Konsep Manajemen Kelas
23 mins read

Konsep Manajemen Kelas

Pengertian Manajemen Kelas

Manajemen Kelas adalah usaha Guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif: pertama, diketahui secara cepat faktor-faktor yang dapat mendukung terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses pembelajaran, kedua, dikenala masalah-masalah yang diharapkan dan biasanya dan dapat merusak iklim pemebelajaran, ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana pendekatan yang digunakan. [1]

Manajemen kelas yaitu keterampilan guru sebagai leader sekaligus manajer dalam menciptakan  iklim kelas yang kondusif untuk meraih keberhasilan kegiatan belajar-mengajar.[2] Manajemen (pengelolaan) kelas sebagai suatu proses untuk  mengontrol tingkah tingkah laku siswa. Peran guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Kelas adalah seperangkat kegiatan pendidik untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan ketertiban suasana kelas menurut kriteria sepihak yang ditetapkan oleh pendidik. Praktiknya sering kali melahirkan tindkan-tindakan yang kurang manusiawi, misalnya perilaku otoriter dan pemaksaan kehendak.[3]

Tujuan Manajemen Kelas

Secara umum manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan demikian, kegiatan tersebut akan dapat berjalan dengan efektif dan terarah sehingga tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai demi terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas.[4]

Tujuan dari manajemen kelas yaitu:[5] Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien, Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya, Dengan manajemen kelas, guru mudah untuk melihat dan mengamati setiap kemajuan atau perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban, Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.

Fungsi Manajemen Kelas

Fungsi manajemen adalah sebagai wahana bagi perserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi potensi peserta didik yang maupun yang lainnya[6]. Agar fungsi manajemen peserta didik dapat tercapai, ada beberapa fungsi manajemen kelas yaitu:

” Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pengajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan, Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan, Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan dan prosedur yang digunakan. Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan murid, minat-minat murid, dan mendorong motivasi belajar, Mengurangi kegiatan yang bersifat trial dan error dalam mengajar dengan adanya organisasi kurikulum yang lebih baik, metode yang tepat dan menghemat waktu, Murid-murid akan menghormati guru yang dengan sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan harapanharapan mereka, Memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk memajukan pribadinya dan perkembangan profesionalnya. Membantu guru memiliki perasaan percaya pada diri sendiri dan menjamin atas diri sendiri.[7)

Perencanaan Manajemen Kelas

Manajemen kelas terkadang menyulitkan karena merupakan sistem yang dinamis dari sejumlah interaksi yang harus dimonitor. Manajemen bukanlah tugas yang mudah. Hal tersebut memerlukan perencanaan, pengorganisasian, dan beragam tekhnik seperti motivasi dan variasi rencana pendidikan.[8]

Semua pendidik mempunyai masalah dalam amnajemen kelas. Apabila ingin mencapai tujuan pembelajaran hendaknya pendidik mampu mengatasi kesalahan-kesalahan perilaku secara efektif. Kemampuan tersebut tergantung pada filosofi dan pendekatan yang digunakan, termasuk perlu adanya perencanaan manajemen kelas yang baik. Pendidik berupaya menjadi planer “perencana” kelas yang efektif. Ketertiban kelas memerlukan perencanaan. Perencanaan harus dipikirkan. perencanaan dalam hal ini yaitu proses pemikiran dan penentuan atas apa-apa yang akan dilakukan dalam manajemen kelas.[9]

Kegiatan penting yang perlu dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:

“ memeriksa silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah disusun, menganalisis kondisi peserta didik yang akan mengikuti pembelajaran, mengukur tingkat kemampuan yang telah dicapai peserta didik pada taraf sebelumnya, mengidentifikasi kompetensi pembelajaran yang akan diupayakan, menyiapkan bahan berupa ringkasan materi pembelajaran, informasi yang diperlukan peserta didik, pendidik harus mengetahui materi yang ingin diajarkan dan menyiapkan segala bahan yang diperlukan oleh peserta didik.menentukan model pembelajaran yang akan diupayakan.”[10]

Pelaksanaan Manajemen Kelas

Aspek-aspek manajemen kelas dalam pembelajaran yang tertuang dalam petunjuk manajemen kelas adalah:[11]

  • Mengecek kehadiran siswa

Siswa dilihat keberadannya satu persatu terutama diarahkan untuk melihat kesiapannya dalam mengikuti proses belajar mengajar, kesiapan secara fisik terutama mental karena dengan perhatian dari awal akan memberikan dorongan kepada mereka untuk dapat mengikuti kegiatan dalam kelas dengan baik.

  • Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut.

Pekerjaan yang sudah diberikan hendaknya dengan cepat dikumpulkan dan diberikan komentar singkat sehingga rasa penghargaan yang tinggi apat memberikan motivasi atas kerja yang sudah dilakukan.

  • Pendistribusia bahan dan alat

Apabila ada alat dan bahan belajar yang harus didistribusikan maka secara adil dan propesional, setiap siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan praktik atau menggunakan alat dan bahan dalam proses belajarnya.

  • Mengumpulkan informasi dari siswa

Banyak informasi yang berguna bagi guru dan siswa itu sendiri yang dapat diperoleh dari siswa baik yang berupa informasi tentang pribadi siswa maupun berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan siswa yang harus dan sudah dikerjakan.

  • Mencatat data

Data-data siswa baik secara perorangan maupun kelompok yang menyangkut individu maupun pekerjaan sangat penting untuk mencatat, karena akan mendukung guru dalam memberikan evaluasi akhir terhadap pencapaian hasil pekerjaan siwa.

  • Pemeliharaan arsip

Arsip tentang kegiatan dalam kelas disimpan dan ditata dan rapi dan dipelihara sebagai tanggungjawab bersama sehingga dapat memberikan informasi bagi guru maupun bagi siswa.

Kegiatan Manajemen Kelas

Ketika kita berbicara tentang kegiatan manajemen kelas maka pada saat yang bersamaan kita juga sedang berbicara tentang pelaksanaan program pengajaran. Hal itu disesabkan kegiatan manajemen kelas dilakukan untuk mendukung terlaksananya program pengajaran yang berkualitas.setidaknya ada tiga kegiatan inti pada manajemen kelas, sebagai berikut:[12]

  • Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat

Dalam kegiatan manajemen kelas diciptakan iklim belajar mengajar yang tepat. Kegiatan tersebut diarahkan untuk mewujudkan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan agar dapat memotivasi peserta didik untuk dapat belajar dengan perkembangan dan kemampuannya. Untuk dapat menciptakan iklim belajar yang tepat, seorang guru sebagai manajer kelas harus: mengkaji konsep dasar manajemen kelas, mengkaji prinnsip-prinsip manajemen kelas, mengkaji asfek dan fungsi manajemen kelas, mengkaji komponen, pendekatan,  dan prinsip manajemen kelas, menciptakan suasana belajar yang baik dan menangani masalah pengajaran di kelas.

  • Mengatur ruangan kelas

Ruangan belajar harus di desain sedemikian rupa sehingga tercpta kondisi kelas yang menyenangkan dan dapat memunculkan semangat serta keinginan untuk belajar dengan baik seperti pengaturan meja, kursi, lemari, gambar-gambar, pajangan hasil karya peserta didik, yang berprestasi, yang dengannnya dapat membangun gairah belajar peserta didik. Pengaturan ruang kelas yang baik dimaksudkan untuk menanamkan, menumbuhkan, dan memperkuat rasa keberagaman serta perilaku-perilaku spiritual peserta didik. Dengan ruang kelas yang baik, para peserta didik dapat berkomunikasi secara bebas, saling menghormati serta saling menghargai satu sama lain. Di samping itu, dengan penataan ruang kelas yang tertata dengan baik, guru akan lebih leluasa memberikan perhatian yang maksimal terhadap setiap aktivitas peserta didik.

Kegiatan belajar-mengajar yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan. Untuk itu, perlu diperhatikan pengaturan atau penataan ruang eklas dan sisinya selama kegiatan belajar-mengajar.lingkungan kelas perlu diatur atau ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara peserta didik dengan guru, dan antarpeserta didik.

  • Mengelola interaksi belajar-mengajar

Belajar-mengajar merupakan sebuah interaksi yang bernilai normatif, belajar-mengajar merupakan suatu proses yang dilakukan dengan standar dan bertujuan. Tujuan sendiri merupakan pedoman ke arah mana kana dibawa kegiatan belajar-mengajar. Kegiatan belajar-mengajar akan berhasil jika mampu membawa perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap dalam diri peserta didik.

Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas

setelah guru dapat memahami konsep dasar manajemen kelas, hal itu tidak menjamin seorang guru dapat mengelola kelas secara efektif. sebab, dalam manajemen kelas terdapat prinsi-prinsip yang harus dipahami dengan baik oleh guru. Ada enam prinsip yang harus dipahami oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan manajemen kelas yang efektif. Yaitu:[13]

  • Hangat dan antusias

hangat dalam konteks manajemne kelas adalah sikap penuh kegembirann dan penuh kasih sayang kepada peserta didik. Sementara antusias dalam konteks manajemen kelas adalah sikap bersemangat dalam kegiatan mengajar.

  • Tantangan

Setiap peserta didik sangat menyukai beberapa tantangan yang mengusik rasa ingin tahunya. Itulah sebabnya guru hendaknya mampu memberikan tantangan yang dapat memancing semangat peserta didik dalam mengikuti mata pelajarannya. Berbagai tantangan dapat dilakukan oleh guru melalui penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja maupun bahan-bahan pelajaran yang memang dirancang untuk memberikan tantangan kepada peserta didik.

 

 

  • Bervariasi

Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, variasi gaya mengajar guru sangatlah dibutuhkan karena dapat menghindari kejenuhan dan kebosanan. Jika peserta didik sudah jenuh dan bosan, dapat dipastikan jalannya transformasi pengetahuan dan transformasi nilai tidak dapat diterima secara maksimal. Tentunya tidak ada seorang guru yang menginginkan peserta didiknya mengalami kejenuhan atau kebosanan saat belajar di kelas. Untuk itulah variasi gaya mengajar harus dikuasai oleh guru.

  • Keluwesan

Keluwesan dalam konteks manajemen kelas merupakan keluwesan perilaku guru untuk mengubah metode mengajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan kondisi kelas untuk mencegah kemungkinan munculnya gangguan belajar pada peserta didik serta untuk menciptakan iklim belajar-mengajar yang kondusif dan efektif.

  • Penekanan pada hal-hal positif

Pada dasarnya mengajar dan mendidik menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian peserta didik pada hal-hal negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif, yaitu penekanan yang dilakukan oleh guru terhadap perilaku peserta didik yang positif. Penekanan tersebut dapat dilakukan oleh guru dengan memberikan penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya kegiatan  belajar-mengajar.

  • Penanaman disiplin diri

Mendidik peserta didik untuk disiplin tidaklah dapat dilakukan dengan waktu yang singkat, tetapi harus dilakukan dengan waktu yang lama. Oleh karena itu, mendidik peserta didik untuk disiplin harus dilakukan sepanjang waktu. Salah satu metode efektif adalah dengan menggunakan metode keteladanan.

Pendekatan-Pendekatan dalam Manajemen Kelas

Pendekatan dalam manajemen kelas dapat diartikan sebagai cara pandang seorang guru dalam kegiatan pengelolaan kelas. Cara pandang tersebut kemudian menjadi semacam guideline bagi seorang guru dalam mengelola kelas.[14]

Ada 9 pendekatan dalam manajemen kelas yaitu:[15]

  • Pendekatan Kekuasaan

Kekuasaan berasal dari kata kuasa yang berarti kekuatan, hak atas sesuatu, orang yang diberi hak atas sesuatu, mempunyai kuasa, orang yang berkuasa.[16]

Dalam konteks manajemen, kekuasaan tersebut terwujud melalui kemampuan guru dalam mengatur peserta didik untuk taat dan patuh terhadap norma atau aturan-aturan yang terdapat di dalam kelas. Tujuan utamanya adalah untuk mendisiplinkan peserta didik di dalam kelas. Jadi, pendekatan kekuasaan dapat diartikan sebagai cara pandang guru yang meyakini bahwa kelas yang kondusif dapat dibentuk melalui berbagai upaya penegakan aturan-aturan didalam kelas yang menjadikan peserta didiknya memiliki kedisiplinan diri.

Dalam pendekatan kekuasaan ini, guru sebagai manajer kelas memilki dua peran, pertama berperan sebagai pengontrol. Kedua, berperan sebagai pembimbing perilaku peserta didik di dalam kelas. Sebagai pengontrol, guru memiliki kekuasaan untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku peserta didik di dalam kelas. Jika peserta didik berperilaku sesuai dengan aturan-aturan didalam kelas, guru berkuasa untuk memberikan penghargaan (reward) kepadanya. Tetapi sebaliknya, jika guru mendapati ada perilaku peserta didik yang melanggar aturan-aturan kelas, dengan kekuasaannya guru dapat membimbingnya agar si peserta didik tidak mengulanginya lagi. Jika ternyata si peserta didik tetap saja melakukannya, guru dengan kekuasaannya dapat memberikan hukuman (punishment) kepadanya.

  • Pendekatan Ancaman

Manajemen kelas diartikan sebagai proses mengontrol tingkah laku peserta didik. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, mengejek, menyindir, dan memaksa.[17)

  • Pendekatan Kebebasan

Dalam konteks manajemen kelas, pendekatan kebebasan diartikan sebagai cara pandang guru yang menyatakan bahwa kondisi kelas yang kondusif dapat dicapai jika guru sebagai seorang manajer di kelas memberikan keleluasan kepada semua peserta didiknya untuk bergerak bebas di ruang kelas.

Pendekatan kebebasan diartikan sebagai suatu proses membantu peserta didik untuk merasa bebas mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Pendidik berperan mengusahakan seoptimal mungkin kebebasan peserta didik.[18]

Tentu saja kebebasan yang diberikan oleh guru dalam pendekatan ini bukan berarti kebebasan yang tanpa batas. Akan tetapi, harus ada hal-hal yang membatasi kebebasan. Misalnya peserta didik bebas melakukan hal yang terkait dengan kegiatan belajar dan tidak menyimpang, serta tidak mengganggu teman yang lainnya.

  • Pendekatan Resep

Pendekatan resep diartikan sebagai cara pandang guru yang berasumsi bahwa kelas dapat dikelola dengan baik melalui pembuatan dan penerapan aturan kelas. Kini pertanyaannya adalah “ kapan aturan kelas itu dibuat?, “bagaimana aturan-aturan tersebut dibuat?, dan “bagaimanakah aturan-aturan tersebut dibuat?“ dan “bagaimanakah aturan-aturan yang telah dibuat tersebut diterapkan?”.

Aturan terkait dengan kesepakatan, kebijakan, dan prosedur. Aturan merupakan pegangan bagi setiap orang dalam suatu komunitas. Dalam aturan terdapat sanksi yang melanggar. Guru sebagai manajer kelas dapat membuat aturan kelas besama-sama dengan peserta didiknya. Tujuannya agar aturan yang telah dibuat nantinya dapat memunculkan kesadaran dan tanggung jawab pada diri peserta didik untuk melaksanakan aturan tersebut.

  • Pendekatan Pengajaran

Jadi dalam konteks manajemen kelas, pendekatan pengajaran dapat diartikan sebagai cara pandang yang beranggapan bahwa kelas yang kondusif dapat dicapai dengan kegiatan mengajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum mengajar seorang guru harus membuat perencanaan pengajaran yang matang sebelum masuk kelas dan pada saat mengajar dikelas seorang guru harus melaksanakan kegiatan mengajar sesuai dengan apa yang telah direncanakannya.

Cara pandang di atas muncul karena adanya semacam asumsi bahwa jika guru mengajar asal-asalan atau mengajar apa adanya, dapat dipastikan kelas tidak kondisif dan al hasil kegiatan belajar-mengajar mengalami kegagalan. Memang benar asumsi tersebut, bahkan jika mau sejujur sebenarnya terdapat oknum guru yang mengajar asal-asalan dan apa adanya. Kalaupun guru membuat perencanaan, perencanaan yang dibuat merupakan perencanaan pengajaran tahun-tahun yang telah lalu (tinggal mengganti identitas tahun pelajarannya saja) tanpa melihat karakteristik peserta didik yang sekarang dihadapi.

  • Pendekatan Perubahan Perilaku

Pendekatan perubahan perilaku dapat disinonimkan dengan pendekatan untuk mengubah perilaku. Perilaku sendiri dapat diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku tersebut adakalanya bersifat positif dan adakalanya bersifat negatif. jadi, dapat dikatakan bahwa perilaku seseorang. Termasuk seorang peserta didik adakalanya bersifat positif (sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru) dan adakalanya bersipat negatif (tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru).

Tentu saja perilaku peserta didik yang bersifat positif dapat menciptakan kondisi kelas yang kondusif. Sebaliknya, perilaku peserta didik yang bersifat negatif dapat memunculkan berbagai gangguan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas yang tidak menutup kemungkinan dapat menggagalkan kegiatan belajar-mengajar. Itulah sebabnya seorang guru sebagai manajer kelas dituntut untuk bisa meredam atau meminimalisasi bahkan menghilangkan perillaku yang negatif tersebut. Dengan demikian, dalam konteks manajemen kelas, pendekatan perubahan perilaku dapat diartikan sebagai cara pandang guru yang menyatakan bahwa perilaku peserta didik yang negatif harus diubah agar tercipta kondisi kelas yang kondusif.

Ada dua hal yang mendasari cara pandang ini pertama, semua perilaku peserta didik yang positif maupun negatif merupakan hasil dari kegiatan belajar. kedua, terdapat proses psikologis yang mendasar untuk menjelaskan terjadinya kegiatan belajar yang dimaksud. Proses psikologis tersebut antara lain seperti: Penguatan positif, hukuman, dan Penguatan negatif.

Dalam pendekatan perilaku ini, untuk membina perilaku peserta didik yang dikehendaki, seorang guru sebagai manajer kelas dituntut untuk memberikan penguatan positif atau memberi dorongan positif sebagai hukuman dan guru juga dituntut untuk memberi penguatan negatif. Selanjutnya untuk mengurangi perilaku yang tidak dikehendaki, guru dituntut untuk menggunakan hukuman atau pemberian stimulus negatif dan melakukan penghapusan atau pemberian penghargaan.

  • Pendekatan Sosio-Emosional

Pendekatan ini melihat manjemen kelas sebagai suatu peroses menciptakan iklim sosioemosional yang positif dalam kelas. sosioemosional yang positif artinya adanya hubungan positif antara pendidik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan peserta didik.pendidik dalam hal ini merupakan kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi dan perannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.[19]

  • Pendekatan Kerja Kelompok

pendekatan kerja kelompok merupakan cara pandang seorang guru yang menyatakan bahwa pengelompokan peserta didik ke dalam beberapa kelompok dapat dijadikan ebagai alternatif dalam menciptakan kelas yang kondusif.

Kegiatan yang sering dilakukan untuk menerapkan pendekatan kerja kelompok ini adalah dengan resitasi, yaitu memberikan tugas kepada peserta didik secara berkelompok. Biasanya setelah itu dilakukan kegiatan diskusi interaktif. Tetapi tak jarang pada praktiknya pembentukan kelompok-kelompok tersebut memunculkan berbagai masalah seperti individualisme seorang peserta didik pada kelompoknya, ketidakcocokan, persaingan tidak sehat, dan lain sebagainya.

Jadi, jika guru sebagai seorang manajer hendak menerapkan pendekatan ini, ia harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap semua kelompok yang telah dibentuknya. Hal ini dilakukan agar terjalin hubungan yang harmonis intra kelompok serta antarkelompok.

  • Pendekatan Pluralistik

dalam konteks manajemen kelas, pendekatan elektis atau pluralistik dapat didefinisikan sebagai cara pandang seorang yang beranggapan bahwa guru dapat memilih dan memadukan berbagai pendekatan dalam manajemen kelas untuk menciptakan kelas yang kondusif.

Pendekatan ini mendasarkan cara pandangnya pada pemahaman akan   adanya kekuatan dan kelemahan dari semua pendekatan yang telah dibahas di atas. Pendekatan elektis atau pluralistik lebih menunjukkan pada suatu penggunaan kombinasiatau perpaduan dari beberapa pendekatan daripada hanya menggunakan satu pendekatan saja. Jadi ada praktiknya. Guru sebagai seorang manajer kelas menggabungkan semua aspek terbaik dari pendekatan-pendekatan yang digunakannya dan hal itu secara filosofis, teoretis, dan juga psikologis memang dapat dilakukan dan dibenarkan.

Hambatan Manajemen Kelas

Dalam pelaksanaan manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat. Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri, dari peserta didik, lingkungan keluarga, ataupun karena faktor fasilitas.[20]

  • Faktor Guru

Faktor penghambat yang datang dari guru berupa hal-hal seperti di bawah ini:

Tipe kepemimpinan guru

Tipe kepemimpinan guru (dalam mengelola proses pembelajaran) yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap pasif peserta didik.kedua sikap peserta didik ini akan merupakan sumber masalah pengelolaan kelas.

Format Pembelajaran yang monoton

Format Pembelajaran yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi peserta didik. Format pembelajaran yang tidak bervariasi dapat menyebabkan para peserta didik bosan, prustasi/ kecewa, dan hal ini akan merupakan sumber pelanggaran disiplin.

Kepribadian guru

Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersikap hangat, adil, objektif, dan fleksibel sehingga terbina suasana emosionsl yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Sikap yang bertentangan dengan keperibadian tersebut akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas.

Pengetahuan guru

Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis.

Mendiskusikan masalah ini dengan teman sejawat akan membantu mereka dalam meningkatkan keterampilan mengelola kelas dalam proses pembelajaran.

Pemahaman guru tentang peserta didik

Terbatasnya kesempatan guru unutuk memahami tingkah laku peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik dan latar belakangnya, mungkin karena tidak tahu caranya ataupun karena beban mengajar guru yang diluar batas kemampuannya yang wajar karena mengajar di berbagai sekolah sehingga guru datang ke sekolah semata-mata untuk mengajar.

  • Faktor Peserta Didik

Faktor lain yang dapat merupakan hambatan dalam pengelolaan kelas adalah faktor peserta didik. Peserta didik dalam kelas dapat di anggap sebagai seorang individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari satu kesatuan masyarakat di samping juga mereka harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya.

Peserta didik harus sadar bahwa kalau mereka mengganggu temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan kewajibannya sebagai anggota satu masyarakat kelas dan tidak menghormati hak peserta didik lain untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan pembelajaran.

Kekurangan sandaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat merupaka faktor utama penyebab masalah pengelolaan kelas.

  • Faktor Keluarga

Tingkah-laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah-laku peserta didik yang agressif dan apatis. Di dalama kelas sering ditemukan ada peserta didik yang mengganggu dan pembuat ribut. Mereka itu biasanya kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya di rumah.

Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan atau pun terlalu di kekang akan merupakan latar belakang yang menyebabkan peserta didik melanggar disiplin di kelas. Jelaslah sudah bila tuntutan di kelas atau sekolah berbeda jauh dengan kondisi kehidupan keluarga yang merupakan kesukaran sendiri bagi peserta didik untuk menyesuaikan diri. Salah penyesuaian peserta didik terhadap situasi kelas akan merupakan masalah pengelolaan. Di sinilah pula letak pentingnya hubungan kerja sama yang seimbang antara sekolah dengan rumah agar terdapat keselarasan antara situasi dan tuntutan di kelas atau di sekolah.

  • Faktor fasilitas

Faktor fasilitas merupakan penghambat dalam pengelolaan kelas. Faktor tersebut meliputi:

Jumlah peserta didik dalam kelas

Kelas yang jumlah peserta didiknya banyak sulit untuk dikelola. Jumlah peserta dalam suatu kelas di SLTA yang mencapai rata-rata 40 orang peserta didik dan perguruan tinggi yang kadang-kadang mencapai sekitar 45 orang peserta didik  merupakan masalah tersendiri dalam pengelolaan.

Besar ruangan kelas

Ruang kelas yang kecil dibandingan dengan jumlah peserta didik untuk bergerak dalam kelas merupakan hambatan lain bagi pengelolaan. Demikian pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang dibanding dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuhkan seperti laboratorium, auditorium, ruang kesenian, ruang gambar, ruang olahraga, dan sebagainya memerlukan penanganan tersendiri.

Ketersediaan alat

Jumlah buku yang kurang atu alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkannya akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas. Dengan demikian keempat faktor yang telah disebutkan di atas yaitu: faktor guru, peserta didik, lingkungan keluarga, dan fasilitas merupakan faktor yang senantiasa harus diperhitungkan dalam menangani masalah pengelolaan kelas.

[1] Martinis Yamin, Manajemen Pembelajaran Kelas (Jakarta:Gaung Persada, 2009) hlm. 33

[2] Ardy  Wiyani Novan, Manajemen Kelas,  (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2016) hlm. 59

[3] Badrudin, Manajemen Peserta Didik (Jajarta: Indeks 2014) hlm. 106

[4] Novan Ardy  Wiyani, Manajemen Kelas,  (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2016) hlm. 61

[5] Alfian Erwinsyah, Manajemen pembelajaran dalam Kaitannya Dengan Peningkatan Kualitas Guru  Jurnal ilmiah manajemen pendidikan islam Vol. 5, No. 1 (Februari) 2017

[6] Alfian Erwinsyah, Manajemen pembelajaran dalam Kaitannya Dengan Peningkatan Kualitas Guru  Jurnal ilmiah manajemen pendidikan islam Vol. 5, No. 1 (Februari) 2017

[7] Alfian Erwinsyah, Manajemen Pembelajaran dalam Kaitannya Dengan Peningkatan Kualitas Guru  Jurnal ilmiah manajemen pendidikan islam Vol. 5, No. 1 (Februari) 2017.

[8] Badrudin, Manajemen Peserta Didik (Jajarta: Indeks 2014) hlm 107

[9] Ibid……, hlm. 107

[10] Ibid….., hlm. 107

[11] Kompri, Manajemen Sekolah (Bandung: Alfabeta 2014) hlm. 152-153

[12] Ardy  Wiyani Novan, Manajemen Kelas,  (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2016) hlm. 65

[13] Ibid….., hlm.73-85

[14] Ardy  Wiyani Novan, Manajemen Kelas,  (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2016) hlm.105

[15] Ibid….., hlm. 106

[16] Wojowasito, S, Kamus Bahasa Indonesia, (Malang: C.V Pengarang,  1972) hlm.195

[17] Badrudin, Manajemen Peserta Didik (Jakarta: Indeks 2014) hlm. 101

[18] Ibid ….., 101

[19] Ibid. hlm.102

[20] Martinis Yamin & Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas (Jakarta: Gaung Persada, 2009), hlm 68-74.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *