Boikot Produk Pro- Israil dan Konflik Palestina-Israil
“Boikot produk pro-Israil” kalimat yang akhir-akhir ini banyak disemarakkan oleh para pendukung Palestina. Ditambah dengan fatwa MUI yang mengharamkan produk pro-Israil pada 10 November lalu. Bukan tanpa alasan mereka mengatakan demikian, banyak di antara mereka yang beralasan “karena produk-produk tersebut berkontribusi untuk membantu Israil, jadi dengan memboikot produk-produk mereka secara tidak langsung membantu Palestina dan menolak adanya bantuan kepada Israil”. Alasan yang cukup logis, namun bagaimana dengan yang sudah terlanjur memakainya? bahkan sulit untuk meninggalkannya karena merasa sudah cocok dengan produk tersebut. Ada pula yang mengatakan “kalau produk pro-Israil diboikot semua, bagaimana nasib mereka yang bekerja di pabrik atau menjadi karyawan di perusahaan produk-produk itu?”.
Berbagai opini datang dari semua kalangan, opini yang mereka keluarkan berdasarkan apa yang mereka alami dan berdasarkan latar belakang sosial mereka. Ada yang tegas, ada yang biasa, dan ada pula yang mengatakan dirinya netral sehingga enggan mengambil pusing mengenai konflik antara Palestina dan Israil, bahkan mereka mengatkan ingin melihat perdamaian antara kedua belah pihak yang berkonflik. Kemudian muncul opini lain yang menegaskan “orang yang mengatakan dirinya netral sebenarnya mereka mendukung Israil, namun bersembunyi di balik kata netral dan perdamaian”.
Salah seorang yang mengatakan dirinya netral dan ingin melihat perdamaian antara dua negara yang tengah mengalami konflik yang tak menemukan celah perdamaian dan tak kunjung berujung. Dia adalah owner scarlet Felycia, namun kemudian beredar foto dan vidionya tengah berdoa di Tembok Ratapan yang merupakan tempat yang dianggap suci oleh orang Yahudi, dan Yahudi dikenal sebagai keyakinan yang banyak dianut oleh orang-orang Israil. Kemudian muncul berbagai komentar mengenai peristiwa ini, banyak di antara mereka mengambil keputusan berhenti menggunakan produk scarlet.
Dari pemaparan di atas mari kita coba menilai dari sisi objektif dengan pertimbangan efektifitas karena pemboikotan produk pro-Israil tersebut.
Pakar Ekonomi Syariah Prof. Syafi’i Antonio dalam sebuah kanal youtube mengatakan “boikot menyebabkan beberapa saham pendukung Israil turun”. Jadi sebagaian besar warga Negara Indonesia sependapat dengan opini ini. Mereka melancarkan seruan lewat sosial media supaya memboikot produk Israin atau yang terafiliasi dengan Israil.
Selain itu Prof. Dr. Quraish Shihab juga memandang bahwa “boikot itu perlu dan banyak yang harus diboikot, hanya saja kita perlu teliti, apakah produk itu pro-Israil atau tidak”
Produk yang di-cap sebagai produk pro-Israil tidak mesti harus diboikot langsung secara bersamaan, sebab ada yang mengadu pada Quraish Shihab bahwa nama produknya memang sama dengan produk Amerika yang terafiliasi dengan Israil. Namun produk yang ia jual berbeda dengan di Amerika (artinya tidak pro-Israil). Jadi kita harus selektif dan pandai memilih produk yang harus diboikot atau tidak.
Di sisi lain dengan bahasan “Pandangan Nasrani Mengenai Perang Palestin VS Israil”. Yakni Elia seorang Nasrani dalam kanal youtube dr. Richard Lee berpandangan bahwa “kita harus memperdamaikan keduanya”
Sebelumnya terjadi dialog antara dr. Richard Lee dengan Elia (tokoh Nasrani) perihal dukungan nya diberikan kepada siapa?
Kalau aku pribadi ditanya, aku akan membela palestina karena kan palestin banyak yang jadi korban. Tapi lebih tepatnya aku bukan membela suatu negaranya tapi membela sisi kemanusiaan dari korban-korban tersebut… ujar dr. Richard Lee
Tapi itupun salah dokter! Sanggah Elia
Elia beralasan jika mengatasnamakan kemanusiaan tidak perlu menyebutkan Palestina atau Israil karena keduanya memiliki korban jiwa.
Setelah membaca beragam opini di atas, saya merasa perlu menyampaikan opini saya pribadi mengenai peristiwa tersebut. Kendati sebagai seorang muslim yang menginginkan kebebasan bagi saudara muslim di seluruh dunia menjadi alasan saya untuk berpihak pada palestina. Namun tetap saja alasan demikian tidak cukup kuat untuk menyampaikan sebuah opini.
Saya memandang bahwa menginginkan perdamaian antara kedua Negara yang berkonflik dengan mengatasnamakan kemanusiaan yang berkeadilan, saya rasa tidak bisa dikatakan adil sepenuhnya, walaupun sama-sama menelan korban jiwa. Sebab keadilan berarti memiliki kesetaraan dari berbagai aspek. Namun, hal ini tidak tercermin pada konflik Palestina-Israil, di mana dari segi persenjataan Israil lebih kuat karena dibantu oleh Amerika.
Kemudian ketika Hamas menyerang dan menjatuhkan ribuan korban dari Israil, negara-negara adidaya seperti, Amerika, Prancis, Inggris, Kanada, Jerman dan lain-lain tanpa ragu memberikan bantuan dan dukungannya kepada Israil. Brand-brand dunia juga turut berkontribusi atas jatuhnya korban di Israil karena serangan Hamas.
Yang menjadi pertanyaannya adalah, kemana mereka ketika palestina membutuhkan bantuan? Mereka seperti tak pernah wujud di muka bumi ini. Sebenarnya tanpa bantuan mereka pun bantuan ke Palestina tetap ada, namun sulit sekali untuk sampai kepada warga Palestina. Kenapa demikian? Sedangkan bantuan kepada Israil sangat mudah didatangkan. Kenapa giliran ke palestina sangat sulit? Karena para tentara zionis Israil memblokade jalur masuknya bantuan kepada Palestina.
Jadi saya tidak setuju dengan pernyataan netral dan menghendaki perdamaian. Sebenarnya saya setuju jika terjadi perdamaian, namun hingga saat ini tidak ada tanda-tanda akan berdamai. Maka, untuk saat ini salurkan bantuan kita kepada yang lebih membutuhkan bantuan yakni Palestina, di mana selama puluhan tahun mereka hidup dalam tekanan yang tidak manusiawi. Lalu bagaimana jika ada orang yang ingin memberikan bantuan kepada keduanya (Palestina-Israil)? Sebelum itu terjadi saya akan menanyakan kembali pada orang itu, apakah kita mau hasil dari kontribusi kita dipakai untuk menyerang orang-orang yang jelas-jelas lemah dan tak bersalah? Maka sungguh akan merugi jika itu terjadi.
Jadi memberi bantuan kepada Palestina adalah suatu keharusan. Bantuan yang diberikan tidak hanya berupa materi, namun ia bisa saja berupa doa dan tindakan seperti boikot produk-produk pro-Israil. Kemudian muncul kembali pertanyaan, bagaimana nasib toko-toko yang menjual produk-produk itu? Saya rasa dengan memboikot produk-produk luar negeri terutama yang pro-Israil akan menaikan omset penjualan produk dalam negeri dan bisa berdampak pada makmurnya UMKM di Indonesia. Sehingga toko-toko yang semulanya banyak menjual produk pro-Israil kini beralih ke produk lokal buatan anak bangsa.