Perjuangan dan Rasa Rindu
7 mins read

Perjuangan dan Rasa Rindu

Perjuangan dan Rasa Rindu

 

Kala mentari sedang bersinar dengan sangat terang, menyinari dunia, teriring lantunan ayat suci Al-Qur’an terdengar dengan merdu di pengeras suara masjid, seiring sholawat serta salam dan tarhim terdengar. Aku masih duduk di berugak pondok pesantren, inginnya dan niat untuk bimbingan kepada dosen pembimbing 1 skripsi. Namun lantunan suara azan berkumandang akhirya karena dosen masih di kelas dan mengajar akupun mengurungkan niatku untuk bimbingan, aku hanya mampu untuk pasrah dan pasrah dan mengambil air whudu untuk bergegas sholat asar.

Jam menunjukkan 16.55 aku masih di dalam kampus menyelesaikan tugas akhirku yang bernama skripsi, sebagai persyaratan untuk mendapatkan kelulusan setiap mahasiswa akhir, akupun hanya mampu sabar dan bersabar, hingga rasa pasrah kembali menghampiriku, akupun bergumam dalam hati “Ya Allah hamba mohon jadikanlah hamba anak yang penyabar, anak yang pandai bersyukur dan berzikir dan juga selalu mengamalkan bacaan ayat suci Al Qur an yang mulia dan berusaha untuk sellau mengamalkan bacaan sholawat setiap saat dalam hidup, setiap perjalanan dan langkah kehidupan hingga akhir hayat masih tetap dalam agama islam, dan hamba mohon ya Allah… hamba mohon berikanlah hamba kemudahan dan kemudahan dalam setiap langkah hidup, ridhoilah setiap segala perbuatan dan tetap selalu dalam pertolongan engkau ya Allah… hamba mohon. Ya Allah… hamba mohon jadikanlah pembuatan dan proses penyelesaian skripsi ini menjadi amal ibadah yang engkau sukai dan ridhoi, hingga suatu hari nanti bisa bermanfaat baik bagi diri hamba maupun bagi orang lain. Hamba mohon ya Allah….hamba mohon.”

Alhamdulillah sedikit demi sedikit kata-kata ACC atau kata kata yang berarti bahwa dosen pembimbing telah menerima skripsi yang kita buat hari demi hari semakin nampak, intinya kau harus tetap bersyukur dan bersabar niayah… ucapku sendiri dalam diamku, bergumam dalam hati. Hingga akupun teringat hari ini adalah hari yang paling terbaik dari hari-hari yang lain, yaitu hari ini adalah hari jumat pas selesai sholat asar.

Senjapun terlihat dari ufuk barat menandakan bahwa akan tibanya waktu malam, semakin berjalannya waktu, sang senja akhirnya meghilangkan dirinya, hingga digantikan dengan gelapnya sang malam hari, namun meskipun keadaan sudah gelap gulita, angin kencang berhembus mengenai pepohonan yang rindang, hingga suaranya terdengar oleh telinga saking kencangnya angin kala malam itu, aku masih duduk di atas kursiku mengerjakan kembali skripsi yang masih belum lengkap semuanya, sambil mendengarkan lagu kesukaanku yang berjudul seberkas cahaya terang.

Ditemani dengan secangkir kopi hangat dan ruti empuk, aku masih menggoyangkan jari jemariku di atas sebuah computer kecilku, hadiah dan pemberian hasil rantauan kakaku di negeri orang, rasa syukur kembali menghampiri diringi dengan senyum bahagia mengingat akan anugerah dan rezeki dari Allah yang maha kuasa, atas segala nikmat iman sehat dan nikmat kedamaian, nikmat kesehatan yang begitu saangat berharga dalam hidup ini, Alhamdulillah…Alhamdulillah… gumamku dalam diam.

Selesainya menyelesaikan skripsi dan badan rasanya sangat lelah, akhirnya aku memutuskan untuk mencari failku yang ada di computer untuk kembali lagi kan ku goreskan sebuah tulisan melalui ketikan jari-jemari di atas keyboard komputerku, mengukir tentang sebuah kisah dan pengalama hidup dalam kehidupan, berharap suatu hari nanti dapat berguna bagi diri dan orang lain. Begitu banyak kulihat halaman dei halaman hasil goresan tanganku yang selama ini pernah kutorehkan dalam sebuah kata-kata hingga menjadi kalimat-kalimat yang mempunyai makna, mulanya berawal dari sebuah hobi, hingga menjadi sebuah kebiasaan, hingga tak terasa halaman demi halaman banyak sekali hingga mencapai lebih dari 200 halaman, semuanya mulanya dari sebuah gurauan hati akan kebahagian, kegalauan, kepahitan, kesusahan, kegembiraan, kenkmatan, kegundah gulanaan, kerinduan, kekecewaan, hingga yang membuat hati terkagum pada seseorang  yang pernah aku alami, dan rasa yang ada dalam dada, berusaha untuk kutorehkan dalam sebuah kalimat yang memiliki makna.

Tiba-tiba lamunanku menjauh entah kemana, disaat aku membaca hasil tulisanku sendiri, senyum, sedih, terharu aku rasakan sendirian dikala malam itu, tepatnya di tengah malam, ketika kesunyian terasa, karena ayah dan bunda sudah tertidur duluan, namun aku masih terjaga duduk di atas kursi depan jendela kamarku, di luar terlihat sang rembulan yang bersinar terang menerangi bumi, hawa sejuk, damai terasa dimalam itu, tiba-tiba lamunanku menerawang jauh kesana,  ketika teringat dengan seorang pemuda yang pernah aku temukan di sebuah kampus tempatku menuntut ilmu.

Teringat ketika pertama mengenalnya, rasa penasaran menyergap, rasa kagum akhirnya merasukiku, hingga benih-benih cinta tumbuh dalam hatiku, hingga kerinduanpun terkadang berdatangan tanpa di undang tiba-tiba rindu ini ada dan muncul dalam hatiku kepadanya, entah apa yang terjadi, waktu itu aku ingat selesai sholat magrib, aku duduk di terasa rumah sambil menjaga dagangan jualan kakakku, sambil duduk aku menatap langit yang kelam dan cerah ditemani dengan bintang dan rembulan yang bersinar menyinari bumi, masya Allah… begitu maha kuasa Allah menciptakan langit yang luas tanpa tiang, bulan yang indah dan bintang yang saangat banyak, yang takkan mampu dihitung oleh manusia, Allahu akbar…Allahu akbar. Gumamku dalam diam.

Kerinduan bukan hal yang biasa yang terjadi dalam hidupku, entah mengapa sampai saat ini menulis adalah caraku mengungkapkan sebuah rindu yang terpendam, yang sejak lama tumbuh dalam benih-benih sebuah rasa yang tak mampu terucap lewat suara, hingga mengukir kata lewat sebuah tulisan dan ketikan jari di laptop dan komputer adalah sebagai solusi yang dapat aku terapkan, menulis dan menulis hingga tak terasa bulir-bulir airmataku menetes, ketika mengingat semua kenangan saat bersamanya, saat-saat melakukan diskusi bersama, mengenai rasa sebuah rindu, akupun hanya mampu untuk pasrah dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan yang Kuasa dalam dunia ini. Hingga terkadang kedamaian dan ketenangan akhirnya merasuki jiwaku

Jam menujukkan pukul 02.50 menit, tiba-tiba rindu yang sekian lama terpendam dalam diam, kembali lagi menghampiriku, entah apa sebabnya akupun tak tau, namun aku tak ingin menangis, iya aku pasti bisa kok mengatasinya, akhirnya aku teringat akan ceramah dari seorang ustadz faporitku, beliau pernah berkata bahwa setiap ada permasalahan dalam hidup segera ambil air whudu lalu sholat dan berdoa pada pencipta ala mini, ketenangan pasti kan kau rasakan. Percayalah. Ucapnya beliau.

Akhirnya disaat rindu itu menghampiriku, segera aku mengambil air whudu dan kemudian sholat juga berdoa, memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT yang maha pelindung dan yang maha penolong akan hambanya. Hingga sedikit demi sedikit ketenangan dan kedamaian terasakan dalam hatiku. Alhamdulillah.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, begitupun tahun berganti tahun, rasa rindu itupun belum bisa menghilang, padahal bertemupun jarang, hanya mampu mengadu dan mengadu pada Allah yang maha pencipta hatiku dan hatinya, agar diberikan ketenangan dan ketentraman dalam jiwa dan raga ini meski berjauhan dengannya, kini yang terasa hanya rasa pasrah dan pasrah, astagfirullah, semoga dia mendapatkan yang terbaik disana, biarlah rindu ini masih ada dalam dada, rindu pada sosok pemuda yang kutemukan dalam kampus kala itu, rindu yang lama tapi tak bisa menghilang, namun aku tak ingin membenci sebuah rindu, karena murni dari sang maha kuasa yang telah menanamkannya, hingga do’a adalah sebagai obat satu-satunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *