TGM Zainuddin Ruslan dan Regenerasi Darul Kamal
Sejak kembali ke tanah air, Tuan Guru Muda atau TGM Zainuddin banyak memberikan perubahan bagi Pondok Pesantren Darul Kamal terlebih kepada para santri sebagai agent of change dan agent of society control . Kehadiran beliau di Darul Kamal memberikan warna-warni yang mampu membangkitkan semangat pentingnya menjadi generasi emas ke depannya. Dengan menjadikan “regenerasi” sebagai kata kunci pada pokok tulisan kali ini, penulis ingin mengajak pembaca yang budiman utnuk mengheningkan kepala sejenak sebagai seorang pemuda dan agar sukses menjadi agent of change.
Ingatan kita tentang pentingnya darah biru bagi bangsa ini tidak lepas dari jimat the founding father bangsa kita, Ir. Soekarno pernah “menjampi” bangsa kita dengan kalimat “berikan aku sepuluh pemuda maka akan ku goncangkan dunia”, melihat diksi kalimat di atas menyadarkan penulis bagaimana timnas sepakbola kita sulit sekali bersaing di kancah internasional, bahkan di regional ASEAN sekalipun, salah satu penyebabnya adalah sebelas pemain untuk timnas tidak terpenuhi oleh Indonesia. Tapi problem yang akan kita bicarakan bukan tentang ambruknya dunia persepakbolaan kita yang sampai detik ini masih dipasang garis polisi dan pemain pun mati suri, miris. Tulisan ini akan menyajikan bagaimana seorang sarjana Universitas Al-Azhar Mesir, membangunkan santri-santri Darul Kamal bahwa kekuatan pemuda memang harus dirawat secara positif karena seperti yang diungkapkan secara langsung oleh TGM, bahwa masa muda memang tempatnya konflikasi kondisi kejiwaan seseorang, banyak tantangan dan godaan muncul, lalu tinggal bagaimana menjadikannya sebagai titik tolak kemajuan bangsa.
Jika kita melihat ke belakang, Darul Kamal memang sudah mempunyai generasi-generasi emas yang patut diteladani, khususnya di bidang pendidikan, Darul Kamal banyak menghasilkan alumni yang mentereng ketika bersaing di luar. Diantara generasi milenial yang menjadi spirit perubahan kita seperti: Muhammad Said M, Ag yang kini juga menjadi dosen jurnalistik STAI Darul Kamal, beliau salah satu kandidat doktor beasiswa 5000 doktor program Kemenag, lalu Syamsul Wathani M, Ag menjadi salah satu awardee beasiswa LPDP program Kemenkeu, Muhammad Anshori yang juga pernah membanggakan Darul Kamal dengan prestasinya sebagai lulusan terbaik dan tercepat di UIN Yogyakarta dan saat ini sedang menempuh pendidikan doktornya di UIN Yogyakarta, selain itu masih banyak bibit-bibit Darul Kamal yang berkompeten.
Menengok sedikit, geografis Pesantren Darul Kamal yang terletak di desa Kembang Kerang kabupaten Lombok Timur memang terletak jauh dari perkotaan. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat santri Darul Kamal untuk maju terlebih di bidang pendidikan. Dengan melihat, generasi tersebut maka regenerasi Santri Darul Kamal tidak boleh berhenti di sana, penyegaran terhadap jiwa muda harus tetap berjalan. Tuan Guru Muda pun berinisiatif untuk terus memupuk semangat pembangunan lewat generasi muda, sebab pemuda sekarang adalah wajah bangsa kita di masa yang akan datang. Gerakan nyata yang dilakukan TGM adalah membentuk kelompok diskusi yang dinamakan “Diskusi Prembukan Aik”, beliau memberikan wadah bagi para santri untuk berbagi ilmu dan pandangan. Dengan adanya diskusi itu pula, beliau ingin merekatkan visi ”jiwa muda” Darul Kamal yang harus mempersiapkan diri membangun bangsa.
Diskusi Prembukan Aik menyiapkan generasi yang mampu berpikir kritis, peka terhadap lingkungan, moderat dalam menjalani kehidupan berbangsa dan beragama. Salah satu agenda diskusi tersebut adalah membicarakan satu paper dengan beragam sudut pandang, sebab peserta disksi berasal dari latar belakang disiplin ilmu yang beragam: sosial, mate-matika, manajemen, tasawuf dan agama. Mereka disatukan oleh satu tema yang menjadi dasar adu argumen, sharing pengetahuan dan meningkatkan kemampuan public speaking. Dengan adanya kelompok diskusi seperti itu yang sudah lama tidak terealisasikan, maka regenerasi bangsa Indonesia atau khususnya generasi Darul Kamal akan terjamin. Stok orang-orang hebat yang akan membangun bangsa ini akan selalu ada, maka untuk membangun negara adalah dengan menyelamatkan pemudanya. TGM sebagai peletak batu pertama diskusi tersebut, patut dijadikan sebagai role model generasi yang seharusnya ada saat ini.
Di akhir pembahasan ini, penulis ingin menyambung pesan Tuan Guru Muda Zainuddin Ruslan agar santri-santri Darul Kamal menjaga nama baik pondok, menjaga nama baik guru-guru, menjaga nama baik orang tua , karena jika kita melakukan kesalahan bukan nama kita saja yang akan ternodai, bahkan orang-orang dan tempat kita hidup pun ikut menjadi kotor.