Sarjana zaman now
- IP tinggi Rp nol = pandai tapi menganggur
IP tinggi Rp rendah = pandai tapi miskin
IP tinggi RP tingi = pandai dan kaya
IP rendah Rp nol = bodoh dan menganggur
IP rendah Rp rendah = bodoh dan miskin
IP rendah Rp tinggi = bodoh tapi kaya
Buku ini dituluis khusus untuk :
Para sarjana yang menganggur atau bekerja dengan tingkat kesejahteraan dan kepuasan kerja rendah agar meningkat kualitas hidupnya.
Para mahasiswa agar menjadi pelajar yang proaktif dan kreatif.
Para pendidik, dosen dan guru, agar lebih memahami kondisi batin mahasiswa yang tidak senang menjalani kuliah/sekolah.
Para orang tua agar bisa memahami momen kritis anak-anak yang sedang mencari jati diri di bangku sekolah/kuliah agar tidak salah dalam mengambil arah.
Pemangku kebijakan pendidikan di negeri ini agar mampu menghadirkan pendidikan di sekolah dan kampus yang lebih berorientasi pada pengembangan potensi diri peserta didik(inner smart) daripada sekedar penjelasan pengetahuan (outer smart).
Zaman semakin maju ada dua refleksi menghadapinya: hidup dirasakan semakin mudah dan nyaman, serta hidup semakin sulit dan rumit. Hidup semakin mudah hanya dirasakan oleh mereka yang mampu menghadapi tantangan zaman dengan meningkatkan kompetens. Adapun hidup semakin sulit dan rumit dirasakan oleh mereka yang terbiasa hidup dalam comfort zone. Masyarakat yang terbiasa hidup di zona nyaman menganggap hidup ini indah dan mempesona dan nyaman jika kehidupan ini tidak berubah. Detik demi detik sejengkal demi sejengkal semua akan berubah. Oleh karena itu siapapun yang tidak menghadapi perubahan, maka ia secara perlahan tersisih dari kehidupan. Inilah seleksi alam.
Masalah Utama Sarjana Zaman Now
Apasih masalah utama sarjana zaman now? Pertama, tingkat pengangguran tinggi. Saya sebut dengan IP tinggi RP Nol. kedua, tingkat kesejahteraan rendah atau IP Tinggi Rp rendah. Apa maksudnya? IP adalah singkatan dari indeks prestasi yaitu ukuran kecerdasan mahasiswa di bangku kuliah, makin tinggi IP nya maka semakin pintar siswa tersebut. Sebaliknya semakin rendah IP nya makin bodohlah dia. Rp adalah singkatan dari rupiah yaitu mata uang di negara tercinta kita ini. Makin tinggi Rp nya maka makin kaya lah ia. Sebaiknya, jika makin rendah Rp nya maka makin miskin lah ia. Rp di gunakan sebagai lambang kekayaan, kesejahteraan, dan kemakmuran. Jadi masalah utama sarjana zaman now ada 2 yaitu: IP tinggi(pandai) tapi Rp nol ( menganggur) dan IP tinggi(pandai) tapi Rp rendah(miskin).
Apa penyebabnya ?
Ada banyak faktor yang menimbulkan masalahuntuk sarjana zaman now. Saya kelompokkan kedalam dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor yang berada diluar kendali kita, seperti kondisi politik suatu negara, pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja adalah contoh faktor eksternal. Sedangkan faktor yang berada dalam kendali atau bisa kita pengaruhi seperti pola pikir( mindset) prilaku( behavior) dan kebiasaan ( habbit) adalah contoh dari faktor internal.
Bagaimana Solusinya ?
Solusi dari permasalahan di atas adalah padamfokus yang tepat kepada penyebabnya, apakah berfokus pada faktor internal ataupun eksternal. Berfokus pada faktor eksternal tidak akan memberikan perubahan atau pengaruh besar dalam menciptakan sarjana yang kaya. Sebaliknya berfokus pada faktor internal akan membawa dampak yang besar bagi terciptanya sarjana yang kaya. Jadi mari kita berfokus untuk mengubah pola pikir, prilaku,dan kebiasaan mulai dari sekarang.
Bagian 1
JanganMenjadi Sarjana Imptoten!
Setelahmenjadi sarjana jangan tertipu oleh kepandaian yang semu, pandai tapi tak berdaya, lalu ujung-ujungnya menganggur dan miskin. Menjadi sarjana dengan pengetahuan yang luas namun tak bermanfaat sedikitpun. Jangan sia-siakan waktu, uang, kecerdasan anda selama 4-5 tahun di bangku kuliah hanya untuk menjadi sarjana yang menganggur dan menjadi beban orang tua.
Mengapa sarjana menganggur?
Karena 3 TM
Tidak malu menjadi beban orang tua
Tidak mau mandiri
Tidak mampu menghasilkan produk/jasa
Mengapa banyak sarjana yang tidak berdaya, mereka hanya menganggur, hidup di topang orang tua dan tidak mempunyai karya nyata/ kontribusi rill. Apakah ilmu yang mereka pelajari di kampus masih relevan untuk menjawab persoalan yang di hadapi sekarang? Apakah mereka memang benar belajar atau hanya mengisis kuota SKS saja? Mari kita priksa bersama.
Relevansi Ilmu Dengan Permasalahan Yang Dihadapi
Sekarang ini banyak dijumpai sarjana yang bekerja pada bidang pekerjaan berbeda dengan jurusan sewaktu di bangku kuliah. Misalnya sarjana tehnik bekerja di bank atau industri keuangan, demikian pula sarjana pendidikan banyak juga yang tidak menjadi guru. Selain itu masih panjang daftar para intelektual yang menyebrang ke bidang jurusan yang sama sekali berbeda dengan background pendidikannya. Akibatnya sudah pasti mereka harus belajar lagi, mulai belajar hal yang baru yang tentunya memakan watu.
Menghafal Pelajaran Vs Memetik Pelajaran?.
Banyak mata kuliah yang tidak terpakai dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sangat rugi jika seseorang hanya mati-matian menghafal pelajaran yang diberikan di sekolah atau kampus. Jangan pernah menghafal pelajaran tapi petiklah pelajaran dari setiap pelajaran.maksudnya, pertama pelajaran dalam bentuk pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu harus mampu memancing ide-ide dari otak anda, kedua pelajaran tersebut harus mampu menginspirasi, memotivasi anda untuk hidup dengan lebih positif dan produktif. Ketiga Pelajaran tersebut harus memberikan solusi dari permasalahan yang sedang anda hadapi.
Pengangguran Terdidik Atau Terdidik Menganggur?
Setiap tahunnya pengangguran terdidik bertambah di negeri ini. Sebenarnya para sarjana itu pengangguran yang terdidik atau mereka terdidik menjadi pengangguran? Apakah kampus secara tidak sadar berperan dalam menciptakan pengangguran intelektual?
Jika pengangguran yang terdidik gambarannya tentu sudah jelas, mereka yang sekolahnya tinggi, waktunya lama, bayarannya mahal, punya title/gelar dan ijazah sarjana namun tidak memiliki pekerjaan, tidak mampu mengasilkan sebuah kontribusi rill masih menjadi beban keluarga disebut sebagai pengngguran yang terdidik. Terdidik untuk menganggur artinya memiliki mentalitas pola fikir dan keyakinan yang membawa pada kondisi menganggur dan tidak berdaya. Dengan siapa anda menghabiskan sebagian besar waktu anda, apa yang anda baca? Apa yang sering anda lihat, dengar dan lakukan ? pengalaman apa yang sering anda alami adalah bahan baku yang akan membangun mentalitas anda.
Oleh karena itu mulailah perhatikan dengan siapa anda bergaul, bacaaan dan tontonan apa yang sering anda konsumsi, serta pengalaman yang pernah anda alami. Jika anda lebih sering bergaul dengan orang yang gagal dan pecundang, membaca atau menonton gosip murahan, serta mengalami kejadian yang buruk dan tidak pernah mengambil hikmahnya. Maka anda telah terdidik untuk menjadi orang yang menganggur dan tidak berdaya. Mentalitas orang yang kalah(pecundang) terlintas dalam benak anda, anda memiliki program untuk menjadi pengangguran yang terdidik.
Berikut ini 3 contoh mentalitas pecundang yang menjadikan sarjana menganggur:
Berfikir Untuk Mencari Pekerjaan Setelah Lulus Kuliah.
Ada jutaan sarjana yang berfikiran seperti ini, artinya anda mempunyai jutaan lawan yang harus anda kalahkan untuk mendapatan pekerjaan. Peluang untuk menjadi pecundang menganggur dan tidak berdaya semakin besar. Berani berfikir untuk melawan arus dengan menciptakan pekerjaan setelah lulus kuliah tentu sebagai efeknya anda mampu menampung para sarjana lainnya yang berebut pekerjaan dalam usaha anda. Tapi kan butuh modal serta penuh dengan resiko? Jika anda berfikir seperti itu maka itulah kenyataannya. Sebaliknya jika anda berfikir tidak harus dengan bentuk uang modalnya atau bisa juga dengan modal orang lain serta resiko bisa dikendalikan, itu pula yang akan menjadi kenyataannya, presepsimu akan menjadi realitasmu.
Kuliah Harus Fokus Tidak Boleh Nyambi( Study Oriented)
Ketakutan mendapatkan IP satu koma menjadikan anda fokus kuliah, study oriented itu berbahaya sebab apa yang anda dapatkan dari bangku kuliah hanyalah pengetahuan. Padahal knowledge is zero. Artinya pengetahuan tidak ada gunanya jika anda tidak kreatif menggunakannnya untuk memenuhi kebutuhan hidup anda atau menyelesaikan persoalan yang sedang anda hadapi. Pengetahuan yang anda dapatkan di bangku kuliah is nothing sampai anda mampu mengemasnya dalam bentuk jasa atau produk yang mempunyai nilai pasar dan digunakan banyak orang.
Memiliki Keyakinan Bahwa Menjual Itu Susah
Menjual itu susah hanya mereka saja yang berbakat bisa melakukannya, menjual itu harus pandai berbicara, merayu harus bermuka dua dan tidal malu menerima penolakan, menjua itu tidak bergensi karena harus mengejar dan meminta orang untuk membeli, itulah seperangkat keyakinan yang menjadikan sarjana lebih memilih menanggur dari pada menjadai seles. Jika mau mengubah keadaan maka ubahlah keyakinan. Mari ciptakan keyakinan yang baru yang powerful tentang menjual. Menjual itu mudah karena setiap orang sudah diberikan karunia bakat menjual, menjual itu tidak harus pandai bicara. Kepandaian bicara yang dibutuhkan dalam menjual ialah kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang tepat, selebihnya adalah kemampuan untuk mendengarkan kebutuhan atau masalah yang dihadapi calon pembeli(prospek) agar anda bisa menjual produk atau jasa yang tepat sehingga terjadilah transaksi.