LIVING QUR’AN : HIDUPNYA AL-QUR’AN DI DESA KEMBANG-KERANG

LIVING QUR’AN : HIDUPNYA AL-QUR’AN DI DESA KEMBANG-KERANG
A. PENDAHULUAN
Al-Qur’an sebagai elemen utama dalam bangunan syariat Islam selalu menjadi daya tarik bagi siapapun yang mengkaji dan mendiskusikan ajaran Islam. Al-Qur’an sebagai objek kajian yang dalam definisinya al-Qur’an sebagai mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril. Mukjizat sendiri berarti sesuatu yang dapat melemahkan, maka rasa penasaran akan timbul dalam diri seseorang seperti apa kemukjizatan al-Qur’an yang dapat melemahkan sesuatu tersebut.
Oleh karena itu, selain pemeluk agama Islam, kalangan non muslim juga banyak yang mengkaji al-Qur’an dengan berbagai pendekatan, metode dan perspektif. Maka berawal dengan sebuah rasa ketertarikan, akhirnya melahirkan sebuah pandangan yang dikaji dalam diskursus keilmuan keislaman.
Al-Qur’an yang mengandung nilai-nilai ibadah (keagamaan) dan muamalah (kemasyarakatan), maka kedua nilai tersebut dapat dibedakan dengan disiplin ilmunya masing-masing yang dipandu sesuai dengan al-Qur’an dan hadits. Namun tidak menutup kemungkinan kedua nilai tersebut dapat terkukus dalam satu disiplin ilmu.
B. PEMBAHASAN
Seiring berjalannya perkembangan waktu yang menuntut manusia mengembangkan setiap apa yang sedang terjadi, maka dalam ranah akademik pun keilmuan semakin berkembang dan melahirkan ilmu yang kondusif bagi setiap orang yang mempelajarinya. Artinya, lahirnya sebuah ilmu didasari dengan pandangan bagaimana ilmu itu kedepannya, dapat memberikan dampak yang positif bagi orang yang meraih dan mempelajarinya.
Dari sisi ini, penulis berpandangan bahwa Allah SWT memberikan kesempatan emas kepada hamba-hamba-Nya untuk senantiasa mempelajari al-Qur’an. Dan dengan mencermati kesempatan tersebut, hal itu merupakan cara Allah SWT menjaga keotentikan al-Qur’an yang shahih likulli zaman wa makan.
Dalam sebuah desa, tentunya memiliki ciri khas yang dapat membedakan dengan beberapa desa lainnya seperti bahasa, budaya dan adat istiadat. Dalam tulisan ini, penulis akan memaparkan bagaimana Desa Kembang-Kerang Daya dengan keunikan yang dimilikinya.
Kembang-Kerang Daya yang dikenal dengan sebuah desa yang bersuku Sumbawa, tentunya memiliki sejarah terhadap perihal tersebut. Yang konon ceritanya, tanah yang ditempati oleh masyarakat Kembang-Kerang Daya ini merupakan hasil pemberian dari Raja Selaparang kepada tujuh perwira asal Sumbawa yang telah membantu Raja Selaparang dalam proses pemulangan putri Raja Selaparang yang telah diculik oleh Kerajaan Bali, tapi tidak mampu dipulangkan. Singkat cerita, tanah yang ditempati oleh masyarakat Kembang-Kerang Daya ini adalah hadiah pemberian dan setelah lama berkehidupan disini perwira-perwira tersebut menjalin pernikahan dengan masyarakat setempat dan berketurunan sampai sekarang ini.
Dalam desa Kembang-Kerang Daya, terdapat sentuhan disiplin ilmu Living Qur’an Hadits yang terjadi di masyarakat ini akhirnya membudaya seperti Bejampi, Tahlilan, Nyiwa’, Nyatus, Nyeribu’, Bekuris, Barzanjian dan lain sebagainya, yakni sebuah sarana dalam mengamalkan kandungan al-Qur’an dan hadits. Mengapa demikian ? karena melihat bacaan-bacaan yang dibaca ketika melakukan proses tersebut yakni membaca ayat-ayat al-Qur’an atau sesuatu yang dapat mengingatkan kita kepada Allah (dzikir).
Contoh Living Qur’an Hadits tersebut merupakan gambaran secara umum bagaimana masyarakat desa Kembang-Kerang Daya beradaptasi dengan masyarakat sasak dengan budaya dan adat istiadat yang ada. Namun bagi penulis, terdapat sebuah kekhususan yang membedakan antara adat istiadat masyarakat Kembang-Kerang Daya dengan masyarakat lainnya, bahkan dengan kekhususan ini dapat menarik masyarakat luar untuk mengadopsi apa yang spesial dalam desa yang mungil ini, yaitu lahirnya kampus STAI DK NWIT dengan prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Dalam QS Al-Hijr ayat 9, Allah SWT berfirman :
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
Artinya : “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya”.
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menurunkan al-Qur’an dan memeliharanya (al-Qur’an). Maka dengan memelihara al-Qur’an dan keotentikannya, sangat perlu kaum muslimin mengkaji al-Qur’an dan mengamalkannya. Memelihara al-Qur’an dengan cara mengkajinya, merupakan visi misi kaum muslimin secara umum. Oleh karenanya, dengan ayat di atas kampus STAI DK NWIT memberikan peluang bagi para peminat studi al-Qur’an untuk mengkaji al-Qur’an.
Lahirnya kampus ini disebuah desa yang kecil dan mungil, penulis berhipotesa bahwa ini merupakan sebuah anugerah berupa living Qur’an yang luar biasa. Merujuk kepada ayat QS al-Hijr : 9 di atas, kampus STAI DK NWIT dengan jurusan yang mulia yaitu Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir sebagai sarana kampus dalam upaya memelihara al-Qur’an dengan cara mengkajinya, memahaminya dan mengamalkannya. Setiap mahasiswa yang mengkaji al-Qur’an dalam kampus ini dengan benar-benar mengamalkannya, maka secara tidak sadar seseorang tersebut sedang menjalankan Living Qur’an Hadits. Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh imam Bukhari :
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya: “Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al–Qur’an dan mengajarkannya”.
Maka dengan mempelajari al-Qur’an dan mengamalkannya, al-Qur’an akan terpelihara dan tetap otentik sesuai dengan shahih likulli zaman wa makan. Al-Qur’an akan terpelihara sepanjang zaman, bahkan tetap mampu menyesuaikan kandungannya dengan perubahan zaman, juga terpelihara dari orang-orang yang tidak berhati baik ingin menghancurkan al-Qur’an.
C. KESIMPULAN
Living Qur’an dan Hadits merupakan sebuah disiplin ilmu yang memberikan pengajaran bahwa adanya keterkaitan pengamalan ayat al-Qur’an dan hadits dengan kehidupan masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman yang melahirkan disiplin ilmu ini.
Adapun bentuk hidupnya al-Qur’an di desa Kembang-Kerang Daya selain terdapatnya fenomena-fenomena yang sering kita saksikan, penulis berhipotesa menulis tentang keberadaan kampus STAI DK NWIT dengan jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsirnya sebagai bentuk hidupnya al-Qur’an di desa ini. Dengan QS Al-Hijr ayat 9 dan hadits yang diriwayatkan imam Bukhari, penulis merasa tertarik melandaskan tulisan ini kepada ayat dan hadits tersebut dengan maksud bahwa pemeliharaan al-Qur’an tentunya terdapat peran kita sebagai seorang muslimin untuk memelihara kitab suci al-Qur’an dengan mengkaji, memahami dan mengamalkannya.
#STAIDKNWIT
#LITERASIAWARD2021
#SALAMLITERASI
#AOFELQUSYAIRI
