5 mins read

“DARI MATA TURUN KE HATI” TUNDUKKAN PANDANGAN SERTA TA’AT LAH PADA AL-QUR’AN !!!

Salah satu nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah Swt adalah mata. Mata adalah sahabat sekaligus penuntun bagi hati, dengan di anugerahkannya mata, manusia bisa melihat, menghayati serta mentadabburi ayat-ayat Al-Qur’an. Sehingga sering kita mendengar istilah populer “Dari mata turun ke hati”. Maknanya apa? Mata merupakan intisari atau dasar atas apa yang akan kita tautkan serta tanamkan dalam hati kita. Jika mata mampu kita jaga, maka setidaknya hati juga akan mampu untuk tetap dalam pengawasan dan ketaqwaaan kepada Sang Kuasa.

Di zaman Modern ini sungguh berat menjaga pandangan, terlebih dengan hadirnya media sosial serta godaan yang terkait dengannya juga segala sesuatu yang mampu menjadi fitnah bagi mata. Sehingga perintah Ghadul Bashar (menjaga pandangan) merupakan suatu tuntutan yang ditekankan untuk senantiasa dilaksanakan. Terlebih pada generasi muda yang sering menggunakan istilah “Cuci Mata” untuk dijadikan sebagai penghibur diri, melepaskan hasrat dan keinginan bahkan tidak jarang istilah cuci mata di gunakan untuk melihat lawan jenis yang kemudian dijadikan sarana mencari jodoh.

Tidak heran, karena hal tersebut bukan hanya di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya yang selalu menjadikan objek pandangan mata sebagai hal yang paling menarik. Misalnya dengan menampilkan aktor atau aktris dengan busana dan pakaian yang tidak seharusnya di tampakkan sehingga membuat para penikmat media sosial gagal dalam menjaga pandangannya disebabkan oleh tampilan-tampilan yang ada dan terkadang banyak pihak yang terdoktrin untuk melakukannya di dalam kehidupannya sehari-hari dengan alasan mengikuti trend yang relevan dan senantiasa mengikuti perkembangan zaman.

Sehingga Allah Swt menegaskan dalam Al- Qur’an pada Surah An- Nur ayat : 30

Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُل لِّلۡمُؤۡمِنِينَ يَغُضُّواْ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِمۡ وَيَحۡفَظُواْ فُرُوجَهُمۡ ۚ ذَٰلِكَ أَزۡكَىٰ لَهُمۡ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا يَصۡنَعُونَ

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nur 24: Ayat 30).

Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam juga bersabda : Jaminkan aku dengan enam perkara, dan aku akan menjamin kalian dengan surga: Jujurlah (jangan berdusta) jika kalian berbicara, tepatilah janji ketika kalian berjanji, tunaikanlah jika kalian dipercaya (jangan berkhianat), peliharalah kemaluan kalian, tahanlah pandangan kalian, dan tahanlah kedua tangan kalian” (HR.Ahmad no. 22757. Dinilai hasan lighairihi oleh syaikh Syu’aib Al-Arnauth). Dalam hadits lain Rasusulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mata itu berzina, Hati juga berzina. Zina mata adalah dengan melihat (yang diharamkan), zina hati adalah dengan membayangkan (pemicu syahwat yang terlarang). Sementara kemaluan membenarkan atau mendustakan semua itu. (HR. Ahmad).

Sedikit penulis menambahkan, dalam sebuah buku  terbitan PT. Gria Media Prima dengan judul “Lorong-Lorong Menuju Taqwa 2” yang di tulis oleh H S Saiful Rahim, buku tersebut diawali dengan menjelaskan tingkat-tingkat puasa. Dalam buku tersebut dikisahkan bahwa terdapat seorang murid yang bertanya pada gurunya yang bernama Abu Qubaisy, dengan mengatakan “Kemarin tuan telah memaparkan kepada kami tingkat pertama dari hakikat puasa, yaitu puasa mulut, atau berpuasa bicara. Kisah Maryam, wanita suci ibunda Nabi Isa telah tuan jadikan contoh tentang hakikat puasa tingkat pertama itu. Sekarang sudikah Tuan yang mulia memaparkan hakikat puasa tingkat berikutnya?” ujar sang murid.

Setelah memperhatikan sejenak wajah muridnya yang bertanya tersebut, kemudian Abu Qubaisy pun menjawab “Baiklah, kita coba membahas hakikat puasa tingkat kedua, yaitu puasa mata” kata sang guru dengan suara lembut, namun berwibawa. Kemudian murid tersebut bertanya kembali “kami telah tahu puasa mulut, yaitu di samping tidak makan dan minum juga tidak bicara. Setidaknya tidak bicara yang tidak perlu , lalu bagaimana dengan puasa mata itu?, ucap murid tersebut . Lalu sang guru menjawab “Puasa mata adalah menghindari pemandangan yang buruk, yakni yang kemungkinan menjauhkan kita dari mendapatkan ridha Allah Swt”. Pemandangan yang buruk disini dapat diartikan dengan memandang pada sesuatu yang seharusnya tidak dilihat oleh mata, sehingga menimbulkan perasaan resah dan gelisah dalam hati, seperti : memandang pada lawan jenis dengan pandangan berlebihan dan menimbulkan syahwat, menonton film yang mengandung unsur forno dan sebagainya. Sehingga Allah Swt berfirman. “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”  Tapi, tentu berpuasa mata bukan cuma berlaku untuk lelaki beriman, namun juga untuk wanita yang beriman.” Ujar Abu Qubaisy menutup keterangannya.

Sehingga menjadi sebuah keharusan bagi setiap laki-laki dan perempuan yang beriman agar senantiasa menjaga pandangan baik dalam kehidupan dunia nyata ataupun dalam dunia maya (media sosial) terlebih kita sebagai santri dan kalangan akademisi, yang tentu tau bagaimana harus memfungsikan mata dengan sebaik-baiknya agar tetap dalam koridor ketaqwaan dan kekhusu’an kepada Allah Swt. Serta mampu menjadi wasilah bagi kita khususnya kawula muda dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt dan agar senantiasa mengingat bahwa Allah akan memberikan balasan kebaikan bagi hamba-Nya yang meninggalkan suautu maksiat karena-Nya. (Dinda Salsabila Adzro Junaidi/III/IAT)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *