
SIAPA AKTOR YANG SEDERHANA? ( Semogan- kan ) SAYA, ANDA dan KITA.
Pas kita masih kecil, nonton serial TV di minggu pagi pantengin mandi buat mastiin kartun kesayangan nggak kelewatan iklan, nungguin isi kantong Doremon, ketawa bareng kegilaan Spongebob, hapal jurus Avatar, ngejawab pertanyaan Dora pas dia kesasar bawa peta, berpetualang seru bareng Shaggy dan Scooby Doo. Masih banyak lagi tontonan yang bisa membuat kita bernostalgia. Begitu juga sekarang dari usia remaja sampai tua pun, punya kelas serial sesuai umur yah, kalo udah nginjak masa puber nih Telenovela , bioskop, Drakor, Boolyywood , Hoolywood udah jadi MOODBOSTER Katanya. Orang tua pun sekarang lagi seneng-sengenya nih bareng FTV IKATAN CINTA. Aduhh kayakgimana sih filmya sampe banyak yang ng-PARODI-in Tuh?
Dan satu hal bikin excited nontonya kita yang nonton biasanya punya actor/tokoh andelan di setiap filmnya. Entah kita menyukai tokohnya karena cantik, ganteng, terlalu baik, terlalu jahat. Si ekstara sabar, di selinguhin kuat, di tabrak nungguin mobil yang nabrak, Allahuakbar, aku terkena sindrom Kumenangisssss membayangkan…..
Ok. Ini serius.
Sadar atau tidak! Kita menikmati dan terus mengikuti alurnya, bahkan sampai episode terakhir pun di nge-wajib-in diri biar nggak kelewatan , kita berasa jadi sutrada yang berhak nentuain ending filmnya, Ckckck ( pengalaman pribadi). Padahal itu sekedar settingan manusia yang dengan hebatanya berhasil menghipnotis penonton dengan ldan alur cerita yang bikin penasaan.
Bagaimana dengan settingan Allah?
Film yang kini terus berputar sutradanya yang paling berhak nentuan, tanpa harus malaikat menonton dan berkomentar “ganti alurnya ! aku mau yang jahat mati duluan! Yang cantik jadi baik! Yang jelek jadi jahat!”. Tentu TIDAK.
Manusia menjadi actor yang di tetapkan karater Antagonis, Protagonis, dan piguran lengakap dalam satu individu saja, bagai mana tidak menariknya film yang Allah sendiri sutradaranya? Ketika individu menjadi spesies-populasi-komunitas-ekosistem-bumi-tatasurya-galaksi-alam raya sampai tak terjangakau otak manusia. Film yang ada di proyektor Allah begitu luas dan tak terbayang besarnya.
Lucu dan iya iya. Kita tersetting takdir, ketika semua orang berlomba-lomba ingin bereperan Protagonis namun di lain sisi semua orang juga pernah berperan antagonis, tak ada yang sempurna, fitrah manusia memang begitu adanya. Menurut kikah pribadi sih “idelanya sialhakan jahat dan baik pada tempatanya!” Mau nggak mau, kita sebagai manausia memiliki fitrah Ilahiah ( kecendrungan menenal tuhan dan berbuat baik) dan bersamaan kita punya jiwa Pri-ke-hewan-an ( tabiat jelek). Jadi kenapa tidak kita menjadi actor yang berusaha menggunakan kesempatan merubah dan melalui proses dengan sederhana. Artinya menjalani sekenario jamak-jamak yang penting nggak nyimpang syariat.
Ini bukan doktrin, apalagi merendahkan jiwa-jiwa orang yang mungkin bisa ber-lakon lebih dari kempuan manusia pada umumnya. Hidup bukan soal paksaan memainkan peran, agama punya aturan yang tak mngekang, norma dan budaya punya tradisi yang wajar, attitude dan etika sudah ada porsi dan takaran. Kita udah baligh! Hitam, Putih dan Abu-Abu uda bisa di bedain! Bukan bocah ingusan yang sedang merengek pengen beli koaci!
Enak yah ngomong! Susah nerapinnyanya!
Kikah nulis ini bukan bukan berarti sudah samapi tahap ini juga, proses jamak-jamak itu memang perlu latihan, pembiaaan, dukungan lingungkungan, orang-orang di sekiling kita, dan sadar diri. Pointnya juga himbawan receh ini semoga bisa menjadikan kita TOKOH SEDERHANA yang berhasil merankan film Real ini dengan seindah mungkin serta menjadi film terbaik yang Allah berkahi. Amiinnn : )
Kereeen Bain👍, mau dong baca next tulisannya , di tunggu 😍, semangaaat💫💫💫💫