Perihal Kamu
2 mins read

Perihal Kamu

Perihal Kamu

Perihal kamu, maaf kali ini aku tidak menghapus air matamu seperti biasanya saat kau menangis, aku tidak membantu lagi saat kau membutuhkan bantuan, aku tidak menemani perjuanganmu lagi, bukan karna aku tidak bisa dan tidak ingin, namun aku tidak bisa dan tidak ingin lagi menemuimu setelah kau memutuskan untuk benar-benar pergi meninggalkanku. Sebab kita adalah jarak yang telah terlanjur jauh dalam berpisah.

Perihal kamu, aku pernah perusaha menahanmu untuk tidak pergi, karna aku ingin kamulah awal dari langkahku mengejar cinta dan ahir dari lelahku dalam berusaha. namun tekatmu telah bulat untuk meninggalkanku pergi. Harus ku akui saat-saat bersamamu adalah hal yang indah dan bahagia dalam hidupku, momen-momen saat bersamamu tidak akan pernah ku lupakan.

Perihal kamu, dulu bagimu aku ini siapa?, apakah dulu kau ingin mengenalku agar ada yang menemanimu menunggu dia yang kau sebut dengan bahagia?, apakah aku dan kamu bukanlah kita kala itu?, atau mungkin kala itu aku saja yang terlalu menangapi candaanmu terlalu serius?. Pertanyaan selalu terus hadir dalam diriku saat aku mengingat masa dulu saat kau masih duduk bersamaku. Dan sialnya lagi selalu ada genggaman luka yang kurasa saat mengingat itu.

Perihal kamu, yang ku takutkan bukan sakitnya luka ketika aku sanggat mencintaimu lalu kau pergi meninggalkanku, bukan itu, jujur bukan itu. tapi aku hanya takut kalau aku akan merindukan obroral-obroran sederhana yang membuat kita tertawa bahagia saat kita habiskan waktu lewat telefon sampai berlarut-larut malam, aku hanya takut ada titik bersamamu yang akan ku temui dalam perjalananku yang membuatku mengingatmu, aku hanya takut ketika aku ingin memejamkan mataku kamu datang menghantui ingatanku segingga aku tidak bisa tidur samapi berlarut malam, aku memutuskan untuk tetap membuka mata dan sial lagi aku harus dipaksa menerima kenyataan bahwa kita telah berpisah. Kamu tahu bagaimana rasanya ketika semua hal yang ku takutkan itu terjadi?, sudahlah tak perlu kuceritakan perih dan pedihnya semua itu karna aku tak butuh iba dan belas kasihmu lagi.

Perihal kamu, kau tak perlu membaca kalimat bodohku ini, begitu juga dengan hidupku kau tak perlu datang lagi dan menanyakan bagaimana kabarku. Kamu bahagia saja bersamanya yang dulu yang sebut bahagia sekaligus sebagai alasanmu dulu meninggalkanku. mungkin dengan seiring berjalannya waktu aku akan terbiasa tampamu nmun bukan melupakanmu sebab waktu tidak mengajarkan untuk lupa, nmun waktu hanya mengajarkan untuk menyembuhkan luka.

Perihal kamu, kini kuucapakan terimakasih karna kau pernah membuatku tertawa bahagia walapun pada ahirnya kau juga yang membuatku terluka. Anggap saja kita adalah sebuat kebetulan yang tak pernah disangka yang bertemu tampa sengaja.
Perihal kamu..
“Kelak kamu akan tetapku ingat dan ku ceritakan sebagai orang yang pernah ku cintai, namun juga mematahkan hati.”

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *