Dea Guru Syaikh Zainuddin As-Sumbawi
10 mins read

Dea Guru Syaikh Zainuddin As-Sumbawi

 

Dari sebuah desa kecil bernama Tepal, pelosok, daratan perbukitan, terletak di pulau Sumbawa, Nusa tenggara Barat, pernah lahir sosok ulama besar, namun namanya tak segemerlap dan sementereng nama-nama ulama Nusantra lainnya yang sezaman. Padahal, ia adalah salah satu Syaikh yang pernah mengajar di Masjidil haram, dan menjadi guru bagi ulama-ulama di kawasan Asia Tenggara.

Barangkali ia memang ditakdirkan  mengalami kesepian dan melewati jalan panjang kesunyian sejarah.  Ia tidak dirayakan dengan meriah pada momen-momen tertentu, seperti haul, misalnya. Oleh sebab itu, sebagai orang Lombok yang memiliki garis keturunan Sumbawa (etnik Samawa), kami menghadirkan catatan kecil ini sebagai sebuah obituari bagi figur yang abadi dalam keheningan sejarah itu.

Namanya adalah Syaikh Muhammad Zainuddin bin Muhammad Badawi as-Sumbawi. Seperti halnya di daerah-daerah lain, Sumbawa juga punya istilah lokal untuk menyebut tokoh agama, yakni Dea Guru. Maka di pulau Sumbawa ia dikenal sebagai Dea Guru Muhammad Zainuddin As-Sumbawi. Selain Zainuddin As-Sumbawi, di pulau yang sama, tepatnya wilayah Bima pernah pula muncul tokoh besar berkaliber Internasional, yakni Syaikh Abdul Gani Al-Bimawi yang merupakan guru dari Syaikh Nawawi Al-Bantani.    

Kitab Sirajul Huda adalah salah satu kitab populer dalam khzanah Islam Melayu. Bahkan sampai sekarang, kitab ini masih diajarkan di kalangan masyarakat Islam Melayu, terutama di Malaysia. Konon, dalam tradisi pengajian pondok pesantren di dunia Melayu, kitab tersebut biasanya dibaca sesudah mengkhatamkan kitab Faridatul Faraid. Itulah salah satu karya Syaikh Zainuddin As-Sumbawi.

Informasi tentang figur ini tak banyak ditulis di Indonesia. Ia bahkan tidak tercantum dalam buku “Ensiklopedi Ulama Nusantara : Riwayat Hidup, Karya, dan Sejarah perjuangan 157 Ulama’ Nusantara” karya Muhammad Bibit Suprapto yang dikatapengantari oleh Azyumardi Azra. Barangkali karena ia tak mewarisi pesantren besar di daerah asalnya Sumbawa, sehingga kisahnya senyap, dan tak menggema. Ia hanya meninggalkan pondok kecil di desa asalnya yang kini masih diwarisi keturunannya.

Sanad Keilmuan

Melalui catatan-catatan muridnya alumni Haramain,  fragmen kisah Syaikh Zainuddin As-Sumbawi masih bisa dilacak. Salah satunya melalui riwayat penting  sanad keilmuan dari Syaikh Muhammad Yasin al-Fadani (Padang) dalam Al-‘Iqdul Farid.

Kronik Sanad keilmuan yang dinukil dari Syaikh Yasin Al-Fadani itu memberi informasi bahwa Syaikh Muhammad Zainuddin as-Sumbawi dan Syaikh Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail al-Bimawi menerima ilmu dari al-Mu’ammar al-Kiyai Nawawi bin Umar al-Bantani. Sedangkan Syaikh Nawawi al-Bantani menerima ilmu dari Syaikh Mahmud bin Kinan al-Falimbani dan Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari.

Baca Juga:  “Tan, Baik-baik Sajakah Kau di Sana?”

Dari informasi tersebut dijelaskan bahwa Syaikh Muhammad Zainuddin semasa dengan Syaikh Nawawi al-Bantani (1230H/1814M – 1312H/ 1897M) dan Syaikh Mukhtar bin ‘Atarid al-Bughri (1278H/1860M – 1349H/1930M).

Beberapa versi sanad keilmuan Syaikh Zainuddn As-sumbawi yang dijumpai di Syaikh Yasiin Al-fadani sebagai berikut:

Pertama, versi sanad Syaikh Zainuddin As-Sumbawi jalur Ulama Nusantara:

Syaikh Zainuddin As-sumbawai–Syaikh Abdus Shamad bin Abdur Rahman al-Falimbani– Syaikh ‘Aqib bin Hasanuddin bin Ja’far al-Falimbani–Syaikh Hasanuddin bin Ja’afar al-Falimbani– Salih bin Hasanuddin al-Falimbani.

Kedua, versi Sanad yang lebih lengkap jalur ulama-ulama Timur Tengah:

Syaikh Zainuddin As-Sumbawi–Imam ‘Id bin Ali an-Namrisi al-Masri–Imam al-Hafiz al-Muhaqqiq Abdullah bin Salim al-Basri al-Makki–Ibnu al-‘Ala’ al-Babli–Abin Naja Salim bin Muhammad as-Sanhuri–Muhammad bin Ahmad al-Ghiti–Qadi Zakaria bin Muhammad al-Ansari–Abin Na’im Ridhwan bin Muhammad al-‘Iqabi–Abit Thahir Muhammad bin Muhammad–Abdur Rahman Ibnu Abdul Hamid al-Muqaddisi–Abil Abbas Ahmad bin Abdud Daim an-Nablusi–Abil Abbas-Muhammad bin Ali al-Harani–Muhammad bin Fadhal al-Farawi–Abil Hussein Abdul Ghafir Ibnu Muhammad al-Farisi–Abi Ahmad Muhammad bin Isa al-Jaludi–Abi Ishak Ibrahim Ibnu Muhammad bin Sufyan az-Zahid– al- Imam al-Hafiz Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Nisaburi.

Riwayat  tentang figur Syaikh Zainuudin As-Sumbawi juga dapat dinukil dari keterangan Syaikh Muhammad Azhari al-Falimbani. Melalui karyanya Badi’uz Zaman, ia menerangkan bahwa  dirinya  menerima Tarekat Qadiriyah dari Syaikh Muhammad Zainuddin as-Sumbawi. Sedangkan Syaikh Muhammad Zainuddin as-Sumbawi menerima baiat dari Syaikh Muhammad Mukrim, Mufti Hamad di negeri Syam.

Syaikh Muhammad Azhari al-Falimbani menjelaskan: “…..Syaikhuna al-‘Alim al-‘Allamah al-Khalifah at-Tarekah al-Qadiriyah asy-Syaikh Muhammad Zainuddin as-Sumbawi, ia mengambil dari Syaikhnya as-Saiyid Muhammad Mukrim, Mufti negeri Hamad benua Syam. Yang ia mengambil dari Masyaikh-Masyaikhi ilan Nabi s.a.w yang muttasil hingga sekarang ini. Dan jika hendak mengetahui salasilah tarekat ini lihat di dalam Tuhfatil Qudsiyah bagi Syaikhunal mazkur asy-Syaikh Muhammad Zainuddin As-Sumbawi….”

Jika  kita mengacu pada tulisan Syaikh Muhammad Azhari al-Falimbani ini, maka sangat jelas bahwa Syaikh Muhammad Zainuddin as-Sumbawi adalah seorang Khalifah Tarekat Qadiriyah (tarekat yang dinisbahkan kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jilani). Hal ini memberikan informasi bahwa  Sosok  Syaikh Zainuddin As-Sumbawi  setaraf dengan Syaikh Abdul Karim al-Bantani yang juga menjadi Khalifah Tarekat Qadiriyah yang dilantik oleh gurunya, yakni Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasy.

Salah satu muridnya yang lain, Syaikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani (Thailand) (1272H/1856M-1325H/1908M)  juga merekam interaksinya dengan Syaikh Muhammad Zainuddin as-Sumbawi, sebagai berikut:

Dan mengkhabarkan kepada hamba oleh al-‘alim Tuan Zainuddin Sumbawa Rahimahullah Ta’ala bahawasanya mengenai akan dia oleh penyakit karang, maka minum ia akan air rebusan kayu sepang dan kayu kendarang, mengekali ia atasnya beberapa bulan, maka sembuh ia dan hilang daripadanya penyakit itu semua sekali.”

Catatan-catatan di atas membuktikan bahwa Syaikh Zainuddin As-Sumbawi adalah figur historis. Ia adalah salah satu figur Ulama’ Nusantara di Haramain yang pernah eksis pada masanya. Interaksinya dengan banyak pelajar dari daratan Melayu mengukuhkan bahwa ia benar-benar pernah punya kiprah dalam sejarah Islam Asia Tenggara. Melalui beberapa versi sanad keilmuan Syaikh Muhammad Zainuddin as-Sumbawi, selalu bertitik mula dari dua ulama’ besar Nusantara yakni Syaikh Abdul Karim as-Sambasi dan  Syaikh Nawawi al-Bantani.

Murid-murid Syaikh Zainuddin As-Sumbawi

Cukup banyak  ulama-ulama dari dunia Melayu yang pernah belajar kepada Syaikh Muhammad Zainuddin as-Sumbawi. Diantara murid-muridnya itu yang kemudian dianggap sebagai ulama besar dan tokoh yang berpengaruh ialah: Syaikh Mukhtar bin ‘Atarid Bogor, Syaikh Muhammad Azhari al-Falimbani, Kiyai Muhammad Khalil bin Abdul Lathif al-Manduri (Syaikh Kholil Bangkalan), Syaikh Ali bin Abdullah al-Banjari, Syaikh Khalid bin Utsman al-Makhla az-Zubaidi, Syaikh Abdul Hamid Kudus, Syaikh Mahfuz bin Abdullah at-Tarmisi (Termas, Jawa),  juga termasuk Syaikh Zainuddin Abdul Madjid Al-Ampenany (Lombok), dan lain-lain.

Karya-karyanya

Pertama,  Sirajul Huda ila Bayani ‘Aqaidit Taqwa, penulis menerjemah karangannyaini ke dalam bahasa Melayu menjadi “Pelita Petunjuk Kepada Menyatakan Segala Simpulan Segala Ahli Takwa”. Kitab ini telah berkali-kali dicetak dalam berbagai edisi hingga sekarang.

Kitab ini memuat ajaran tauhid versi aqidah Ahli Sunah wal Jamaah. Pembahasannya hampir sama dengan kitab-kitab tauhid dalam bahasa Melayu lainnya.Sungguhpun demikian, ada dua hal menarik dalam karya tersebut. Pertama, terdapat bahasa yang bercorak puisi di dalamnya. Kedua, kupasannya yang panjang tentang terma-terma dalam ushuluddin.  Kitab ini memuat salah satu Sya’ir tentang Rasululah Saw sebagai berikut:

“Maka dihidupkan ayah dan bondanya

Supaya dengan dia percaya keduanya

Maka terima olehmu jangan ingkarnya

Kerana yang demikian itu kuasanya

Telah datang hadis dalil atasnya

riwayat orang pendita rijalnya

Barang siapa berkata dengan daifnya

Maka ialah daif, tidak hakikatnya.”

Kedua,  Minhajus Salam fi Tafsil ma yata’allaqu bil Iman wal Islam. Kitab ini tak memuat keterangan waktu penulisan. Telah dicetak pula dalam beberapa edisi. Namun belakangan ini, kitab ini sudah semakin jarang ditemukan di pasaran.

Ketiga, Waraqatun Qalilatun fi Manasikil Hajji wal ‘Umrah ‘ala Mazhab al-Imam asy-Syafie. Kitab ini tak memuat keterangan waktu penulisan. Risalah ini sempat dicetak dalam Majmu’ Kaifiyat Khatam al-Quran yang dinyatakan sebagai karya Syaikh Daud bin Abdullah al-Fathani. Telah dicetak dalam berbagai edisi cetakan, baik di Timur Tengah maupun cetak versi dunia Melayu.

Keempat,  Tuhfatul Qudsiyah. Informasi tentang kitab ini terdapat dalam karya Syaikh Muhammad Azhari al-Falimbani Badi’uz Zaman. Karya  tersebut tidak dapat ditemukan lagi. Konon dulu sempat menjadi koleksi di perspustakaan Petersburg, Rusia.

Komentar Tokoh Tokoh Sumbawa

Dalam sebuah seminar bedah buku Biografi Syaikh Zainuudin As-Sumbawi yang ditulis oleh intelektual muda Sumbawa Nurdin Ranggabarani, di Universitas Samawa, Sumbawa, pada 22 Januari 2018. (akses: youtube https://www.youtube.com/watch?v=91xt2s5seWg) menghadirkan beberapa pembicara seperti Fahri Hamzah politisi PKS asal Sumbawa, Din Syamsudin Tokoh Muhammadiyah Asal Sumbawa, dan Taufik Rahzen (Budayawan).

Fahri Hamzah menjelaskan keteladanan Syaikh Zainuddin As-Sumbawi harus diikuti oleh generasi Sumbawa hari ini. Sebab sebagai anak kampung, Syakih Zainuddin As-Sumbawi punya daya pengelana yang tinggi, punya infrastruktur jiwa yang kukuh, sehingga ia bisa menembus haramain dan menjadi salah satu bintang di haramain sebagai guru bagi banyak generasi ulama’ dunia Melayu setelahnya.

Sementara itu, Din Syamsuddin menjelaskan  aspek tarekat dari Syaikh Zainuddin As-Sumbawi. Menurut data sejarah yang ditelusurin Din Syamsuddin, bahwa Syaikh Zainuddin As-Sumbawi adalah Khalifah Tarekat Qodiriyah. Selain itu, Syakih Zainuddin juga menguasai tiga tarekat lain seperti Samaniyah, khalwatiyah, dan Syattariah. Dalam proses menggeluti dunia tarekat, Syaikh Zainudin As-Sumbawi melakukan pengelenaan hingga ke negeri Syam. Di sanalah ia kemudian bertemu dengan Syaikh Muhammad Mukrim, seorang guru tarekat di Tanah Syam. Lebih lanjut, Din menuturkan, bahwa Syaikh zainuddin As-Sumbawi adalah salah satu guru ulama Nusantara, data-datanya banyak ditemukan di Malasysia.

Sementara menurut penjelasan Taufik Rahzen, pada tahun 2006 dia pernah menggarap sebuah projek film dokumenter di Rusia. Dalam proses penggarapan film itu, di sanalah pertamakali ia mendengar nama Syaikh Zainuddin As-Sumbawi. Ia mendengar informasi itu melalui sebuah teks Khazanah Islam Melayu, yakni kitab “badiu’uzzaman” Karya Syaikh Azhari Al-Falembani.

Dari teks Badiuzaman itu, Taufik menemukan penjelasan tentang salah satu karya Syaikh Zainuddin As-Sumbawi yakni Tuhaftul Qudsiyah. Konon Seorang ilmuan Rusia menjelaskan kepada Taufik, bahwa teks Badiuzzaman menjelaskan salah satu konsep yang terdapat dalam kitab Tuhfatul Qudsiyah, yakni  konsep hidup zuhud dalam suatu kerumunan. Menurut Taufik, konsep itu diinterpretasikan oleh ilmuan Rusia itu, bagaimana iman dimanfestasikan dalam suatu tindakan sosial. Konon, Tuhaftul Qudsiyah ini sempat menjadi koleksi di Petersburg Library, Rusia.

Di kota Petersburg inilah kelak revolusi sosial terjadi pada tahun 1917 yang dipimpin oleh Lenin, sang maestro komunisme itu. Kata taufik, Tuhfatul Qudsiyah ini dikaji oleh para ahli Rusia, karena teks ini dianggap memuat sesuatu yang mengajarkan iman dalam suatu tindakan sosial.

Demikianlah sekelumit fragmen kisah dari Syaikh Zainuddin As-Sumbawi yang dirangkum dari berbagai sumber.

Wallahu A’lam

Sumber Bacaan

Bibit Suprapto, Ensiklopedi Ulama Nusantara (2009)

Henri Chambert-Loir, Naik Haji di Masa Silam: Kisah-kisah Orang Indonesia Naik Haji 1482-1964 (Penerbit: KPG, 2013)

Blogspot Wan Muhammad Shaghir Abdullah

Dokumenter Bedah Buku Biografi Syaikh Zainuddin As-Sumbawi

(https://www.youtube.com/watch?v=91xt2s5seW)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *