Al-Qur’an Sebagai Lautan Ilmu
6 mins read

Al-Qur’an Sebagai Lautan Ilmu

Al-Qur'an sebagai lautan ilmuAl-Qur’an Sebagai Lautan Ilmu

 

Sri Wahyuni,  sabtu, 12 Desember 2020

.

.

.

Sebagaimana kita ketahui Al- qur’an merupakan kitab suci umat islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, Al-qur’an harus senantiasa dibaca, dipelajari, difahami maknanya dan dijadikan dasar dalam kehidupan sehari-hari, sebab al-qur’an merupakan Kitab Suci terakhir dan paripurna dari sekian kitab Suci yang pernah diturunkan di muka bumi ini.

Al-qur’an juga merupakan dasar hukum Islam dan sumber syariat islam yang memiliki manfaat bagi umat manusia, selain itu beberapa macam pungsi al-qur’an mulai dari fungsi Al-qur’an dalam agama islam, fungsi Al-quran bagi kehidupan manusia, dan fungsi Al-quran sebagai sumber ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi umat manusia dimana inspirasinya tidak pernah kering, mengalirkan nilai-nilai ajaran islam yang lahir untuk menebarkan keteduhan, memberi ketentraman dan menciptakan kedamaian.

Al-qur’an memang bukan sebuah kitab ilmu pengetahuan melainkan sebuah kitab petunjuk bagi ummat manusia, akan tetapi didalamnya banyak kita temukan ayat yang memberikan isyarat tentang kebenaran ilmu pengetahuan. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada rasulnya Muhammad saw. 15 abad tahun yang lalu,  Al-Qur’an telah memberikan isyarat dan dorongan kepada umat manusia agar menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Diantaranya wahyu Al-Qur’an atau ayat pertama kali turun kepada Nabi Muhammad saw. Diawali dengan kalimat “Bacalah” Demikian ayat pertama kali turun diawali dengan kalimat perintah Bacalah (berulang 2 kali) dimana membaca dalam pengertian yang luas merupakan kunci untuk membuka wawasan dan ilmu pengetahuan. Dan dalam lima ayat pertama surat tersebut terdapat kalimat  “yang mengajar (manusia) dengan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.  Dengan ayat ini dapat difahami betapa pentingnya proses belajar dan mengajar ada interaksi pengetahuan antara seorang pengajar dan peserta didik. Dengan peroses mengajar itu maka ilmu pengetahuan menjadi berkembang. Dengan demikian Al-Qur’an secara tersurat dan tersirat memerintahkan manusia agar senantiasa menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Banyak ayat-ayat Al-Qur’an memberikan petunjuk dan dorongan agar manusia menggunakan akal pikiran, hati, indra mata, telinga untuk memperoleh pemahaman dan pengetahuan sebagai bekal hidup mereka untuk mencapai kesejahteraan baik dunia dan akherat kelak.

Sebagai ajaran yang paripurna, Al-Qur’an mengajarkan tentang sisi kehidupan dan problematika manusia sejak zaman Nabi Adam as  Hingga saat ini. Segala permasalahan yang ada membutuhkan solusi sebagai jawaban atas pertanyaan di antara manusia, dan al-quran merupakan solusi dari segala jenis kebingungan yang dihadapi manusia karna al-qur’an tiada keraguan didalamnya.

Al-quran merupakan lautan ilmu, banyak sekali ilmu-ilmu yang kita dapatkan apabila kita mempelajari dan memahaminya. Sejatinya, Islam adalah agama yang menghargai ilmu. Sebab tanpa ilmu, ajaran Islam tak akan bisa dipahami, diamalkan, dan diajarkan dengan baik.

Islam sendiri memiliki para ulama yang memang adalah pewarits ajaran para Nabi dan Rasul. Namun tidak semua orang yang berilmu itu mampu dan berani mengupas dan mentafsiri teks-teks ayat Al-Qur’an. Karena dalam pemahaman Al-Qur’an dibutuhkan disiplin khusus ilmu untuk mentafsirkan agar makna yang diharapkan sesuai dengan ayat tersebut, oleh sebab itu, Nabi SAW pun menyuruh setiap Muslim menuntut ilmu (HR Bukhari). Beliau juga memotivasi kita agar mengambil peran dalam aktivitas keilmuan. “Jadilah kalian orang berilmu (‘aaliman), atau orang yang belajar ilmu (muta’alliman), atau orang yang mendengar ilmu (mustami’an), atau orang yang mencintai ilmu (muhibban).

Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi SAW pun semakin menguatkan kita agar menjadi orang berilmu. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan….” (QS 96:1-5). Perintah membaca (iqra`) diulang dua kali sebagai pintu ilmu. Lalu, menulis dengan pena (al-Qalam) untuk melahirkan buku. Jika baca dan tulis dilakukan dengan asma Allah, niscaya akan dicurahkan keluasan ilmu, bahkan diajarkan sesuatu yang belum diketahui (ilmu ladunni).

Ayat ini mendasari pentingnya literasi dalam Islam. Prof Didin Hafidhuddin mengatakan, literasi adalah kemampuan mengolah dan memahami informasi ketika proses membaca dan menulis dilakukan sehingga melahirkan ilmu pengetahuan. Mengapa literasi penting ditumbuhkan pada anak-anak kita?

Pertama, menjalankan perintah agama. Allah SWT dan Rasul-Nya menyuruh kita membaca dan menulis. Perintah itu sejalan pula dengan tuntutan sejarah untuk menulis Alquran. Nabi SAW telah menyuruh beberapa sahabat mulia menulisnya di pelapah kurma dan kulit hewan. Kemudian hari dilakukan kodifikasi hadis hingga lahir para perawi besar, seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Kedua, untuk membangun peradaban. Tanpa budaya baca dan tulis, tidak akan terbit buku-buku berkualitas tinggi sebagai sumber pengetahuan. Tanpa referensi, umat Islam pun tidak akan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membangun peradaban. Kesadaran itu pula yang melahirkan para penulis disepanjang sejarah Islam dalam bidang tafsir, hadis, sejarah, kedokteran, dan lainnya.

Ketiga, belajar tiada henti. Tanda orang berilmu itu tidak pernah berhenti belajar. Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al- Azhar menukil syair Imam Syafi’i “Kullama azdadtu ‘ilman, izdadtu ‘ilman bijahlii”. (Tiap-tiap Tuhan menambah ilmuku, bertambah yakinlah aku, bahwa aku ini masih bodoh). Karena itulah, para Mufassir selalu menutup tulisannya dengan ungkapan “Allahu a’lam bish-shawab” (Allah yang lebih tahu maksud yang sebenarnya).

Keempat, ilmu Allah sangat luas. Hamparan alam yang terbentang di daratan dan lautan bahkan ruang angkasa, tak pernah kering untuk dibaca, diteliti, dan ditulis. Kemampuan manusialah yang terbatas untuk memahami kedalaman ayat-ayat Allah yang tersurat dan tersirat di alam semesta. Andaikan lautan menjadi tinta dan pepohonan menjadi pena, tetap tidak akan cukup untuk menulisnya (QS 18:109, 31:27).

Ahir-ahir ini, Sering kali kita mendengar sebuah kata “Membumikan Al-quran” yahh!!! Wacana tentang pentingnya membumikan al-quran sudah sering dilontarkan oleh para ulama, intelektual dan aktivis muslim. Namun, hingga kini wacana itu masih tetap berupa wacana, tidak terwujut menjadi realita. Banyak orang yang menjadikannya hanya sebagai kitab bacaan saja, tidak dijadikan pedoman, apalagi dijadikan sumber hukum. Padahal al- qur’an berisi tentang sistim kehidupan yang harus diterapkan. Di dalamnya terdapat hukum yang mengatur seluruh segi dan dimensi kehidupan. Tidak hanya itu saja,  Al-qur’an merupakan kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan.  Al-qur’an adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah diatur di dalamnya, baik yang berhubungan dengan Allah (hablum minallah) maupun sesama manusia (hablum minannas), lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan sebagainya. Sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di dalam Al-qur’an.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *