamaku, ada sekitar 4 atau 6 dan kebetulan karena ranjang tempat tidur ibuku dengan suami nenek itu berdekatan, akhirnya diberikanlah aku untuk meminjamnya, alhamdulillah waktu itu terasa alus sekali rambutnya ibuku, tak ada kutu bahkan waktu itu, tapi kenapa ibuku masih emrasakan gatal disekir rambutnya, alhamdulillah ku lihat ibuku merasakan ketenangan yang sangat waktu itu, hingga akupun ikut merasakannya. “ ndak boleh disisiri dan dicarikan kutunya orang yang yang lagi sedang sakit” kata seorang nenek yang lain di dekat tempat dudukku, namun aku tetap melanjutkankannya menyisir rambut ibuku yang sangat hitam dan enak untuk disisri, dengan niat ibu merasakan bahagia, dan senang alhamdulillah akhirnya tercapai.
Kami menginap di rumah sakit hampi lebih seminggu sehingga terpaksa, kegiatan persekolahan aku libur meskipun para siswa waktu itu sedang melaksanakan ujian semester dan waktu itu aku ikut menjadi panitianya, namun karena ibuku yang sakit hingga akhirnya minta izinlah aku pada guru yang lainnya hingga alhamdulillah mereka mengizinkanku.
Di waktu malam, setelah membeli nasi di luar ruangan pasien, lalu tibalah ayah ke dalam kamar tempt dirawat ibuku. “jangan makan disini”! tidak boleh! Kalau mau makan diluar ruangan! kata petugas malam itu, hingga rasa malu sekali diriku hingga akupun pun memtuskan untuk makan di luar bersama denga kakaku, hingga gilirah ayah yang menjga ibu. Hingga setelah pukul 10 kamipun semua tidur, namun meski malam sudah larut ternyata rumah sura orang banyak masih terdengar mungnkn suara orang di ruangan yang berbeda, sehingga rumah sakit tak terasa sepi rasanya, “nia….nia… kata orang yang di dalam bersama ibuku, iya kaytaku, karna kebetulan malam itu aku memutuskan untuk tidur di luar karna di dalam sudah banyak orang, hingga masukla aku ke kamar “ ibumu sedang memanggilmu, mungkin butuh sesuatu” kata orang tadi. “iya kak terima kasih” jawabku padanya karna usinya lebih dewasa dariku. Dan aku masih terlalu kecil usia dibanding kakak tersebut.
Hingga akupun mengibaskan kembali kipas kipas kecil yang terbuat dari anyaman babu, yang menghasilkan angin jiak dikibaskan dan rasa gerah ibu ku karena kepanasan akhirnya semoga jadi sejuk tubuhnya beliau, dan waktu yang lain ibuku masih berbaring di ranjang rumah sakit, hingga akupun berkeinginan untuk mencuci kaki beliau, karaena seperti kajian yang sering aku dengar di ceramhanya ustadz adalah bahwa “syurga dibawah telapak kaki ibu” sambil aku sholawatin, dengan niat Allah berikan kesembuhan bagi kaki ibu dan rasa sakit yang ada dapat menghilang, dan alhamdulillah Allah ternyata mengabulkan aku punya doa, kaki iuku yang mulanya agak membesar lama lama menjadi megnecil, sambil aku usap dan bersihkan dengan air kaki ibuku aku backan sholawat dalam hati “Allahummasholli’ala sayyidina muhammad wa’ala ali sayidina muhammad” alhamdulillah ternyata Allah kuasa dalam segala hal, tak lama kemudian ibuku bilang kayaknya bilang merasakan nikmat dan tenang sekali.
Sampai rumah
Terlihat sejuk dan gembira hatiku disaat melihat rumahku kembali, kumpul bersama keluarga besar lagi, bercanda bersama, riang dan senang, demi melihat ibu, yang sudah pulang dari rumah sakit. Kakaku-kakakku yang sudah kawin berdatangan satu persatu, sambil membawakan oleh-oleh, tetangnga-tetangga sore harinya pada berdatangan satu persatu untuk menjenguk ibuku, karena mereka mengetahui akan kepulangan ibuku dari rumah sakit, ada yang bawa buah-buahan untuk ibu, makanan hingga samapi minuman dengan niat untuk menjenguk dan sekedar untuk dapat melihat wajah ibundaku yang sudah di rumah. Hingga malam pun tiba dan para tamu pengunjung pamit untuk pulang ke rumahnya masing-masing, “semoga lekas sembuh…semoga lekas sembuh ya…” kata para tamu yang akan pulang. Hingga saat malam berlalau, tiba-tiba ibuku mengalami sakit yang sangat luar biasa hingga beliau menangis dan merengek, sungguh tak dapat tertahankan, ya Allah sembuhkanlah ibu…. hamba mohon…sembuhkanlah ya Allah. Gumamku waktu itu.
Hingga kakakakku pun menyarankanku untuk belikan minuman bagi ibu, hingga berlarilah ke warung waktu malam itu, tanpa bawa uang, dan aku katakan besok bayarannya, sambil tak dapat menahan isak tangis yang akan menetes, tetap ku berusaha menahannya sedapat mungkin agar tak diketahui orang, benar-benar pada malam itu, ku kira ibuku akan langsung meninggalkanku sendirian untuk selamanya, namun alhamdulillah tak lama kemudian sakit yang dirasakan ibu, sudah berkurang, dan waktu itu, masih ku mengingat akan pesan-pesan berharga yang diucapkan ibu malam itu baik untuk kakakku ataupu bagi diriku. “ yah… kau jaga adikmu ya baik-baik… kau jaga ya… kata ibu sambil menahan rasa sakit yang sangat. Nia…nia… iya bu…kataku sambil menangis, kau harus tetap menuruti apa kata kakakmu ya nia… jangan kau bilang tidak,,,,, enggih bu… sambil air mataku mengalir deras, begirtupun dengan kakau yang berdua. Ayahku waktu itu sedang tidak ada di rumah.
Hingga malam itu kakak kakaku memutuskan untuk menginap di rumah demi menjaga ibu yang masih sakit. Keesokan harinya kembali diriku melakukan rutinitasku sehari-harinya yaitu sekolah dan bekerja sebagai TU di suatu sekolah, saat di sekolah pikiranku masih pada ibu, namun karena sekolah adalah ada tanggung jawabku, maka tak menutup kemungkinan untuk ku datang sekolah setiap harinya. Aku khawatir ya Allah semoga ibuku baik-baik saja di rumah…. gumamku. Dan alhamdulillah pulang dari sekolah ibu masih ada, namun karena kelelahan akupun meutuskan untuk tertidur berbaring sejenak di samping ibu sambil menjaga ibu. Waktu itu siang hari bolong selesai zuhur, tak tau kenapa keluargaku tertidur bersama-sama disampingnya ibu… hingga karena waktu itu aku sedang haid, maka aku putuskan untuk berada sedikit kejauhan dengan ibu karena takut beliau terganggu dengan sikapku, namun di luar dugaan, ibu dengan sekuat tenaga, menghampiriku untuk tidur bersamaku di sampingku, saat bangun ku lihat ibuku berada dekat disampingku, akhirnya air mata terasa mengalir sedikit namun tetap berusaha sebisa mungkin untuk menahannya.
Tak ku sangka ternyata hari ini adalah hari dimana aku dan ibu benar-benar akan bepisah untuk selamanya di dunia ini, kecuali keak bersama kalau Allah menghendaki, aku menangis… menangis… dan menangis saat ku lantunkan kalamnya Allah yakni Al-Qur an saat ibuku sedang emngalami sakaratul maut… menangis… Cuma itu yang dapat akku lakukan mengawali rasa bersedih yang sangat melihat bundaku yang ku sayangi mengalamikesakitan yang sangat, lalu akupun pun memeberikan air minum setelah ku tiup sedari tadi selesai baca surah yasin… aku menyuapi ibuku langsung menggunakan tanganku kananku sendiri… ya Allah ini merupakan hari yang paling bersedih yang ku alami dalam mmenjalankan kehidupan ini. Sambil membantu dan menyarankan ibu untuk mengucapakan kalimat tauhid yaitu laailahaillallah muhammadar rasululullah,[3] dengan niat ibu dapat mengucapkan kalimat terakhirnya dengan kalimat ini.
[1] Iya bu
[2] Sejenis alat yang dipakai agar angin dapat keluar dengan cara menggerakkannnya kesana kemari.
[3] Tidak ada tuhan selain Allah dan nabi muhammad adalah keputusan Alah