Dimana aku? (hakikat kata aku)
Kata “aku” adalah suatu kata tunggal menunjukkan orang yang menceritakan atau mendefinisikan dirinya sendiri, baik itu dalam melakukan perbuatan atau hal lain sebagainya. Seperti yang kita ketahui kata “aku” tersebut sering kita gunakan dalam melakukan percakapan terhadap orang-orang disekitar kita. Namun seiring berjalannya waktu tanpa kita sadari kata aku itu lebih condong kepada kita itu dalam bentuk apa, apakah itu anggota badan, sikap, jiwa, raga, atau hal yang berhubungan dengan kita.
Pertanyaan-pertanyaan itu akan timbul dimana kita sudah mulai aktif dalam berfikir. Dalam kasus ini saya akan membahas suatu peristiwa di saat saya masih kecil. Pada usia masih kecil kita belum terlalu memahami konsep-konsep berfikir, yang paling menonjol dalam fikiran kita hanyal bermain, tiada hari tanpa bermain. Tapi di lain hal kita sering bermain teka teki. Suatu hari di saat sedang asyik bermain, ada teman saya yang memberikan sebuah teka teki kemudian menyebutkan teka teki itu; “dimana aku”. Kemudian kami menunjuk dia, lalu dia mengatakan; “ini bukan aku, tapi ini badan ku”. Kami menunjuk tangannya, dia mengatakan lagi; ”ini bukan aku, tapi ini adalah tanganku”. Kami menunjuk anggota badannya yang lain tapi dia tetap menjawab dengan jawaban yang sama. Setelah itu ketawa kecil terpampang di wajah kami, sambil mengatakan; ”ya juga ya, aku itu dimana ya”. Permainan itu berakhir sampai disitu saja, karna di masa anak-anak itu hanyalah teka teki biasa yang bisa di jadikan teka teki untuk membuat teman-teman yang lain ikutan kebingungan.
Seiring beranjak dewasa tiba-tiba peristiwa itu terlintas didalam benak saya, sehingga isi kepala selalu di bayang-bayangi oleh pertanyaan-pertanyaan seperti di atas. Pada akhirnya saya menemukan jawaban dalam sebuah buku yang di terangkan oleh seorang Ulama’ tentang kata “aku”. Ulama itu mengatakan; “aku adalah Allah. aku ada karna adanya Allah, jika aku tidak ada maka Allah juga tidak ada”. “Aku adalah Allah. jika aku mengatakan dia adalah Allah, maka dia itu bukan Allah. Karna jika aku mengatakan dia adalah Allah maka ada kekuasaan selain dia”. Dari perkataan Ulama itu tadi bahwasanya kata “aku” yang sejatinya adalah “aku” nya Allah (kata “aku” kembalinya kepada Allah), kenapa beliau mengatakan seperti itu karna jika Allah tidak ada, maka kita semua juga tidak ada. Sebab Allah lah yang menciptakan kita. Semua yang terlihat oleh mata dari seluruh badan manusia hanyalah sebuah media jasad yang bersifat fana, ia akan rusak dan akan hilang di lahap tanah. Dan hakikat “aku” yang sebenarnya adalah “aku”nya zat Allah Subhanahu Wata’ala.